Mahasiswa KKN Tematik ITB Perkuat Infrastruktur Masjid, Air Bersih, dan Sanitasi di Kampung Margamukti Sumedang
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
SUMEDANG, itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 2023 di dua tempat, yakni Kabupaten Sumedang dan Pangelengan. Salah satunya di Desa Cimarga, Kabupaten Sumedang, yang diselenggarakan pada 24 Juli-17 Agustus 2023.
Total peserta KKN Tematik pada tahun ini adalah 251 mahasiswa dari pelbagai jurusan yang dibagi menjadi 15 kelompok dan 9 tema. Kelompok-kelompok tersebut disebar ke beberapa kampung yang ada di Desa Cimarga. Salah satunya adalah Kampung Margamukti yang terletak di ujung selatan desa ini.
Kampung ini berjarak sekitar 5,7 kilometer dari pusat pemerintahan Desa Cimarga. Sarana dan prasarana yang tersedia masih minim dan kondisinya kurang baik. Padahal, kampung ini merupakan lokasi transmigrasi lokal tempat masyarakat bermukim dan menggantungkan hidupnya.
Empat kelompok diterjunkan ke Kampung Margamukti untuk pembangunan infrastruktur yang memadai, yakni kelompok 1, 2, 5, dan 7. Ketua Kelompok 5, Fakhrur Ismail (SI 21), mengatakan program utama dari kelompok tersebut adalah rekonstruksi Masjid An-Nur.
“Awalnya kami hanya ingin melakukan revitalisasi saja, namun berdasarkan hasil survei di lapangan, kondisi eksisting bangunan memiliki kerusakan pondasi yang cukup parah dan tidak memiliki sloof, balok, dan kolom untuk menopang bangunan. Hal ini tidak memungkinkan sehingga opsi yang tersedia adalah melakukan pembongkaran bangunan dan membangunnya lagi dari nol,” ujar Fakhrur.
Terlebih, Masjid An-Nur merupakan satu-satunya fasilitas umum yang ada di Kampung Margamukti. Selain digunakan untuk beribadah, masjid ini menjadi pusat berkumpul dan tempat musyawarah bagi masyarakat setempat.
“Pada rancangan masjid yang baru, kami sudah mengacu kepada SNI rumah sederhana sehingga diharapkan masjid ini dapat dimanfaatkan secara maksimal dan memiliki ketahanan umur yang panjang,” tutur Fakhrur.
Sebelum dipugar, dinding masjid ini terbuat dari susunan kayu yang mudah lapuk.
Masjid berukuran 7,5 x 7,5 m tersebut memiliki aspek struktural tambahan, yakni penambahan angkur dari pondasi lajur ke sloof dan penambahan angkur dari kolom ke dinding. Selain itu, digunakan atap berbahan dasar baja yang ringan untuk mengurangi beban bangunan.
“Untuk seluruh tahap perancangan, mulai dari gambar detail, rencana anggaran biaya, work breakdown structure, dan timeline pekerjaan dilakukan oleh kami dengan pengawasan dari dosen pembimbing,” jelas Fakhrur.
Sementara itu, kelompok 2 turut membangun sarana MCK umum yang ramah lingkungan serta tempat wudu di Masjid An Nur. Ketua Kelompok 2, Marsai Gilang (IL 21) menjelaskan mengenai progres tempat wudu dan MCK yang mereka rancang.
“Bangunan MCK yang kami rancang memiliki dimensi 4,3 x 3 m dengan 2 bilik kamar mandi dan 4 keran wudhu,” ungkap Marsai.
Selain Pembangunan MCK umum di masjid, kelompok 1 juga menyediakan MCK umum dengan pengolahan limbah domestik berupa septic tank. Proses penguraian limbah dipercepat dengan bantuan bakteri EM4. Intan Nurapriyanti (IL 21) menjelaskan bakteri tersebut akan ditambahkan melalui kloset selama periode 3-4 bulan.
“Bakteri ini dapat menguraikan senyawa kimia berbahaya yang terkandung di kotoran. Setelah memasuki kompartemen terakhir, kotoran yang sudah terurai dapat dialirkan melalui saluran outlet ke lingkungan dengan aman. Septic tank yang digunakan juga memiliki jangka waktu yang panjang dan tidak perlu disedot,” ujarnya.
Masyarakat sebelumnya menggunakan MCK umum semi permanen di kolam ikan. Mereka mengeluhkan kesehatan akibat kondisi sanitasi yang buruk dan sulitnya akses untuk membuang hajat karena kondisi jalan dan tempat MCK yang sulit. Dua buah MCK baru yang layak kini bisa dijangkau masyarakat di setiap RT.
Sumber air dari MCK tersebut disokong oleh program kelompok 7. Ketua Kelompok 7, Laifan Setyo mengatakan mereka membuat baik reservoir filtrasi yang fungsinya menyaring air secara sederhana menggunakan ijuk, pasir silika, pasir malang, dan batu kali.
“Latar belakangnya karena kondisi air di Margamukti keruh saat musim hujan, sering terjadi sedimentasi, dan hewan yang mencemari badan air,” ucap Laifan.
Selain itu, juga dilakukan revitalisasi bak reservoir penampungan air warga dengan menambal lubang yang menyebabkan air merembes dan terbuang percuma. Bak penampungan di sumber mata air pun tak ketinggalan.
“Bak sumber mata air ini memiliki endapan lumpur tebal sehingga debit airnya kecil. Oleh karena itu, kami menggali endapan lumpur tersebut dan membuat plat lantai di bagian dasarnya. Penyaluran airnya kami perbaiki seperti sistem irigasi yang sederhana sehingga bisa dialirkan ke MCK umum,” terangnya.
Pembangunan masjid tersebut akhirnya berhasil dirampungkan dalam waktu 22 hari.
Berbagai pembangunan yang ditinggalkan oleh mahasiswa KKN ini tidak mudah, mengingat kontur wilayahnya yang curam dengan ketinggian 900 mdpl. Namun, mereka berhasil mengupayakan fasilitas peribadatan, sanitasi, dan air bersih untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kampung Margamukti.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)