LPPM-ITB dan PMI Bangun Lubang Resapan Grey Water
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
PALU, itb.ac.id-- Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM-ITB) bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) membangun lubang resapan grey water di Palu pada 22-30 Desember 2018 kemarin. Pembangunan lubang resapan grey water ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu shelter darurat Petobo dan Layana.
Selain itu, untuk menyelesaikan masalah terkait sanitasi seperti luapan air bekas mandi dan cucian (disebut juga grey water) yang menggenang, maka Tim LPPM-ITB dan PMI membangun sumur resapan untuk menampung air dari unit MCK, kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Lubang resapan grey water ini dapat menampung tiga unit MCK dengan keterangan satu unit sebanyak lima pintu. Volume dari setiap lubang resapan kurang lebih sebesar 4.096 meter kubik dengan rincian panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 1,6 meter. Ijuk dan batuan menjadi bahan organik yang disiapkan pada bagian dasar sumur resapan. Tujuannya agar ijuk dan batuan tersebut dapat membantu proses penyaringan sebelum tanah menyerap air. Konstruksi ini semakin lengkap dengan dibuatnya penutup sumur resapan.
Project leader kegiatan ialah Wika Maulany, selaku Asisten Akademik. Selain pembangunan sumur resapan, Tim LPPM-ITB juga melakukan konsolidasi lanjutan ke Camp Wash PMI di daerah Kawatuna. Kemudian, tim yang terdiri atas Mahasiswa Jurusan Rekayasa Infrastruktur Lingkungan dan Geodesi ITB ini juga melakukan pengecekan kualitas air di daerah terpapar bencana likuifaksi di Palu. Langkah yang mereka tempuh mulai dari mengambil sampel air di beberapa daerah terpapar bencana.
Aulia Ulfatunnisa, Ketua Tim Air pada proyek ini mengatakan, pengambilan sampel dilakukan dalam rangka menganalisis kualitas air di daerah hilir bencana. Karena akibat gempa dan likuifaksi septic tank di daerah terdampak kemungkinan pecah dan akhirnya bisa mencemari air tanah. "Ini bisa berbahaya bagi pemukiman hilir yang menggunakan air tanah. Oleh karena itu air di wilayah tersebut dilakukan pengujian untuk mengetahui kandungan baktero e-coli dan organik dalam air," ungkapnya.
Fokus wilayah yang diambil sampel airnya adalah daerah yang terkena bencana likuifaksi seperti Balaroa, Jono Oge, dan Petobo. Daerah ini menjadi titik yang dipilih karena kemungkinan rusaknya septic tank lebih besar, ditambah lagi adanya potensi pencemaran dari jenazah korban bencana. "Kita juga ambil di daerah yang kena gempa parah seperti di Biromaru, Toaya, dan Labuan," tambah Aulia.
Setelah pengambilan sampel air, selanjutnya akan dilakukan pengujian bakteriologis dibantu pihak puskesmas setempat untuk analisis menggunakan sanitarian kit. Tim Air juga akan mengirimkan sampel air melalui ekspedisi untuk uji kimiawi (organik) yang akan dites di ITB menggunakan permanganometri.
*Laporan Reporter Kantor Berita ITB Moch Akbar Selamat dari Palu