Mahasiswa DKV NVD ITB Raih Best Paper GEMASTIK 2025 Lewat Animasi Edukatif Bertema Air Bersih

Oleh Nattaya Putri Syailendra - Mahasiswa Rekayasa Kehutanan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Tim TIM TAM yang beranggotakan mahasiswi DKV NVD’23 meraih Best Paper Divisi V Animasi pada kompetisi GEMASTIK 2025, Kamis (30/10/2025). (Dok. Tim TIM TAM).

BANDUNG, itb.ac.id - Tiga mahasiswa Desain Komunikasi Visual Narasi Visual Digital (DKV NVD), Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2023 berhasil meraih predikat Best Paper dalam divisi Animasi pada ajang GEMASTIK 2025, Kamis (30/10/2025). Mereka adalah Allyne Adelaide Godwin Hutajulu, Raina Violina Wibowo, dan Tsana Amalia Hasanah. Ketiganya tergabung dalam tim bernama TIM TAM, yang baru pertama kali mengikuti kompetisi animasi berskala nasional tersebut.

“Awalnya kami hanya ingin produktif selama liburan dan sekalian belajar animasi lebih dalam,” ujar Allyne. Ia menambahkan bahwa ketertarikannya terhadap animasi berawal dari pengalaman mengerjakan proyek di semester empat. “Ternyata animasi seru banget, karena gambar bisa bercerita dan jadi enggak ngebosenin,” ungkapnya.

Sementara itu, Raina atau akrab dipanggil Vio mengaku ikut untuk menambah pengalaman dan memperkaya portofolio. Sementara Tsana, yang sudah berpengalaman membuat animasi 2D dan 3D, tertarik untuk memperkuat kemampuan kerja tim dan menuntaskan proyek animasi berskala lebih besar.

Kompetisi GEMASTIK tahun ini mengusung tema besar “Pengembangan TIK untuk Mendukung Kemandirian Bangsa”. Tim ini memilih topik yang selaras dengan SDGs poin 6, yaitu air bersih dan sanitasi layak.

Cuplikan Video Animasi. (Dok. Youtube)

Animasi karya tim ini bercerita tentang seorang anak bernama Lolo dan robot kesayangannya yang memiliki misi tersembunyi untuk membantu warga Sumba Timur keluar dari krisis air bersih. Dengan gaya visual cerah dan karakter lucu, animasi ini ditujukan bagi audiens anak-anak.

“Pesan utama animasinya adalah mengedukasi anak-anak tentang pentingnya kebersihan air dan perilaku hidup sehat, sekaligus mengajak mereka memanfaatkan teknologi secara kreatif untuk menyelesaikan masalah lingkungan,” kata Allyne.

Menurut Vio, proses kreatif animasi dimulai dari riset, penulisan narasi, dan konsep visual hingga tahap produksi dan pasca-produksi. “Kami harus riset latar cerita dan beberapa kali revisi sebelum masuk ke tahap animasi. Setelah semua aset selesai, baru kami lakukan compositing agar seluruh elemen menyatu menjadi animasi utuh,” paparnya.

Tsana menambahkan bahwa tantangan terbesar justru ada di sisi teknis. “Membuat rig karakter di After Effects itu cukup menantang karena aku belum pernah pakai teknik puppet rigging. Banyak waktu yang habis untuk nonton tutorial dan coba-coba,” ujarnya.

Karya tim ini berhasil menonjol di antara lebih dari seratus peserta lain. Menurut Allyne, hal tersebut karena struktur perancangan yang rapi dan berbasis riset. Mereka tidak hanya membuat cerita, tapi juga memasukkan hasil wawancara dan analisis dari ahli yang bermukim di Sumba Timur, agar pesan animasinya relevan dan tepat sasaran.

Meski sempat mendapat kritik dari dewan juri soal pemilihan solusi teknologi robot yang dianggap belum realistis, Vio menilai masukan tersebut justru berharga. “Kami jadi sadar bahwa ide kreatif tetap perlu punya pijakan implementasi yang nyata. Ke depan, kami akan belajar menyatukan ide yang kreatif tapi realistis,” tuturnya.

Pengalaman mengikuti GEMASTIK memberikan banyak pelajaran, baik teknis maupun non teknis. “Kuncinya disiplin dan konsisten. Selama 25 hari penuh kami mengerjakan animasi ini, terus lanjut sebulan buat persiapan final. Jadi, harus benar-benar pantang menyerah,” ujar Allyne.

Tsana menambahkan pentingnya manajemen kerja tim. “Menentukan workflow yang jelas dan penamaan file yang rapi ternyata krusial banget agar tidak tertukar pas bagi-bagi aset animasi,” ujarnya.

Vio juga mengaku pengalaman ini mengubah pandangannya terhadap dunia animasi. “Aku jadi sadar kalau riset dan eksplorasi ide sama pentingnya dengan visual. Dunia animasi punya potensi besar untuk tumbuh lebih baik di Indonesia,” katanya.

Daftar nama dibalik pembuatan animasi. (Dok. Youtube)

Dukungan juga datang dari lingkungan akademik ITB, karena dosen pembimbing tim banyak memberi saran dalam tahap pra-produksi sampai finalisasi—bahkan, soal detail kecil yang dapat membuat cerita menjadi lebih hidup. Setelah berhasil meraih penghargaan, tim berencana melanjutkan karyanya ke tahap implementasi di kehidupan nyata. “Kami ingin bekerja sama dengan sekolah-sekolah atau puskesmas di pedalaman untuk menayangkan animasi ini sebagai media edukasi yang menyenangkan bagi anak-anak tentang air bersih,” tutup Allyne.

Anda dapat menyaksikan teaser animasi di tautan ini: https://youtu.be/azEZLX2zBPI dan video animasi di tautan ini: https://youtu.be/qk5kAVUHM4E

#prestasi mahasiwa #prestasi nasional #sdg 4 #quality education #sdg 6 #clean water and sanitation #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 12 #responsible consumption and production #sdg 17 #partnerships for the goals