Lima Mahasiswa ITB Wakili Indonesia dalam LIYSF di Inggris

Oleh Vinskatania Agung A

Editor Vinskatania Agung A

BANDUNG, itb.ac.id - Liburan panjang akhir semester lalu dihabiskan dengan cara yang tidak biasa oleh lima mahasiswa ITB ini. Maria Martiana (Kimia 2012), Muhammad Syaukat (Perancangan Wilayah dan Kota 2011), Kenita Firsa Ramadhani (Teknik Kimia 2011), Valerius Vandru Hartanto (Teknik Kimia 2011), dan Ivan Rene Sudjatmiko (Teknik Kimia 2011) berangkat menuju Inggris untuk mewakili Indonesia dalam The 56th London International Science Youth Forum (LIYSF) 2015 di Imperial College, London. Pada perhelatan tahunan yang diselenggarakan selama lima belas hari (22/07-05/08/2015) ini, delegasi dari ITB-Indonesian Science and Math Societies (ITB-ISMS) membawa hasil penelitian mereka mengenai sains dan teknologi dan mengikuti kuliah-kuliah pilihan yang diajarkan oleh dosen-dosen dari berbagai universitas terkemuka di Eropa.

LIYSF 2015 yang bertemakan "Science as a universal endeavor" merupakan ajang bagi pemuda-pemudi berusia 18-22 tahun dari seluruh dunia untuk berkumpul dan mempelajari sains dan teknologi bersama-sama. Di sana, delegasi LISYF yang berjumlah 450 orang dari 65 negara di dunia mempersiapkan riset untuk dipresentasikan di hadapan masyarakat internasional. Di samping itu, mereka juga melakukan diskusi, pameran, dan berinteraksi bersama ratusan pemuda lain yang juga memiliki minat besar terhadap sains dan teknologi. "Kami juga diberi pilihan untuk melakukan kunjungan ke Oxford University atau Cambridge University, tergantung dari pilihan cabang sains yang menjadi interest kami,"ujar Syaukat.

Untuk dapat mengikuti acara internasional ini, mereka melalui proses seleksi dari program studi dengan mengumpulkan abstrak dari penelitian mereka. Penelitian yang dinilai menarik dipilih untuk mewakili ITB pada ajang LIYSF. "Kami membawa empat penelitian yang berbeda, dua di antaranya merupakan penelitian yang dilakukan untuk tugas akhir," jelas Maria. Sementara itu untuk pendanaan, Maria dan kawan-kawan disponsori oleh Jasindo dan PT Algas.

Lahir Ide dari Kerisauan terhadap Daerah Asal
Salah satu penelitian yang dibawa adalah penelitian mengenai emisi karbon oleh Syaukat. Meski berasal dari jurusan yang tidak kental dengan sains murni, Syaukat berhasil lolos seleksi dan menjadi salah seorang delegasi LIYSF berkat ketertarikannya dalam melihat hubungan antara keilmuan perencanaan wilayah dan kota dengan ilmu pengetahuan alam murni. Melihat fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang tinggi dan diperkirakan akan mengalami peningkatan emisi CO2 dari 1,72 Gton tahun 2000 menjadi 2,95 Gton tahun 2020, Syaukat tertarik untuk mengangkat isu emisi karbon di daerah asalnya, Banda Aceh. Kota Banda Aceh memiliki populasi pengguna sepeda motor yang terus meningkat setiap tahunnya, dengan laju pertumbuhan pada 2013 sebesar 9,01%. Peningkatan ini tentunya memberikan kontribusi bagi peningkatan emisi CO2. Oleh karenanya, ia meneliti mengenai emisi karbon dari penggunaan kendaraan sepeda motor di Kota Banda Aceh. Hasil penelitiannya ditujukan untuk memberi saran bagi pemerintah Aceh untuk merumuskan strategi yang tepat guna dalam mengurangi emisi karbon tertentu di Kota Banda Aceh.

Penelitiannya dilakukan dengan mengambil sampel populasi pengguna sepeda motor untuk memperoleh jarak rata-rata yang ditempuh setiap harinya dan jumlah bahan bakar yang digunakan. Penghitungan emisi dilakukan dengan metode Mobile Combustion dari IPCC. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah emisi CO2 tahunan di Kota Banda Aceh pada tahun 2013 adalah sebesar 61947,3 ton CO2.

Selain melakukan kegiatan berbau ilmu eksak, mereka juga menampilkan budaya Indonesia, yaitu tari Pendet saat cultural night. Terdapat juga kegiatan untuk mempererat ikatan antarpeserta bernama Olimpiade yang berupa lomba-lomba bersifat hiburan serta Kabaret yaitu semacam acara adu bakat. Keseluruhan acara berjalan dengan menyenangkan, Ivan mengaku mendapat banyak pengalaman berkesan setelah mengikuti LISYF. "Senang sekali bisa berkumpul bersama orang-orang seluruh dunia yang menyukai sains, mereka semua seru. Bangga juga sebagai flag bender dari Indonesia saat opening ceremony LIYSF," ujar Ivan sambil terkekeh. Ke depannya, mereka berharap agar publikasi LIYSF di ITB lebih gencar lagi. "Saya rasa banyak anak ITB yang punya penelitian yang bagus dan bisa berangkat," tutup Vandru.