Lustrum IX LSS ITB: Sinergis Lestarikan Budaya Sunda

Oleh Ninik Susadi Putri

Editor Ninik Susadi Putri

BANDUNG, itb.ac.id - Pada Sabtu (28/05/16),  Lingkung Seni Sunda (LSS) ITB kembali menyelenggarakan sebuah pagelaran seni budaya sunda yang bernama Satwikasunda. Satwikasunda merupakan acara besar lima tahunan yang disebut sebagai Lustrum. Berbeda dengan tahun sebelumnya, acara Lustrum LSS kali ini tidak hanya menampilkan kreativitas dari anggota LSS ITB tetapi berkolaborasi juga dengan unit kegiatan mahasiswa berbasis seni budaya serupa di Kota Bandung. Sedikitnya, terdapat 14 penampilan yang berasal dari unit kegiatan mahasiswa lain. Unit-unit tersebut diantaranya berasal dari UNPAD, UNIKOM, Telkom University, UNPAR, UNISBA, dan universita-universitas lainnya di Bandung. Kesenian yang ditampilkan pun berbeda-beda, dari mulai angklung, tarian kreasi, calung, dan perpaduan musik kontemporer dengan musik khas Sunda.

"Konsep acara LSS tahun ini adalah membawa kesinergisan antar lingkung seni sunda se-Bandung Raya," ungkap Rifa Akbar (Teknik Geodesi 2014) sebagai ketua pelaksana Lustrum LSS tahun ini. Adanya kolaborasi yang dilakukan dengan unit kesenian Sunda universitas lain sekaligus sebagai upaya memperkenalkan kembali budaya Sunda ke masyarakat. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebudayaan asing yang semakin merajalela, adanya acara ini dapat kembali mengingatkan masyarakat tentang budaya Indonesia. Terlebih lagi, Bandung yang penduduknya kebanyakan adalah suku Sunda tentu harus menjaga dan melestarikan budaya Sunda itu sendiri. Selain itu, ajang ini juga dijadikan sebagai ajang aktualisasi diri bagi LSS ITB dengan segala macam kegiatan dan kesenian yang dimilikinya.


Dalam acara ini LSS ITB menampilkan sedikitnya enam kesenian Sunda, diantaranya upacara adat bubuka, kacapi suling kawih, tari jaipong "bentang timur", longser, rampak kendang, serta tari dermayu. Tarian dermayu sendiri merupakan tarian ciptaan kreasi dari LSS ITB. Tarian ini menceritakan sebuah putri Darma Ayu yang sedang berlatih perang di kahyangan bersama dayang-dayangnya. Tanpa disadari ternyata ada seorang laki-laki penyusup yang ingin menikahi sang putri. Namun sang putri menolaknya dan akhirnya terjadi perkelahian antara sang putri dan penyusup. Perkelahian tersebut digambarkan dengan ciamik lewat gerakan tarian para penari yang memaikan kipasnya. Gerakan-gerakan yang ditampilkan para penari pun terlihat sangat gagah, karena menceritakan para putri yang sedang berlatih perang. Makna yang mendalam ditampilkan dengan baik oleh para penari LSS.


Berbeda dengan tari dermayu, tari jaipong pun berhasil memikat hati penonton dengan gerakan-gerakan gemulai dan enerjik yang disajikan para penari. Tari jaipong merupakan tarian yang biasanya menjadi pembukaan longser. Longser sendiri adalah drama khas Sunda yang saat ini sudah jarang sekali bisa dinikmati. Selain kesenian-kesenian Sunda yang ditampilkan, terdapat wahana lain yang dapat dinikmati penonton yaitu ada bazzar pakaian, kuliner dan permainan khas Sunda yang dapat dicoba.


Gunakan Teknologi Video Mapping
Acara yang bertempat di Boulevard ITB, berlangsung sangat megah dan meriah. Selain dekorasi dan pencahayaan yang mendukung suasana panggung, kemeriahan juga ditambah dengan adanya video mapping. Hal ini menjadi suatu inovasi di acara-acara yang pernah diadakan oleh LSS sebelumnya, dimana setiap penampilan kesenian LSS akan dibuka dengan animasi dalam video mapping. Digunakannya teknologi video mapping ini juga sebagai ciri bahwa ITB sebagai kampus teknik terkemuka di Indonesia. Menjadi sebuah hal yang indah ketika teknologi canggih dapat disinergiskan dengan kesenian tradisional. Hal tersebut membuat kesenian tradisional tidak melulu dianggap kuno, tapi bisa terlihat lebih modern tanpa meninggalkan jati diri kesenian tersebut.

Sumber Foto:

Dokumentasi Panitia


scan for download