Maling ITB Tertangkap - Masyarakat ITB Geram
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Pagi hari ini (6/1) di halaman depan Sunken Court, berdiri seorang muda, berperawakan kecil dengan tubuh gelap. Dia berdiri di atas kursi dengan tangan terikat dan lebam di sekujur tubuhnya. Johanes alias Jo, begitu ia mengaku dirinya dipanggil.
Dini hari ini (6/1) sekitar pukul tiga, Jo terlihat mengintai berkeliaran di halaman depan Unit Kesenian Jepang (UKJ) dan Unit Kesenian Sumatera Utara (UKSU). Saat itu UKJ dalam keadaan terkunci, sementara itu UKSU dalam keadaan terbuka; ada seorang anggota UKSU di dalam sekretariat UKSU, sedang tertidur. Beberapa mahasiswa yang kebetulan ada di unit-unit sekitar Sunken Court awalnya tidak curiga karena mengira Jo adalah anggota UKJ yang mencari-cari kunci sekretariat UKJ -wajar. Namun, karena Jo tidak kunjung masuk UKJ dan terus mengintip-intip UKJ dan UKSU, beberapa mahasiswa mendatangi Jo.
Seorang mahasiswa mengenali Jo sebagai maling yang dulu pernah tertangkap beberapa kali di ITB. Awalnya Jo mengaku mahasiswa Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika). Jo memang pernah tertangkap di mencuri di Himpunan Mahasiswa Fisika (Himafi) dan Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG).
Segera, Jo di tangkap. Dia sempat di-"interogasi" di Sunken Court. Sebelum pagi, Jo juga sempat digelandang ke Himatika dan Himafi.
Pagi ini beberapa mahasiswa dan pegawai ITB yang melihat Jo terikat di depan Sunken Court tampak geram hingga turut menyumbang pukulan bagi Jo.
Beberapa mahasiswa yang telah menangkap Jo memerintahkan Jo untuk berteriak bahwa dirinya maling. "Nama saya Jo. Dulu saya maling. Maafkan saya ITB."
Sampai berita ini diturunkan, Jo masih diarak keliling ITB. Memang tampak bahwa masyarkat ITB memiliki dendam terhadap berbagai macam kehilangan dan kecurian. Sebagai sebuah Perguruan Tinggi terbuka, ITB memang dengan mudah dimasuki oleh siapa saja tanpa ada kecurigaan sama sekali. Lebih lagi, dengan budaya para mahasiswa di unit-unit kegiatan mahasiswa atau di himpunan-himpunan departemen yang percaya begitu saja menitipkan barang-barang di sekretariatnya masing-masing. ITB memang menjadi ladang subur bagi para maling dan pencuri. Tiap himpunan, unit, dan bahkan unit kerja milik ITB memiliki sejarah kemalingan, entah buku, tas, sepatu, HP.
Memang sangat logis, Jo tidak menjadi biang satu-satunya peristiwa kemalingan di ITB. "Nggak, kak, saya gak nyuri di sana," kerap Jo berkata itu dengan iba, saat ada mahasiswa bertanya tentang kehilangan di himpunannya. Sayangnya, Jo memang sedang bernasib tidak mujur. Dia tertangkap dan masyarakat ITB memang sedang geram terhadap yang namanya maling. (Dan mungkin mahasiswa ITB lagi pusing dan kesal dengan ujian.) Lebam-lebam di sekujur tubuhnya menggambarkan kegeraman masyarakat ITB pada maling.
Jangan mencuri lagi ya, Jo!