Mahasiswa KKN ITB Optimalkan Bambu untuk Atasi Masalah Pertanian di Desa Parungbanteng, Purwakarta

Oleh Ahmad Faujan - Mahasiswa Oseanografi, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

Sosialisasi pupuk PGPR oleh kelompok 12 KKN ITB bersama kelompok tani Kampung Cibodas, Jumat, (23/8/2024). (Dok. Kelompok 12 KKN ITB 2024)

PURWAKARTA, itb.ac.id - Kelompok 12 KKN Tematik Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan programnya di Kampung Cibodas, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, selama 20 hari, dari tanggal 6 hingga 26 Agustus 2024. Program ini berfokus pada optimalisasi tanaman pertanian dengan memanfaatkan pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang terbuat dari akar bambu guna mendukung pertanian berkelanjutan di daerah tersebut.

Berdasarkan hasil survei, observasi, dan wawancara dengan warga serta kelompok tani, kelompok 12 mengidentifikasi beberapa masalah pertanian yang dihadapi.

Ketua Kelompok 12, Muhammad Fathoni S. (Rekayasa Pertanian, 2022), menjelaskan, “Salah satu masalah utama yang dihadapi petani adalah akses transportasi yang tidak memadai, yang menyebabkan harga pupuk melonjak tinggi. Selain itu, penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus telah menurunkan kualitas tanah, yang terlihat dari lahan yang semakin tandus dan pH tanah yang rendah."

Melihat potensi besar dari banyaknya pohon bambu di desa tersebut, kelompok 12 memutuskan untuk memanfaatkan akar bambu sebagai bahan utama pembuatan pupuk PGPR. Akar bambu dipilih karena mengandung bakteri rhizobacteria yang mampu memfiksasi nitrogen, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Kegiatan pembuatan pupuk PGPR oleh kelompok 12 KKN ITB, Kamis, (8/8/2024). (Dok. Kelompok 12 KKN ITB 2024)

“Program ini berjalan dengan baik meskipun kami dibatasi oleh masa KKN selama 20 hari. Masyarakat memandang baik program kami, didukung dengan rasa penasaran dan keinginan kuat warga untuk mendapatkan pupuk berkualitas dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar. Kami juga mampu mengatasi keterbatasan waktu dengan cara mengefektifkan waktu fermentasi pupuk,” ujar Fathoni.

Pembuatan pupuk PGPR dilakukan di kediaman Bapak Sardi, salah seorang warga desa, dari tanggal 8 hingga 23 Agustus 2024. Setelah itu, kelompok 12 mengadakan dua sesi sosialisasi kepada kelompok tani pada 23 Agustus 2024 dan kepada warga Kampung Cibodas pada 24 Agustus 2024.

“Pupuk PGPR ini sangat mudah diaplikasikan. Cukup diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:50 dan bisa langsung disiram atau disemprotkan ke tanaman. Kami berharap petani dapat secara bertahap mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan memproduksi pupuk ramah lingkungan secara mandiri,” ujarnya.

Hasil pupuk PGPR oleh Kelompok 12 KKN ITB yang akan dibagikan kepada kelompok tani dan warga. (Dok. Kelompok 12 KKN ITB 2024)

Dengan adanya program ini, kelompok 12 berharap para petani di Desa Parungbanteng dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, yang mahal dan merusak kualitas tanah. "Kami berharap PGPR ini bisa menjadi solusi bagi mahalnya pupuk nonsubsidi dan menjadi bagian dari pertanian berkelanjutan di desa ini," katanya.

Kegiatan lomba yang dilakukan Kelompok 12 yang berkolaborasi dengan Kelompok 3 di Kampung Cibodas, Desa Parungbanteng, Minggu (18/8/2024). (Dok. Kelompok 12 KKN ITB 2024)

Selain program utama terkait pertanian, kelompok 12 juga menjalankan berbagai kegiatan sosial untuk mempererat hubungan dengan masyarakat setempat. Mereka mengadakan wilujengan, kegiatan mengajar anak-anak di Kampung Cibodas, mengajar di SDN 2 Parungbanteng, serta menanam bersama warga di beberapa lahan penduduk.

Kegiatan KKN juga bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia. Kelompok 12 bekerja sama dengan Kelompok 3 Desa Wisata untuk menyelenggarakan perlombaan. Acara ini diakhiri dengan liwetan dan perpisahan yang hangat dengan warga Kampung Cibodas.

Mahasiswa mendapatkan banyak manfaat dari program ini. "Kami belajar bekerja sama dalam tim, berinteraksi dengan masyarakat, serta menemukan solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi di lapangan. Pengalaman ini menambah keterampilan sosial dan manajemen program," ujar Fathoni.

Reporter: Ahmad Faujan (Oseanografi, 2021)