Mahasiswa Kembangkan Inkubator Jinjing sebagai Solusi Evakuasi Korban Bencana Usia Bayi

Oleh Fatimah Larassaty Putri Pratam

Editor Fatimah Larassaty Putri Pratam

BANDUNG, itb.ac.id - Terus membuktikan diri sebagai institut yang mengedepankan inovasi, ITB melalui mahasiswanya kembali mengajukan sebuah solusi untuk masalah sosial. Indonesia terkenal rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana wabah yang menyebabkan korban berjatuhan. Tak jarang di antara korban tersebut adalah bayi berusia 0--1 bulan, yang notabene rentan pada lingkungan ekstrem dan partikel berbahaya pasca bencana. Proses evakuasi untuk korban-korban bayi acapkali mengesampingkan aspek-aspek yang sensitif tersebut sehingga bayi dievakuasi hanya menggunakan kain yang diikatkan kepada tubuh evakuator dan bayi itu sendiri seperti gendongan bayi pada umumnya. Akibatnya, sekitar setengah dari total jumlah korban pasca bencana adalah bayi.

Terobosan yang ditawarkan oleh Amanda Putri (Teknik Fisika 2014), Amin Yahya (Teknik Fisika 2014), Ismail Faruqi (Teknik Fisika 2014), Isra Ramadhani (Teknik Kimia 2014), serta Dzatia Muti (Desain Produk 2014) atas masalah ini adalah sebuah inkubator berbentuk tas gendong yang memiliki fungsi menghangat dan memberikan udara yang bersih layaknya inkubator. Berbeda dengan inkubator konvensional yang membutuhkan suplai listrik yang kontinu, inkubator karya anak bangsa ini memanfaatkan material tertentu sebagai elemen penghangat sehingga tidak membutuhkan listrik terus-menerus.


Inkubator ini juga dilengkapi dengan penyaring udara yang memanfaatkan membran yang memiliki pori berukuran 50 nanometer sehingga mampu menyaring partikel berbahaya, bahkan bakteri sekalipun. Desain inkubator disesuaikan dengan kebutuhan mobilitas yang tinggi untuk keperluan evakuasi pada medan bencana serta pasca bencana sehingga mudah dibawa serta digunakan.


"Untuk masalah harga, inkubator kami jauh lebih ekonomis. Jika inkubator konvensional memiliki kisaran harga diatas 50 juta rupiah, harga inkubator kami hanya seperlimapuluhnya", aku Amanda. Selaku ketua tim penelitian tersebut, Amanda mewakili teman-temannya berharap kedepannya inkubator yang mereka ciptakan ini dapat menekan jumlah korban bayi pasca bencana.