Mencari Jawab Permasalahan Pesisir Cirebon dengan Kegiatan Pengabdian Masyarakat ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Pesisir Cirebon menyimpan sejuta peran dalam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat melalui sektor wisata, pelabuhan, dan pemenuhan energi listrik. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang terus bertambah membuat wilayah pantai utara tersebut kian sulit dikelola dan permasalahan lingkungan merupakan salah satu kendala terbesar.
Institut Teknologi Bandung tergerak untuk mengambil peran dalam menyelesaikan permasalah tersebut melalui Kelompok Keahlian Oseanografi. Dengan fasilitas peralatan serta kapal riset Korea-Indonesia Marine Technology and Cooperation Research Center (MTCRC), pengabdian kepada masyarakat digelar untuk memberikan pencerdasan terkait keadaan perairan di sana. Melalui kegiatan ini, para pemangku kepentingan di Cirebon dapat segera menerbitkan kebijakan demi menyelamatkan keberlangsungan pesisir.
Puncak dari pengabdian masyarakat diadakan pada Jumat (24/6/2022) di ITB Kampus Cirebon Arjawinangun dan dihadiri oleh berbagai pihak. Setelah pembukaan selesai, peserta dibagi ke dalam dua ruangan sesuai kebihakan adaptasi baru.
Pada ruangan I, perwakilan instansi diajak untuk mengenal kondisi garis pantai wilayah mereka yang semakin berubah. Dr. Eng. Hamzah Latief, sebagai pemateri pertama, menjelaskan bahwa pesisir Cirebon mengalami proses abrasi dan akresi akibat sungai-sungai besar yang mendeposisikan sedimen dalam jumlah besar. Pengurangan lahan pun terjadi dan tambak-tambak penduduk juga ikut terkena imbasnya. “Kecamatan Losari menjadi salah satu wilayah yang mengalami abrasi cukup tinggi. Selama tahun 1997—2022, garis pantai sudah mundur sejauh 913 meter ke arah darat,” sebutnya.
Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan preventif perlu diterapkan untuk mengurangi dampak permasalahan tersebut. Dalam pemaparannya, ia mengungkapkan tiga adaptasi yang dianjurkan yaitu hard protection dengan membangun struktur pantai, soft protection yang meningkatkan kemampuan proteksi alami seperti terumbu karang, serta gabungan hard and soft protection.
Pada kajian kedua, Dr. Lamona I. Bernawis, M.Sc., membawakan tema persebaran polutan dan nutrien di perairan Cirebon. Peserta mendapatkan informasi-informasi mendalam terkait keberjalanan riset, khususnya terkait survei pertama yang telah selesai. Dalam presentasi, dijelaskan bahwa suhu permukaan laut berkisar pada nilai 30—31,4 °C dengan salinitas yang rendah.
Selain itu, konsentrasi nitrat ditemukan cukup tinggi sehingga perlu dikonfirmasi kembali. Untuk saat ini, kondisi tersebut diduga terjadi akibat waktu pengambilan sampel yang dilakukan pascabadai sehingga ada endapan nutrien yang ikut terambil di permukaan. “Meski konsentrasi nitrat terpantau tinggi, syukurlah konsentrasi polutan untuk logam berat relatif aman,” ujat Dr. Lamona.
Terakhir, pihak Korea-Indonesia MTCRC turut hadir untuk menyampaikan hasil kegiatan di pesisir dan perairan Cirebon pada periode 2020—2022. Dengan adanya berbagai instrumen canggih yang diberikan oleh Korea kepada ITB, serta program pelatihan SDM, mereka sukses menyelenggarakan banyak penelitian dan survei.
Umar Abdurrahman M.Si. mengungkapkan bahwa tren perubahan garis pantai telah diamati melalui citra satelit sejak 1996 di beberapa wilayah Kota dan Kabupaten Cirebon. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat diketahui bahwa erosi terjadi di wilayah Losari dan Pangenan, semetara sedimentasi banyak terjadi di keseluruhan wilayah pesisir. “Harapannya, proyeksi ini bisa menggambarkan wawasan garis pantai 10 dan 20 tahun mendatang,” tambah Umar.
Sementara itu, di ruangan II, pelajar dari beberapa sekolah di Kota dan Kabupaten Cirebon diundang untuk mendengarkan materi-materi informatif. Avissa Putri dan Joni Syofian, mahasiswa program studi Oseanografi ITB, menjelaskan mengenai perubahan garis pantai di beberapa lokasi selama 25 tahun terakhir. Presentasi mengenai persebaran nutrien dan polutan juga disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta. Indrawan Fadhil Pratyaksa, S.Si. juga turut meramaikan kegiatan dengan memaparkan hasil survei dan penelitian MTCRC.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan ekskursi ke Kapal Ara di Pelabuhan Indonesia Regional II Cabang Cirebon. Pihak Korea-Indonesia MTCRC mengenalkan berbagai alat dan perannya dalam kegiatan survei oseanografi, seperti CTD, sediment grab, drone, dan lain-lain. Lewat pengabdian masyarakat semacam ini, peserta terlihat sangat antusias untuk berdiskusi dan mencari solusi dari permasalahan pesisir Cirebon. “Semoga acara sosialisasi dan hasil-hasil penelitian maupun pengabdian masyarakat ITB dapat berjalan secara rutin dan berkelanjutan dengan sinergitas AGC (Akademisi, Government, dan Community),” ujar Teni Novianti, peserta dari Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon.
*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB, tulisan selengkapnya dapat dibaca di laman https://pengabdian.lppm.itb.ac.id
Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)