Mapres ITB Alifia Zahratul Ilmi: Menjadikan Pembelajaran Tak Hanya Berhenti di Buku Catatan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Selayaknya, pembelajaran yang didapatkan di perguruan tinggi bisa membuat seseorang menyadari pentingnya berkembang bersama orang-orang di sekelilingnya. Hal inilah yang kemudian menginspirasi Alifia Zahratul Ilmi, Juara 1 pada ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) ITB Tahun 2022.

Baginya, mahasiswa berprestasi berarti mereka yang sudah memahami posisi, potensi, dan peran dirinya hingga bisa mengaktualisasikan diri untuk menebar manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Ia berkeyakinan bahwa mahasiswa berprestasi bukanlah mahasiswa yang paling top, paling pintar, ataupun paling didewakan. Namun, mahasiswa berprestasi juga mahasiswa biasa, tidak selamanya memiliki nilai yang straight-A (IPK nyaris sempurna). Bahkan, mahasiswa berprestasi justru seseorang yang mau menjemput serta dipercaya untuk menjadi wajah universitasnya.

“Ini semua tentang bagaimana mahasiswa memaknai pembelajaran yang didapatkan di universitas. Bagaimana pembelajaran itu tidak berhenti di buku catatan kuliah, kertas ujian, ataupun transkrip akademik. Mahasiswa berprestasi adalah mereka yang bisa memuliakan ilmu dan mentransformasikannya menjadi manfaat bagi dirinya sendiri hingga ke masyarakat,” ujar mahasiswi program studi Teknik Biomedis tersebut.

Sebagai anak pertama, ada doa yang indah dibalik arti nama yang disematkan oleh kedua orang tuanya. Dari sinilah ia bertekad untuk terus menjadi sosok pembelajar yang dapat menebarkan aroma harum ilmu yang selama ini ia dapatkan. Ia pun berprinsip bahwa apapun yang ia pelajari pasti akan selalu ada manfaat untuk orang sekitar. Salah satunya, dengan berbagi pemikiran di sosial media, mencoba mengaplikasikannya di kompetisi-kompetisi mahasiswa, atau mencoba metode-metode baru dalam mengurus organisasi.

Ia pun memetik pesan dari kakak tingkatnya yang juga merupakan Juara 3 Mapres ITB tahun 2021, Firman Nurudin, dimana menurutnya universitas adalah sebuah Innovation-Hub, tempat orang-orang bertukar pikiran dengan bebas, dan merdeka berpikir. Universitas adalah tempat untuk saling bertemu dan mengkritisi apa yang mahasiswa minati, menilik akar-akar permasalahannya dan mencoba menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri

“Orang tua saya selalu berpesan untuk tetap berpegang pada agama dan berserah diri setelah bekerja keras. Karena saya yakin, keberuntungan itu sama dengan kesempatan yang bergabung dengan kapasitas yang kita miliki. Kita bisa mengupayakan kapasitas atau kompetensi yang ingin dimiliki, namun mayoritas yang namanya peluang atau kesempatan itu datang dari jalur langit. Agama membuat saya sadar bahwa semua pencapaian kita saat ini, bukan semata-mata karena diri saya sendiri, tetapi ada orang-orang yang terlibat pun itu atas bantuan Tuhan,” jelas Alifia.

Meski memiliki predikat sangat baik dalam hal akademik, namun mahasiswi yang hobi memasak ini pun aktif dalam melakukan kegiatan kemahasiswaan. Saat masih menjadi mahasiswa TPB, Alifia menginisiasi SAAI (Sakura Alumni Association in Indonesia, para alumni Sakura Science Exchange Program) dengan senior koordinator alumni lainnya untuk mempromosikan studi di Jepang. Selain itu, ia pun ikut membantu Keluarga Kabinet Mahasiswa melalui program Aku Masuk ITB (AMI) 2020 dan 2021 di Forum Paguyuban dalam mengoordinasikan proses roadshow paguyuban ITB ke daerah-daerah di Indonesia untuk memantik semangat belajar di perguruan tinggi. Saat ini, ia pun terpilih menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) ITB 2022/2023 untuk membangun ekosistem aktualisasi diri bagi mahasiswa jurusan Teknik Elektro, Teknik Biomedis, dan Teknik Tenaga Listrik di ITB. Ia pun beralasan, bahwa organisasi-organisasi tersebut adalah sebagai bentuk community service dan menjadikannya sandbox, tempat menguji coba dan bereksperimen terhadap metode-metode organizational management dan leadership yang ia pelajari di berbagai tempat.

“Terpilih menjadi Mapres ITB, tentu perasaan saya campur aduk. Senang sekaligus tertantang karena saat itu juga saya mendapatkan amanah untuk membawa nama baik ITB di tingkat nasional. Perjalanan ini berbeda dengan cerita-cerita yang saya dapatkan selama berkompetisi, tetapi perjalanan ini membuat saya perlahan-lahan sadar siapa saya, dan meyakinkan saya bahwa cita-cita saya di masa depan adalah hal yang sangat mungkin untuk dicapai. Penghargaan ini bermakna proses pencarian jati diri saya sebagai mahasiswa sebelum saya lulus dan menghadapi lembar kehidupan berikutnya,” tutur Alifia.

Dalam presentasi yang disampaikan pada Pilmapres ITB Tahun 2022 beberapa waktu lalu, Alifia membuat inovasi yang dinamai Baymin. Robot tersebut merupakan manifestasi solusi dari permasalahan yang ia baca dari sebuah artikel tentang seseorang yang mendapatkan ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan karena tidak dapat berkomunikasi dengan lancar akibat perbedaan bahasa. Saat itulah ia menyadari pentingnya komunikasi dalam proses pelayanan kesehatan.

Robot ini ia buat dengan kemampuan ratusan Bahasa dan aksen. Ia mencoba merancang suatu tools untuk mentranslasikan bahasa tersebut agar lebih mudah dimengerti oleh kedua belah pihak. Nama Baymin sendiri terinspirasi dari Baymax, tokoh fiksi Disney yang menjadi maskot dari teman-temannya di Teknik Biomedis karena merupakan sebuah robot personal healthcare companion. Baymin adalah versi minimum viable product dari Baymax yang kelak dapat membantu dokter-dokter di Indonesia.

Sumber: Direktorat Kemahasiswaan ITB