Mahasiswa Teknik Elektro ITB Kembangkan Instrumen Pertumbuhan Tanaman Lebih Efektif dan Efisien

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id–Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan pameran tugas akhir mahasiswa S1 Teknik Elektro ITB berjudul “Electrical Engineering Days 2023 (EED 2023)”, Selasa (6/6/2023) lalu.

Pameran menampilkan produk riset dan inovasi untuk menjawab masalah yang terjadi di lingkungan sekitar. Salah satu inovasi yang menarik adalah mesin pendingin yang berkapasitas 1.000 liter hasil karya Syauqittuqa (13219034), Afgantar Gemilang Suryo Bachtiar (13219057), dan Vinsensius Liusianto (13219036). Alat ini mereka diberi identitas “Plant Growth Chamber”.

Percobaan pertumbuhan tanaman memiliki peralatan yang sulit untuk didapatkan. Faktor-faktor seperti cuaca, keadaan, dan iklim di alam yang tidak dapat diprediksi mampu menghambat percobaan pertumbuhan tanaman. Sehingga dibutuhkan instrumen yang membantu percepatan pertumbuhan tanaman dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Ketidaktersediaan alat tersebut dalam negeri, memicu semangat Afgantar dan tim untuk mengembangkannya.

Plant Growth Chamber merupakan sebuah ruang/instrumen emulator untuk menumbuhkan tanaman yang diperuntukan bagi penelitian terkait pertumbuhan tanaman. Alat ini digunakan untuk mengatur parameter yang memengaruhi pertumbuhan tanaman seperti iklim dan intensitas cahaya. Alat ini memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi serta mudah dioperasikan oleh pengguna melalui perangkat lunak yang terhubung oleh internet sehingga bisa diakses dalam jarak jauh.

Afgantar menjelaskan bahwa alat tersebut dikembangkan dari hasil survei di kalangan mahasiswa yang sering melakukan percobaan pertumbuhan tanaman seperti Biologi dan Rekayasa Pertanian. Sehingga, harapannya alat yang mereka kembangkan mampu mengatasi keresahan mahasiswa seperti pengaturan parameter tanaman yang masih manual, pengecekan sampel yang tidak bisa dilakukan dalam jarak jauh, dan sterilisasi sampel.

Syauttaqi menambahkan biaya produksi alat ini tidak semahal alat yang sudah ada. Mereka menghabiskan biaya kurang lebih Rp100 juta untuk mengembangkan alat ini. Dana ini didapat dari bantuan Program Studi Teknik Elektro ITB dan LPDP. Pengembangan alat tersebut dibimbing oleh Dr. Ir. Irman Idris, M.Sc.


Syauttaqi dan tim tentu berharap alat ini bukan hanya sebatas pemenuhan tugas akhir saja, melainkan dapat dikembangkan lagi. Mereka memiliki rencana pengembangan untuk meningkatkan kualitas kompresor pada alat supaya dapat diatur secara otomatis dan memperbaiki eror pada instrumen.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)