Mahasiswa FTMD ITB Berhasil Desain Pesawat Listrik Kapasitas hingga 40 orang bersama Purdue University

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh


BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Purdue University berkolaborasi lewat program Global Multidisciplinary Design Course (GMDC) yang diinisiasi oleh Arizona State University (ASU). Dalam kolaborasi tersebut, ITB dan Purdue University berhasil merancang pesawat udara komersial bertenaga listrik yang mampu mengangkut hingga 40 penumpang dengan rute penerbangan Jakarta-Singapura.

Mahasiswa ITB yang terlibat dalam program ini adalah Anthony Sinisuka, Aqil Vadhila, Darian Soetanto, Dwiki Ananda, Elisabeth Filandow, dan Linquinn Aiko yang semuanya berasal dari Program Studi Aerospace Engineering (AE) FTMD ITB, dan tiga mahasiswa dari Purdue University. Mereka dibimbing langsung oleh Dr. Taufiq Mulyanto, S.T. (ITB), Mr. Thiago Guimaraes (Purdue University), dan Mr. John Rutherford (ASU).

Global Multidisciplinary Design Course (GMDC) merupakan program inisiatif dari USAID Higher Education Partnership Initiative (HEPI) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di bidang Science, Technology, Engineering, and Math (STEM) di Indonesia. Fokus utama dari program ini adalah desain pesawat udara, khususnya di bidang teknik dirgantara, dengan partisipasi aktif dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (FTMD ITB), Arizona State University (ASU) sebagai inisiator, dan Purdue University di Amerika Serikat.

Dalam kelas kolaborasi yang telah berlangsung sejak Februari hingga awal Juni 2024 tersebut, mahasiswa ITB dan Purdue University berkolaborasi secara virtual untuk menyelesaikan proyek mereka. Meskipun dihadapkan pada perbedaan waktu dan jarak yang signifikan, mereka mampu menyelesaikan setiap tugas dengan baik. Keterampilan komunikasi dan kemampuan belajar secara mandiri maupun berkelompok mereka sangat diandalkan dalam sesi diskusi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari metode pengajaran berbasis proyek dalam program ini.

   

Salah seorang mahasiswa yang terlibat dalam program ini, Darian Soetanto (AE’20), mengungkapkan, “Program ini sangat menarik, apalagi kami harus membuat pesawat listrik. Karena pesawat listrik masih jarang juga, pasti cara desainnya tentu beda dari awal. Kita harus desain pesawat listrik sementara referensi-referensi yang ada terkait pesawat listrik masih sangat terbatas. Jadi, ada aspek yang kita harus coba belajar sendiri dari nol, tidak sesimpel kita melihat referensi langsung bisa kita kerjakan. Kita harus bisa mempertimbangkan baterainya, mesinnya, dan lain-lain, itu yang berbeda dari biasanya (pesawat konvensional),” ujarnya.

Pesawat yang dirancang memiliki kinerja teknis yang mengesankan. Pesawat ini memiliki “envelope” operasi yang luas, mampu terbang pada kecepatan jelajah yang lebih tinggi dan mencapai ketinggian yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Meskipun secara teknis mungkin untuk dilakukan, namun dari sudut pandang ekonomi, penggunaan teknologi baterai saat ini seperti Li-Ion masih menjadi tantangan.

Walaupun demikian, dengan kemajuan teknologi yang pesat, pada 2035 mendatang baterai solid state dapat menjadi opsi baterai dengan masa pengisian dan masa pakai yang lebih baik sehingga pesawat listrik ini diharapkan dapat memiliki waktu pengisian yang lebih cepat dan umur baterai yang lebih panjang, serta dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan dapat menggunakan propulsi listrik dan energi berkelanjutan seperti hidrogen atau biofuel untuk menciptakan pesawat listrik yang ramah bagi lingkungan.

Adapun hasil akhir dari proyek ini, mereka berhasil menyusun konsep pesawat listrik komersial yang diharapkan sepenuhnya nol emisi selama operasinya dengan penanganan yang tepat. Mereka juga berhasil mempresentasikan hasil kerja mereka kepada Boeing di Jakarta, membuka gerbang untuk mengembangkan teknologi masa depan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia secara khusus.

Dengan berhasilnya pelaksanaan GMDC ini, ITB berharap kolaborasi seperti ini dapat diperluas dan diimplementasikan di lebih banyak perguruan tinggi di Indonesia. Dengan demikian, akan membuka lebih banyak peluang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam proyek-proyek inovatif dan berkolaborasi dengan perguruan-perguruan tinggi terkemuka di dunia, meningkatkan kualitas pendidikan dan pengembangan SDM di Indonesia untuk pengembangan teknologi masa mendatang yang lebih baik lagi.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)