Mahasiswa ITB Juarai Lomba Penelitian Mahasiswa Pertambangan Indonesia (LPMPI) I di Palembang
Oleh Ria Ayu Pramudita
Editor Ria Ayu Pramudita
Harisma Andikagumi dan Nindia Wiraning Puspita (Teknik Pertambangan 2008) berhasil memperoleh juara pertama dalam kompetisi ini. Selain itu, tim Firly Rahmaditya Baskoro, Muhammad Nuhnaradita Saleh, dan Febrinanda Dwi Putra (Teknik Pertambangan 2008) juga berhasil menyabet juara ketiga, disusul oleh kelompok Mohammad Andhika Budiawan dan Gembong Suryo Wibowo (Teknik Pertambangan 2008) pada juara harapan 2 dan kelompok Fitrian Muhammad Oddang, Fathiyatu Syarifah, dan Cholidah Akbar (Teknik Metalurgi 2008) pada juara harapan 3.
Gelar juara berhasil mereka peroleh setelah melakukan presentasi 10 besar yang diselenggarakan di Unsri pada hari pertama grand final (02/06/12). Setelah diselingi oleh kunjungan lapangan ke PT Bukit Asam di Tanjung Enim (03/06/12), pengumuman juara dilaksanakan bersamaan dengan Seminar Nasional Pertambangan (04/06/12).
Ingin Bantu Pertambangan Rakyat
Karya ilmiah Harisma dan Nindia yang berjudul "Studi Laboratorium Penggunaan Poliuretan Sebagai Material Grouting Pada Tambang Bawah Tanah" yang berhasil menyabet juara 1 pada LPMPI-I ini menunjukkan kemampuan material polimer poliuretan pada kegiatan grouting, yaitu pengisian rekahan-rekahan yang terdapat pada masa batuan di tambang bawah tanah.
Grouting itu sendiri merupakan salah satu cara untuk menangani masalah adanya aliran air tanah ke dalam lubang bukaan tambang bawah tanah dengan harapan kegiatan penambangan bawah tanah tidak mengalami gangguan dari adanya aliran air tanah. Material poliuretan dipilih karena memanfaatkan sifatnya yang membutuhkan air dalam proses pembekuannya, sehingga keberadaan aliran air tidak akan mengganggu proses penambangan, justru membantu pembekuan poliuretan pada proses grouting. Poliuretan dapat menjadi material grouting yang lebih efektif dibandingkan dengan material grouting lain, seperti semen.
Tema ini bermula dari keinginan mereka untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat pada kegiatan penambangan rakyat, misalnya pada penambangan emas yang sering dilakukan pada skala kecil. Pada penambangan emas skala kecil tersebut, penambangan dilakukan di bawah permukaan tanah yang memiliki banyak potensi bahaya. Salah satunya kemungkinan runtuhnya tambang dan adanya airtanah. "Awalnya penelitian akan dilakukan untuk mengetahui kekuatan batuan untuk memperkirakan keamanan dari lubang bukaan. Akan tetapi, setelah berdiskusi dengan salah seorang dosen, kami disarankan untuk lebih menyoroti masalah airtanah pada tambang bawah tanah," jelas Harisma.
Namun usaha untuk mewujudkan pertambangan rakyat yang lebih aman dan menguntungkan ini belum selesai. Penelitian yang dilakukan oleh Harisma dan Nindia baru sebatas permodelan fisik, yang membutuhkan tindak lanjut dan aplikasi langsung pada kegiatan penambangan bawah tanah, baik skala besar maupun skala kecil. Tugas ini, menurut Harisma, tidak hanya diemban oleh mahasiswa Teknik Pertambangan. "Saya pribadi berharap agar semakin banyak mahasiswa yang menyadari bahwa pertambangan merupakan bidang ilmu yang multidisiplin. Hampir semua program studi bisa terlibat dalam kegiatan pertambangan. Misal, penelitian kami pada kompetisi ini, bisa dikembangkan lebih lanjut lagi oleh teman-teman di Teknik Material yang lebih menguasai material polimer, Matematika yang lebih memahami pemodelan numerik, dan masih banyak program studi lain yang bisa turut serta," jelasnya.
Bahan tambang merupakan kekayaan seluruh bangsa Indonesia yang diamanatkan konstitusi agar dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Daripada mengotak-kotakkan diri dalam lingkup yang dibatasi sendiri, tentunya lebih baik bersinergi dan bersatu untuk mengusahakan Indonesia yang lebih baik, untuk kesejahteraan bersama.