Menelusuri Masa Depan Bambu dan Rotan: Cerminan Inovasi dalam Desain dari Open Lecture Musashino Art University di ITB

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Pembukaan Open Lecture dari Musashino Art University di Design Centre, CADL, ITB Kampus Ganesha. (Dok. Humas FSRD ITB)

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Desain Produk Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan Musashino Art University menggelar “Open Lecture”, salah satu rangkaian kegiatan “Bamboo and Rattan Design Workshop 2024”.

Dengan fokus tema masa depan bambu dan rotan, kegiatan ini menghadirkan tiga dosen dari Musashino Art University yakni Prof. Takaaki Bando selaku Dosen di Department of Science of Design, Prof. Isshin Sasaki selaku Dean of the Department of Industrial, Interior and Craft Design, dan Prof. Shinichi Ito selaku Associate Professor of Art Policy and Management, sebagai pemateri di Design Centre, Center for Art, Design, and Language (CADL), ITB Kampus Ganesha, Selasa (5/3/2024).

Prof. Shinichi Ito saat memaparkan materi di Design Centre, CADL, ITB (Dok. Humas FSRD ITB)

Pada Open Lecture pertama, Prof. Shinichi Ito mempresentasikan “Product Development with Unorthodox Material”. Beliau tertarik pada eksplorasi bahan yang “tidak umum” di wilayah tropis sebagai solusi permasalahan di komunitas. Dengan eksplorasi tekstur material, beliau berhasil menambahkan nilai kepada produk dengan desain yang sederhana. Seperti di Filipina, beliau memanfaatkan sampah plastik sebagai bahan alternatif produk kursi. Tidak hanya indah secara estetik, produk tersebut berkontribusi pada keberlanjutan di komunitas Filipina.

"Inovasi tumbuh dalam mengeksplorasi aplikasi material yang tidak konvensional. Pendekatan kami dalam menciptakan produk baru berakar pada mantra 'function follows shape' atau fungsi mengikuti bentuk. Filosofi ini mendorong kami untuk memahat bentuk yang tidak hanya memikat secara estetika, tetapi juga berfungsi," tuturnya.

Prof. Takaaki Bando saat memaparkan materi di Design Centre, CADL, ITB (Dok. Humas FSRD ITB)

Pada Open Lecture kedua, Prof. Takaaki Bando mempresentasikan “Semiotic Approach; Based on Student’s Works in the Department of Science of Design". Dengan keahliannya di teori desain, komunikasi visual, dan synergetic, beliau membahas bagaimana desain dimaknai dalam perspektif semiotika. Diawali dengan menjelaskan logika berpikir manusia, beliau menyimpulkan bahwa desain sesungguhnya adalah menciptakan kesempurnaan dari yang tidak sempurna alias generation. Namun, dengan adanya degeneration, hal ini mampu menciptakan perspektif yang baru dan mencari esensi dari alam itu sendiri.

"Degenerasi menciptakan perspektif baru, visi baru, untuk menemukan esensi alam. Apa yang akan kita buat di masa depan, kadang-kadang kita melanggar fungsi untuk menciptakan konsep baru. Harus kembali ke masa lalu, asal, sebelum fungsi," ujarnya.

Prof. Isshin Sasaki saat memaparkan materi di Design Centre, CADL, ITB (Dok. Humas FSRD ITB)

Terakhir, Prof. Isshin Sasaki, mempresentasikan “The Situation Where Space is Created”. Beliau menjelaskan bagaimana kota dapat menjadi perpanjangan dari museum. Dia mengatakan, desain dapat membentuk kebudayaan melalui tiga tahapan, yaitu research for design, research on/about design, dan research through design. Seperti pada projek “Shape of the Town, Seed in the Town”, beliau melakukan riset lapangan, ideasi, dan instalasi guna membuat desain yang humanis dan mengangkat nilai-nilai masyarakat lokal.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana desain dapat menjadi kekuatan transformasional dalam merangkul masa depan yang berkelanjutan.

Reporter: Angela Sunaryo (Seni Rupa, 2020)