Membangun Kota Inklusif: Strategi Perancangan Kawasan Perkotaan yang memenuhi Prinsip Livable, Green, dan Smart
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id - Hari kedua Seminar Nasional Mewujudkan Smart Living Perkotaan Indonesia Masa Depan menghadirkan berbagai pemikiran visioner dari para ahli dalam upaya membangun kota yang lebih inklusif, hijau, dan cerdas. Salah seorang pembicara yang turut menyampaikan pandangannya adalah Sibarani Sofian, MUDD, B.Arch, LEED AP, praktisi perkotaan yang juga merupakan ketua Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia 2022-2025.
Dalam paparannya yang berjudul "Membangun Kota Inklusif: Strategi Perancangan Kawasan Perkotaan yang Memenuhi Prinsip Livable, Green, dan Smart", beliau menggarisbawahi pentingnya merancang kota yang tidak hanya nyaman dihuni, tetapi juga berkelanjutan dan responsif terhadap perkembangan teknologi serta kebutuhan masyarakat urban yang semakin beragam.
Kota inklusif adalah kota yang dapat aksesibel untuk semua orang, terlepas dari keadaan ekonomi, etnik, suku, usia, asal daerah atau jenis kelaminnya, untuk berpartisipasi secara penuh dalam berbagai kesempatan sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang ditawarkan pada kota tersebut. Dengan semboyan City For All atau Kota Untuk Semua saat ini telah terdapat banyak inisiatif dan konsensus internasional yang menginisiasi terwujudnya inklusivitas kota, seperti The New Urban Agenda dengan tema inklusivitas sosial, aman, dan resilien, kemudian ada juga Sustainable Development Goals pada tujuan nomor 11-nya yaitu menciptakan kota yang inklusif dan berkelanjutan dengan menekankan pada akses perumahan yang affordable, hingga inisiasi dari IFHP, yang menginisiasi inklusivitas kota dengan upaya penelitian, kolaborasi, serta projek yang merespons tantangan-tantangan yang dihadapi oleh perkotaan.
Tiga prinsip kota inklusif: livable, smart, dan sustainable.
Kota inklusif terdiri atas tiga prinsip, meliputi livable atau layak huni, smart atau pintar, hingga sustainable atau memperhatikan keberlanjutan. Prinsip livable artinya kota tersebut memberikan akses pelayanan publik dan kesempatan ekonomi yang setara bagi semua. Smart berarti kota yang strategis, efisien, dan berbasis data dan inovasi dalam sains dan teknologi. Sustainable city berarti kota yang menjaga alam, berketahanan, serta merawat keberlanjutan untuk masa depan.
Sibarani memberikan studi kasus yaitu pembangunan Ibu Kota Baru, IKN Nusantara. Pembangunan IKN Nusantara dinilai telah menerapkan prinsip-prinsip kota inklusif. Sebanyak 80% penggunaan energi terbarukan, kota nol emisi dan rendah karbon, serta ramah transportasi umum dan pejalan kaki dengan penerapan 80% transportasi umum.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kota inklusif yaitu nature-inspired design. Desain ini menekankan harmoni antara lingkungan alami dan buatan, serta bagaimana elemen-elemen alam dapat berkontribusi pada kesejahteraan manusia, keberlanjutan, dan inklusivitas di dalam kota. Salah satu konsep desain alam yang paling menarik yaitu pembentukan mixed use and diverse city. Mixed-use city mengacu pada penggabungan berbagai fungsi kegiatan dalam satu kawasan kota, seperti tempat tinggal, area komersial, pusat hiburan, fasilitas publik, dan ruang terbuka hijau. Dengan adanya beragam kegiatan ini dalam satu ruang, kota tidak hanya menjadi lebih efisien dalam penggunaan lahan, tetapi juga lebih inklusif. Konsep ini juga akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam sebuah kota.
Upaya menciptakan kota yang inklusif tidak dapat lepas dari peran dan keterlibatan masyarakat setempat. Pengembangan desain yang berfokus pada manusia, atau human centered design, diwujudkan dengan penciptaan TOD (transit oriented development).
Diperlukan konsep perencanaan dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak untuk bisa mewujudkan inklusivitas kota. Adapun upaya menciptakan kota inklusif tidak dapat direncanakan secara terpisah-pisah, melainkan harus direncanakan secara holistik dan kolaboratif antar berbagai sektor pemangku kepentingan. Penggunaan data dan teknologi smart tools boleh jadi salah satu faktor pendorong terciptanya kota yang inklusif bagi semua golongan.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)