Mahasiswa Lintas Program Studi ITB Berkolaborasi Mencari Solusi bagi Sungai Citarum
Oleh Diviezetha Astrella Thamrin
Editor Diviezetha Astrella Thamrin
BANDUNG, itb.ac.id - Delapan puluh mahasiswa dari berbagai program studi ITB mengikuti kegiatan ekskursi Geohumanism 2013, yang pada tahun ini bertajuk "Geohumanism Goes to Citarum". Acara yang dilangsungkan pada Sabtu (02/03/13) ini merupakan sebuah kegiatan pengabdian masyarakat yang diusung oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (GEA) ITB. Geohumanism termasuk sebuah kegiatan yang unik, karena adanya perbedaan dengan kegiatan pengabdian masyarakat lainnya dalam hal penentuan lahan, dengan hulu Sungai Citarum sebagai sasaran lokasi tahun ini.
Menurut ketua Geohumanism 2013, Ken Prabowo (Teknik Geologi 2010), ekskursi ini dilakukan untuk mensosialisasikan berbagai permasalahan yang terdapat pada Sungai Citarum. "Berbagai program studi juga dilibatkan dalam kegiatan ini agar dapat dihasilkan sebuah solusi yang merupakan kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu," ujarnya.
Ekskursi dilakukan dengan mengunjungi 2 titik yang menjadi zona inti hulu Sungai Citarum. Titik pertama merupakan sungai mati (oxbow) yang terletak di Kecamatan Baleendah, dimana terdapat jejak hasil normalisasi Sungai Citarum yang diyakini dapat mengurangi banjir dengan meluruskan aliran sungai yang berkelok. Dr. Ir. Budi Brahmantyo, salah satu dosen Teknik Geologi ITB yang menjadi pendamping kegiatan ekskursi dan juga merupakan ahli geohidrologi ITB, mengatakan bahwa normalisasi berupa penyodetan dan pengerukan belum mampu mengurangi banjir. Ia berpendapat bahwa pendekatan penyelesaian banjir dapat ditempuh dengan melibatkan peran sosial dan adaptasi lingkungan yang dipadukan dengan pendekatan teknis.
Titik kedua yang menjadi lokasi pengamatan adalah kawasan hulu Sungai Citarum yang mengalami perubahan tata guna lahan di daerah Pacet. Pada daerah lereng-lereng pegunungan ini, dilakukan pertanian sayuran semusim. Selain daerah Pacet, pengamatan juga dilakukan ke Desa Tarumajaya. Pada desa ini terdapat peternakan sapi yang limbah kotorannya dibuang langsung ke aliran Sungai Citarum.
Kolaborasi Berbagai Disiplin Ilmu
Pada Geohumanism tahun ini, GEA bekerja sama dengan berbagai himpunan mahasiswa dari program studi-program studi lainnya di ITB, seperti Himpunan Mahasiswa Biologi (NYMPHEA), Himpunan Mahasiswa Farmasi (Ars Preparandi), Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG), Himpunan Mahasiswa Meteorologi (Atmosphaira), Himpunan Mahasiswa Kimia (AMISCA), Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK), Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), dan Himpunan Mahasiswa Perancangan Wilayah dan Kota (Pangripta Loka).
Mahasiswa-mahasiswa dari lintas program studi ini kemudian berbagi ide-ide yang diperoleh selepas pengamatan. Mahasiswa dari Teknik Lingkungan mengkaji pengolahan sampah dan limbah padat agar dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke sungai, sementara mahasiswa dari Perancangan Wilayah dan kota mengkaji tata guna lahan dan perubahannya. Mahasiswa dari Farmasi pun berharap dapat mensosialisasikan tanaman-tanaman herbal yang dapat ditanam penduduk sekitar zona inti hulu Sungai Citarum.
Jeffry Giranza (Teknik Geologi 2010), ketua himpunan Teknik Geologi ITB, menekankan pentingnya kolaborasi berbagai bidang ilmu untuk penanganan masalah-masalah Sungai Citarum. "Contohnya saja dalam mengatasi banjir, pendekatan teknis tanpa melibatkan bidang sosial tidak dapat menyelesaikan masalah," kata Jeffry. Dengan diadakannya Geohumanism Goes to Citarum ini, diharapkan civitas akademik ITB dapat turut berkontribusi untuk ikut mencari solusi bagi permasalahan Sungai Citarum dengan kolaborasi berbagai disiplin ilmu.
Dari berbagai sumber.
Dokumentasi: Ayu Wulandari