Khanduri Aceh 2013: Lestarikan Seni dan Budaya Aceh Melalui Malam Pagelaran Istimewa
Oleh Diviezetha Astrella Thamrin
Editor Diviezetha Astrella Thamrin
BANDUNG, itb.ac.id - Setelah sukses dengan Gelar Budaya Aceh-nya setahun silam, Unit Kebudayaan Aceh (UKA) ITB kembali menggelar sebuah Malam Pagelaran kebudayaan Aceh pada Jumat (15/03/13). Malam Pagelaran Pagelaran yang dihelat di Lapangan Basket ITB ini merupakan acara puncak dari rangkaian Khanduri Aceh 2013.
Khanduri Aceh 2013 merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas eksistensi UKA di ITB. "Kekeluargaan dan Silaturrahim" diangkat sebagai tema utamanya, sebagi perwujudan filosofi dari keterbukaan, keramahan, dan kekeluargaan seorang pribumi dalam menyambut globalisasi budaya dengan cara tetap menicntai dan melestarikan budaya kelahirannya. Masyarakat Aceh memiliki berbagai macam kebudayaan yang sampai saat ini masih dilaksanakan hingga menjadi warisan budaya. Salah satu tradisi yang dianut secara turun temurun adalah tradisi Khanduri, yang berarti pesta makan setelah berdoa kepada Allah.
Pada Malam Pagelaran ini, Tarian Ranup Lumpuan disajikan sebagai suguhan pembuka. Tarian yang ditarikan oleh beberapa dara Aceh ini merupakan bentuk penghormatan serta penyambutan tamu, dimana gerakan-gerakan dari tarian ini mengandung filosofi pembuatan sirih sampai penyuguhannya kepada para tamu.
Menyusul setelahnya tari-tarian lain yang memperkenalkan kekayaan seni-budaya Aceh, seperti Tari Likok Pulo, Beudoh, serta Rapa'I Geleng. Tarian khas Aceh yang begitu terkenal, Tari Saman, tak ketinggalan pula ikut menghibur penonton pada Malam Pagelaran ini. Tarian yang berasal dari Suku Gayo ini merupakan tarian Indonesia pertama yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya non-benda (World Intangible Cultural Heritage). Pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan, dan kebersamaan dicerminkan dalam tarian ini.
Anugrah Yudha Pranata, salah satu panitia penyelenggara Khanduri Aceh 2013, mengungkapkan bahwa dengan diadakannya acara ini, diharapkan idealisme untuk turut berperan lebih dalam menunjang kebudayaan bangsa Indonesia, khususnya kebudayaan Aceh, dapat tumbuh. "Selain itu, kami juga berharap Khanduri Aceh 2013 dapat menjalin tali silaturrahmi antar mahasiswa dan masyarakat umum Aceh yang berdomisili di Bandung," tutupnya.