LPPM ITB Siapkan 3 Program untuk Sanitasi dan Air di Palu

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


PALU, itb.ac.id - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali melakukan kunjungan dan penelitian ke Palu, Sulawesi Tengah pada 18-30 Desember 2018 dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.


Fokus kegiatan yang dilakukan, yakni pada program penyediaan air dan sanitasi untuk korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu. Menurut Wika Maulany, ST., selaku pimpinan Projek Air dan Sanitasi ITB mengatakan, terdapat tiga program utama yang hendak direkomendasikan kepada dinas dan pihak terkait.

Pertama ialah mengenai sistem sanitasi kakus shelter darurat. Shelter darurat yang sudah, atau akan ditinggalkan oleh masyarakat perlu ditata. Umumnya, terdapat tenda dan wc komunal yang berisi buangan toilet (kakus) berupa selokan atau kubengan. Hasil buangan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena dapat membahayakan ekosistem dan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, hasil buangan tersebut perlu dibersihkan dan dikirim ke Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) Sulawesi Tengah. Namun terkendala oleh keterbatasan kendaraan yang tersedia dan dana operasional.


Mengetahui hal tersebut, Tim ITB yang terdiri atas mahasiswa dan asisten akademik Jurusan Rekayasa Infrastruktur Lingkungan ITB (RIL) menawarkan program untuk menguraikan hasil buangan menggunakan metode desinfeksi menggunakan kapur. Hal ini dilakukan karena apabila dibiarkan tak terurus berpotensi mengkontaminasi air konsumsi. "Jadi tidak perlu lagi disedot, tapi didesinfeksi sehingga tidak perlu pakai kendaraan," ujar Wika.

Program kedua ialah persiapan air dan sanitasi hunian sementara. Hal ini berkaitan dengan bagaimana persiapan tim terhadap air bersih yang akan disalurkan kepada masyarakat di hunian sementara. Terdapat "4K" kriteria yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih, antara lain: Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Ketersediaan.

"Tak hanya perihal sustainability, tapi diperlukan juga sistem penyaluran (distribusi) air yang mumpuni. Tim ITB yang dipimpin oleh Ir. Mipi Ananta Kusuma ini bisa membantu dengan mengintervensi cara berkonsolidasi melalui dinas-dinas terkait.


Fokus ketiga, yakni terhadap potensi pencemaran air dan penyediaan air bersih. Menurut Wika, Palu merupakan daerah yang sumber airnya dangkal. Dengan begitu, sumber air dapat dengan mudah terkontaminasi. "Kami mengecek daerah hilir Patobo dan Balaroa. Dengan tahu konsentrasinya, kami dapat bantu tangani dengan desinfeksi misalnya. Jadi tau bahan kimia apa yang akan digunakan dan berapa banyak yang diperlukan," tambah Wika yang juga merupakan Asisten Akademik di FTSL-ITB ini.

Dalam upaya pengabdian pada masyarakat ini, ITB bekerjasama dengan Universitas Tadulako (Untad) dalam menganalisis sampel mengenai keadaan air. Kerjasama juga dilakukan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dalam hal penyediaan kapur dan urea untuk desinfeksi.

*Laporan Reporter Kantor Berita ITB Moch Akbar Selamat dari Palu