Mahasiswa ITB Terpilih Menjadi Presenter dalam ICAST 2015

Oleh Cintya Nursyifa

Editor Cintya Nursyifa

JATINANGOR, itb.ac.id - Sebuah apresiasi memang layak diberikan pada insan-insan berprestasi. Diberi kesempatan menjadi seorang presenter suatu paper rasanya tidak dimiliki semua orang. Terlebih, kali ini presentasi dari M. Naufal Hakim (Rekayasa Hayati 2014) disampaikan dalam sebuah konferensi internasional yang bertajuk "International Student Conference of Advanced Science and Technology" (ICAST) 2015 pada Kamis dan Jumat (17-18/09/15). Makalah tersebut berjudul "Feasibility study of Escherichia coli as nontoxic an controlled MEOR agent for increasing Indonesia Oil Production".

Persiapan yang dimiliki Hakim cukup singkat mengingat begitu banyak kegiatan lain yang diikutinya di dalam kampus. Namun layaknya mahasiswa ITB, keterbatasan waktu tidak mengurangi kualitas karya yang dihasilkan. Karya ini dikerjakan bersama seorang mahasiswa ITB yang lain, Sofya Restu (Rekayasa Pertanian 2014). Seleksi pertama diawali dengan penulisan abstrak yang kemudian dikirimkan ke panitia. Setelah abstrak diterima dan memenuhi kriteria penilaian, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan paper sebenarnya. Saat-saat pembuatan makalah inilah yang mempertemukannya dengan hambatan dalam memperoleh data sekunder. Data sekunder merupakan bagian yang penting dalam pembuatan makalah dengan kategori general session. Dalam ICAST sendiri terdapat 2 sesi yaitu, general session dan research session. Research session mengutamakan data primer dan diutamakan bagi mahasiswa S2 namun diperbolehkan juga bagi mahasiswa S1 yang melakukan penelitian.
Persiapan mandiri tanpa dosen dilakukan karena kondisi saat itu dalam masa libur akhir semester.  Bagaimanapun juga, Bersama Sofya, Hakim mampu menyelesaikan paper tersebut. "Setelah melewati berbagai macam revisi dari panitia, akhirnya saya dinyatakan (lolos, -red) menjadi presenter dari paper tersebut," tutur Hakim. Sebagai mahasiswa ITB yang mandiri, segala keperluan dalam pembuatan karya tulis tersebut dibiayai secara pribadi oleh kedua mahasiswa tersebut. Kemudian terkait perizinan, panitia ICAST memberikan undangan langsung kepada peserta. Dari keduanya, hanya Hakim yang dapat pergi memenuhi undangan tersebut, sedangkan Sofya berhalangan untuk hadir dalam mempresentasikan tulisan tersebut.


Berbagi Intuisi dalam Konferensi

 Presentasi yang digelar dalam gedung Rektorat ITS dihadiri Rektor dan Dekan Graduate Science and Technology sebagai perwakilan dari Kumamoto University serta dosen-dosen nasional maupun Internasional. Presentasi-presentasi lain juga ditampilkan dari masing-masing perwakilan berbagai universitas yang berasal dari Jepang, China, Inggris, Turki dan negara-negara undangan lainnya. Para tamu undangan yang hadir dalam ICAST berasal dari berbagai jenjang, baik diploma maupun strata. Suatu pengalaman berharga dapat menyajikan presentasi di hadapan native speaker dan menjadi tantangan terbesar dibandingkan membuat grafik pemodelan dengan persamaan differensial. Antusiasisme Hakim terhadap presentasi pun sangat tinggi. Banyak pertanyaan dari tamu lain mengenai isi materi yang disampaikan. Dalam percakapan informal, Hakim turut memperkenalkan ITB terutama prodi baru yang ada di ITB kepada tamu lainnya sekaligus bertukar wawasan dari berbagai sudut pandang.
Pada hari pertama, Rektor dan Dekan Graduate Science and Technology Kumamoto University menyampaikan presentasi dan dilanjutkan oleh 4 keynote speakers dalam 4 ruangan berbeda. Pada kesempatan tersebut diadakan pula penyajian presentasi pada general session. Ada perasaan gugup selama kegiatan berlangsung namun ketika memasuki hari kedua, adaptasi rasanya cukup untuk membuat semuanya terbiasa. Di sela-sela wawancara, Hakim menyampaikan untuk jangan takut memulai berkomunikasi dengan bahasa inggris, perbanyak pula ilmu dan wawasan terkait, agar dasarnya matang.

Sinergi Ketersediaan Energi dalam Kelestarian Semesta

Inspirasi yang Hakim dapatkan ini berasal dari proyek tim International Genetically Engineer Machine (IGEM), pun dengan data sekunder yang didapatkan dari percobaan tersebut. Selain itu masih ada data sekunder yang diadaptasi dari hasil percobaan Caltech dan University of Lethbridge USA. Makalah yang disusunnya ini melibatkan 2 mikroorganisme yaitu bakteri Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Gen penghasil surfaktan dari Pseudomonas diselipkan pada backteri Escherichia coli. Gen tersebut mampu menghasilkan senyawa yang dapat mengumpulkan sisa minyak dari sumur minyak dan membantu proses pemulihan sumur minyak bumi. E. coli sendiri dipilih karena jauh lebih aman dibandingkan pseudomonas yang dapat mencemari lingkungan akibat racun yang dihasilkan. Tahap ini sangat berguna dalam proses MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery) di Indonesia. Hakim mendapat berbagai data mengenai sumur minyak di luar Indonesia. Namun dari makalah tersebut diketahui bahwa tidak semua bakteri aman bagi proses pemulihan sumur minyak di Indonesia. Karakter geografis dan faktor lain ternyata mempengaruhi metode recovery yang optimal yaitu penggunaan bakteri E. coli. Selain dapat memaksimalkan perolehan minyak bumi, penemuan ini dapat menjadi dasar dalam pemulihan sumur minyak di Indonesia. "Semoga anak  ITB semakin up to date untuk konferensi dan perlombaan biar lebih banyak yang ikut dan bisa memperbaiki kesalahan dan menyempurnakan konten masing-masing," tutup Hakim.

Sumber gambar: M. Naufal Hakim (Rekayasa Hayati 2014)