Mahasiswi Korea Selatan Antusias Mengikuti Kuliah dari Dosen ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Dosen ITB Ir. Budi Rahardjo M.Sc.,Ph.D memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Seoul Women's University dan ITB


BANDUNG, itb.ac.id – Tahun ini merupakan kali kedua bagi mahasiswi Seoul Women’s University (SWU) mengunjungi Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam rangka Summer Course dan Hackaton. Mereka berasal dari beberapa jurusan seperti Informatics Security, Digital Media, Software Engineering, dan lain-lain. Selama dua hari, mereka bersama mahasiswa ITB belajar tentang “Global Emerging Market IT Business Entrepreneur Program”.


Acara tersebut menghadirkan empat pembicara dari ITB. Pertama, diisi oleh Dosen Informatika ITB, Dr. Eng. Ayu Purwarianti ST., MT. dengan topik “Information Technology and Start Up” di Ruang Staf Baru Fisika ITB, Jalan Ganesha No.10, Senin (24/6/2019). Ayu membuka dengan memberikan paparan mengenai beberapa start up karya alumni ITB seperti Bukalapak, Warung Pintar, Agate, dan Sangkuriang. Menurutnya, kunci kesuskesan dalam membangun start up adalah understand the market, passion, compact team, never give up, networking, futuristic. 

Ayu juga menyampaikan hal yang paling penting dalam membangun start up yaitu Brain, Friends, dan Fund. “Mana yang paling penting di antara ketiga hal tersebut?” tanya Ayu. Beberapa ada yang menjawab brain dan ada juga yang menjawab friends. “Ketiga komponen tersebut sama-sama penting dalam membangun start up, dari beberapa ¬start up yang telah didirikan oleh alumni ITB tersebut kebanyakan dirintis sebelum lulus dari ITB dan berasal dari beberapa fakultas,” ungkap Ayu. Ia berharap melalui kuliah umumnya tersebut dapat menginspirasi dan memberikan insight baik kepada mahasiswa ITB maupun SWU.

Kemudian, topik kuliah umum selanjutnya ialah tentang “Technopreneur” yang disampaikan oleh salah satu dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen, Sonny Rustiadi M.B.A.,Ph.D. Sonny menyampaikan bahwa “Technopreneur” berasal dari gabungan dua kata penting yaitu Technology dan Entrepreneurship. Technology berarti human innovation in action sedangkan entrepreneurship memiliki makna seseorang yang dapat melihat suatu kesempatan dalam suatu kesempitan yang orang lain tidak menyadarinya dan akhirnya membuat suatu value dari kesempatan tersebut.

“Sehingga, secara definisi, technopreneur adalah pemanfaatan teknologi sebagai kunci utama dalam meningkatkan performa barang atau jasa,” ungkap Sonny. Ia juga mengajarkan mengenai Business Model Canvas atau yang biasa disingkat BMC. Mahasiswa menyimak dengan baik karena BMC sangat penting dalam membuat suatu bisnis. Sonny menyampaikan bahwa BMC ini menggantikan peran dari proposal bisnis yang tebal karena BMC hanyalah satu lembar yang terdiri dari 9 pilar dan telah mewakili komponen-komponen penting dalam membuat bisnis, seperti cara mendapatkan pendapatan, hubungan dengan customer, apa yang harus dikerjakan.

Di hari kedua, kuliah pertama disampaikan Ir. Budi Rahardjo M.Sc.,Ph.D., salah satu Dosen Teknik Elektro ITB. Kuliah dibuka dengan pengalaman Budi yang dulunya pernah berada di posisi sebagai mahasiswa yang berjuang untuk mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjutkan Pendidikan S2 di Benua Amerika. 

Mahasiswa sangat antusias terhadap pengalaman Budi karena telah berkarir di bidang bisnis bersama salah satu teman Korea Selatan. Yang paling menarik adalah bahwa Budi memberikan social impact kepada masyarakat luas. “Saya membuka program pembelajaran mengenai programming dan coding untuk anak sejak dini agar mereka bisa mengenal teknologi dan menjadi terbiasa,” ungkap Budi. Budi berharap bahwa para peserta bisa berperilaku tech-savvy sejak dini dan membawa Indonesia lebih baik lagi.

Kuliah terakhir disampaikan oleh Dosen Instrumentasi ITB, Drs. Maman Budiman M.Eng.,Ph.D., yang membahas Internet of Things (IoT) dan Industry 4.0. “Kalian pasti sudah tidak asing mendengar kata-kata Industry 4.0, bukan?” tanya Maman. Maman mengatakan bahwa industry saat ini telah berevolusi dan semua orang harus mempersiapkannya.

Di hari terakhir, terdapat proyek bersama antara mahasiswa ITB dengan SWU. Mereka dibagi menjadi 7 kelompok masing-masing berisi 4 anggota, 2 dari ITB dan sisanya dari SWU. Mereka melakukan brainstorming masalah yang dapat diatasi dengan teknologi di Indonesia dan kemudian mencari solusi. Kemudian, mereka mempresentasikan di depan 3 juri yang merupakan profesor dari Seoul Women’s University. Banyak inovasi yang disajikan seperti aplikasi “Jalan, yuk!” untuk meningkatkan kesadaran pentingnya olahraga dan mengurangi polusi udara, “Parky” untuk mencari tempat parkir, dan lain-lainnya. “Harapannya adalah semoga bisa diimplementasikan dan hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan semakin erat,” ungkap Acep Furqon, Ph.D selaku kordinator program acara tersebut.

Reporter: Jonathan Maximilian Surya Atmaja (FTI 2019)