Manfaatkan Lahan Terbuka di Atas Breakwater, Mahasiswa ITB Sabet Medali Emas Wintex 2021

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Mahasiswa Institut Teknologi Bandung turut berpartisipasi dalam kegiatan Indonesia Inventors Day 2021 yang lalu. Agenda tahunan INNOPA tersebut dibagi menjadi dua cabang, yakni IYIA (International Young Inventors Award) untuk kategori di bawah 18 tahun dan WINTEX (World Invention Technology Expo) untuk mahasiswa, dosen, maupun peneliti.

Tergabung dalam Tim Kaisar Plannow, mahasiswa Perencanaan Wilayah Kota dan Teknik Kelautan ITB merancang inovasi untuk pembangunan berkelanjutan di Teluk Mundu berdasarkan rencana pengelolaan garis pantainya. Mereka adalah Rusdianto Efenddi (KL 19), Arif Sadewo (KL 18), Amalia Nanda (PWK 19), Ayubella Anggraini (PWK 19), dan Evita Mahar (PWK 19).

“Ada beberapa tahapan dalam kompetisi ini. Pertama, kami harus mengumpulkan abstrak. Setelah lolos ke babak selanjutnya, kami harus merampungkan paper lengkap, poster, video, dan maket dari ide kami. Semuanya dilakukan secara daring. Sementara untuk exhibition dan presentasi maket dilaksanakan luring di Denpasar pada 26-29 November lalu,” terang Evita. Tercatat ada 23 negara yang mengirimkan delegasinya untuk kompetisi dan pameran tersebut.

Ide segar yang tim ini bawakan adalah breakwater atau pemecah gelombang yang terintegrasi dengan konsep energi terbarukan. “Breakwater merupakan salah satu cara untuk melindungi pesisir pantai. Pembeda karya kami adalah pemanfaatan lahan terbuka di atasnya yang disulap menjadi tempat pembangkit listrik bersumber panas matahari, gelombang laut, angin, juga bisa dijadikan lahan hijau untuk rekreasi,” kata Rusdi saat diwawancara reporter Humas ITB, Selasa (22/2/22).

Rusdi menerangkan, breakwater merupakan salah satu bentuk pertahanan di pesisir pantai. “Namun, pembuatan pemecah gelombang itu sangat mahal dan tidak memiliki nilai ekonomi ketika sudah selesai dibangun. Karena itu, kami coba memadukannya dengan pembangkit listrik energi terbarukan atau sarana rekreasi agar memiliki nilai ekonomi. Cara ini akan menutupi biaya pembangunannya yang mahal sekaligus menawarkan solusi untuk permasalahan lainnya.”

Teluk Mundu di Cirebon dipilih menjadi daerah studi kasus mereka. Alasannya karena saat ini Cirebon mulai tumbuh menjadi wilayah industri akibat skema Segitiga Rebana (Cirebon, Patimban, Kertajati). Namun, tidak ada zona penyangga maupun perlindungan struktural di daerah pesisir itu. Risiko bencana, seperti banjir, erosi, abrasi, dan sedimentasi meningkat seiring dengan tekanan perkembangan industrialisasi. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat pesisir.

Mereka berharap agar penetapan Cirebon sebagai daerah industri tidak menimbulkan masalah sosial dan secara teknis pesisir itu mampu bertahan dengan berbagai ancamannya. “Mengenai penelitian yang kami garap ini, sangat terbuka dengan masukan dan saran untuk penyempurnaannya. Semoga ide ini bisa benar-benar direalisasikan dan menjawab masalah yang sedari awal kami sorot,” imbuh Rusdi.

Banyak permasalahan, entah sosial atau teknis, yang dapat kita jumpai dari lingkungan sekitar. Mahasiswa hanya perlu sikap kritis dan keberanian yang lebih untuk menyampaikan terobosan yang telah disusun. Karena dari sebuah gagasan, akan lahir pemecahan masalah yang mampu memberi perubahan.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)