Mahasiswa ITB Bahas Pelayanan Farmasi di Seminar Internasional

Oleh Natasha Agustina

Editor Natasha Agustina

BANDUNG, itb.ac.id - Majunya pelayanan kesehatan adalah kunci penting dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan bahagia. Hal tersebut menjadi salah satu motivasi delapan mahasiswa Sekolah Farmasi (SF) ITB yaitu Fikrianti Surachman (Farmasi Klinik dan Komunitas 2013), Camilia Hilmy Faidah (Farmasi Klinik dan Komunitas 2013), Stella Harlim (Farmasi Klinik dan Komunitas 2013), Widianti (Farmasi Klinik dan Komunitas 2013), Mellisa Stefani (Farmasi Klinik dan Komunitas 2013), Hasna Aljufri (Sains dan Teknologi Farmasi 2013), Ananda Fitri Pratiwi (Sains dan Teknologi Farmasi 2011), dan Nur Laily Purnamasari (Farmasi Klinik dan Komunitas 2011) untuk mengikuti Good Pharmacy Practice Education 2015 di Taipei, Taiwan sejak Kamis-Rabu (16-22/07/15). Acara ini diselenggarakan oleh International Pharmaceutical Student Federation (IPSF) regional Asia Pasifik.

Acara yang berlangsung selama satu minggu itu secara umum terbagi  menjadi dua kegiatan inti yaitu acara seminar dan diskusi pada tiga hari pertama dan kunjungan ke beberapa tempat penting dalam dunia farmasi di Taiwan pada hari berikutnya. Selain mendapat pengetahuan tentang Good Pharmacy Practice atau Cara Pelayanan Farmasi yang Baik (CPFB) dalam istilah Indonesia, peserta juga dapat berdiskusi dengan perserta mahasiswa sekaligus peserta apoteker profesional dari berbagai negara Asia Pasifik. Seminar yang pertama kali diadakan pada tahun lalu ini menyuguhkan enam topik utama yaitu introduction to good pharmacy practice, medicine distribution system, continuing professional development, sterile product  preparation, medication management, dan clinical pharmacy service. Menurut Fikrianti Surachman yang akrab disapa Anti selaku ketua delegasi, meskipun materi di dominasi oleh farmasi di rumah sakit, banyak juga peserta yang berasal dari latar belakang farmasi yang berbeda seperti apoteker untuk farmasi di apotek dan industri, bahkan ada pula peserta apoteker yang bekerja di departemen pemerintahan.

Anti mengaku mendapatkan banyak pelajaran saat berdiskusi dengan peserta mahasiswa maupun apoteker dari negara lain. Diskusi dengan topik yang menarik seperti sistem pendidikan farmasi dan pelayanan kesehatan di tiap negara membuat Anti menyadari kondisi farmasi di Indonesia dan mendapat banyak saran dari peserta lain untuk memperbaikinya. "i Indonesia, antara pendidikan dan karir kayak ada gap. Misal aku lulus dan sudah jadi apoteker, aku masih gak tahu mau kerja di industri, rumah sakit, atau kerja di apotek. Bahkan untuk internship gak wajib disini,"papar Anti. Pada program ini, Anti tak hanya penjadi delegasi biasa. Anti juga menjadi salah satu ambassador program ini dan berperan untuk mengadakan proyek untuk mempromosikan CPFB di Indonesia. Untuk mewujudkan itu, Anti bekerja sama dengan Bumi Medika Ganesha (BMG) ITB untuk membuat dan menyebarkan leaflet tentang penggunaan obat dan diet untuk menyembuhkan penyakit.

Selain seminar dan diskusi, peserta juga diajak untuk training langsung di Taipei Veteran General Hospital. Sebagai negara dengan pelayanan kesehatan nomor satu di dunia, Taiwan berhasil memberikan inspirasi bagi para peserta khususnya delegasi dari ITB untuk turut andil dalam memperbaiki sistem pelayanan kesehatan di Indonseia. "Taiwan semuanya (pelayanan kesehatan) sudah otomatis. Bahkan resep dari dokter ke apoteker udah lewat komputer. Segalanya digital sehinga mengurangi medication error dan apoteker punya kesempatan evaluasi kalau dokternya salah dosis. Jadi,  kolaborasi antar tenaga kesehatan jalan," ujar Anti.

Peserta juga mengunjungi Taiwan Food and Drug Administration semacam Badan Pengawas Obat dan Makanan  (BPOM) di Indonesia. Disana peserta mendapatkan pengetahuan tentang regulasi pelayanan kesehatan dan pengobatan tradisional di Taiwan. Kegiatan ini pun ditutup dengan field trip dan diskusi mengenai rencana kegiatan yang harus dilakukan tiap negara untuk menyebarkan ilmu tentang CPFB ini. Tim delegasi dari Indonesia merencanakan untuk membuat pusat kesehatan di Car Free Day (CFD) Bandung yang memberikan pelayanan kesehatan sederhana secara gratis seperti cek tekanan darah dan lain sebagainya. Selain itu, mereka juga merencanakan untuk mengundang pembicara dan mengadakan kampanye mengenai CPFB.  Anti mengaku acara tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada semester ini. Laporan akhir dari kegiatan ini harus diserahkan kepada IPSF regional Asia Pasifik sebagai bukti bahwa rencana kegiatan yang di presentasikan sudah berhasil dilaksanakan.

Menurut Anti, sebagai mahasiswa banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki keadaan pelayanan kesehatan di Indonesia. "Banyak yang bisa kita lakukan. Misalnya sharing pelajaran bersama teman, berdiskusi dengan dosen, membuat project, kampanye-kampanye yang berkaitan dengan kesehatan ke masyarakat, serta pengabdian masyarakat. Hal tersebut terbilang kecil, tetapi berefek besar bagi masyarakat," tutup Anti dengan optimis.

Sumber Gambar: Fikrianti Surachman (Farmasi Klinik dan Komunitas 2013.


scan for download