Mengenal Berbagai Jenis Spesies Baru Tumbuhan Paku Melalui Ilmu Biosistematik

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id–Dalam memahami makhluk hidup, manusia melakukan klasifikasi yang dikenal dengan taxonomic rank yang terdiri dari Kingdom, Division, Class, Order, Family, Genus, dan Species.

Lahirnya banyak tingkatan dari klasifikasi makhluk hidup karena terdapat banyak sekali makhluk hidup di dunia ini yang harus diketahui dan dikenal. Maka dari itu, ilmu Biosistematik hadir untuk membantu manusia mengenal keanekaragaman organisme dan hubungan kekerabatan antarorganisme.

Program studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB (SITH ITB) menyelenggarakan kuliah tamu untuk mata kuliah BI2208 Biosistematik. Pada kuliah tamu ini, materi yang disampaikan adalah "Spesies Baru Tumbuhan Paku". Kuliah tamu pada Rabu (30/3/2022) mengundang Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Wita Wardani M.Sc., sebagai pemateri.

Biosistematik adalah ilmu tentang keanekaragaman organisme dan hubungan kekerabatan antarorganisme. Fungsi penting dari ilmu Biosistematik meliputi pengenalan taksa, diagnosis universal taksa, memberikan dan menetapkan nama taksa yang diterima secara universal, menganalisis hubungan antartaksa, dan pengelompokkan taksa berdasarkan hubungan yang ada.

Taksonomi dan sistematika juga memiliki perbedaan. “Taksonomi berfungsi untuk melakukan pengenalan karakter, memahami klasifikasi, dan mengetahui standar penulisan nama melalui proses pencirian, penamaan, dan penggolongan. Sementara sistematika berfungsi untuk melakukan klasifikasi dan filogenetik berdasarkan kekerabatan, diversifikasi, dan evolusi,” jelas Wita. Hasil kerja dari taksonomi adalah revisi, monograf, flora, dan kunci identikit. Sementara hasil kerja dari sistematika adalah kajian kekerabatan dan kajian filogenetik.

Jenis baru dari tumbuhan paku yang diperkenalkan dalam materi ini adalah Deparia Stellata. Tumbuhan paku jenis Deparia Stellata ini bertipe Papua New Guinea karena tumbuhan ini ditemukan di pedalaman hutan Bintang, Papua Nugini. “Penelitian ini dilakukan berdasarkan spesimen yang dikoleksi oleh W.R. Barker dalam ekspedisi Pegunungan Bintang pada tahun 1975,” papar Wita.


Wita juga menegaskan bahwa penemuan ini sebagai langkah penting untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku, khususnya di wilayah fitogeografi Malesia. Kesediaan spesimen herbarium yang dipinjamkan oleh Natural History Museum London menjadi salah satu kunci terpenting dalam penemuan spesies baru ini. Spesies Deparia Stellata ini ditemukan melalui pengamatan mikroskop berdaya pembesaran tinggi di Herbarium Bogor. Hasilnya, terkonfirmasi spesimen baru tersebut yang akhirnya diterbitkan dalam jurnal Reinwardtia pada 6 Desember 2021.

Terakhir, Wita menutup materi dengan membagikan sejumlah tips dan hal yang harus diperhatikan ketika para mahasiswa hendak melakukan penelitian terhadap jenis flora yang baru. “Lakukan observasi berbagai jenis spesimen sebanyak-banyaknya, ketahui variasi secara menyeluruh, lakukan investigasi literatur untuk memeriksa kebenarannya. Selain itu, kita juga harus membangun konsep jenis seperti mengenali keunikan karakter, lalu sematkan nama yang merepresentasikan konsep jenis sesuai ICBN, dan terakhir selalu ingat bahwa taxonomy come first, nomenclature follows,” pungkas Wita.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)