Mengenal Emosi dan Manajemen Stres bersama EPKM ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Himpunan Mahasiswa Biologi ‘Nymphaea’ ITB mengadakan webinar mengenai kesehatan mental. Pembicara dari webinar yang diadakan pada hari Sabtu (5/2/2022) ini adalah Menteri Edukasi dan Pendampingan Kesehatan Mental (EPKM) Kemenkoan Kesejahteraan Mahasiswa Kabinet ‘Akar Asa’ KM ITB Fathiya Khairiya. Fathiya membawakan judul webinar, yaitu Emotional Safety and Stress Management.

“Emosi bukanlah amarah. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat,” jelas Fathiya mengenai miskonsepsi dari emosi. Emosi dapat bersifat subjektif terhadap berbagai sudut pandang. Emosi dapat memengaruhi respons tubuh dan respons perilaku.

Setelah memahami definisi dari emosi, Fathiya memperkenalkan dua istilah baru, Emotional Intelligence dan Emotional Safety. Emotional Intelligence adalah kemampuan mengerti, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain agar dapat berinteraksi secara efektif. Emotional Safety adalah kondisi diri merasa aman dan percaya diri untuk mengekspresikan emosi agar dapat melakukan sesuatu. Fungsi kedua hal tersebut dapat digunakan untuk membangun komunitas dengan fondasi keeratan, kenyamanan, dan rasa aman antaranggota. Jika komunitas terbangun oleh Emotional Safety, rasa aman dan nyaman akan terjadi serta memudahkan komunikasi, mengenal satu sama lain, mudah mencari solusi, dan mudah mencapai tujuan bersama.


Topik kedua adalah stres. Stres adalah kondisi diri merasa ancaman dalam hidup. Stres merupakan reaksi normal juga tanda bahwa seseorang masih hidup. “Stres identik dengan hal negatif, tetapi stres dibagi menjadi dua tipe. Eustress merupakan respons positif terhadap sumber stres oleh individu, sedangkan distress merupakan respons negatif terhadap sumber stres oleh individu.” jelasnya.

Eustress atau distress dipengaruhi oleh cara individu merespons sumber stres. Maka perlu dilakukan manajemen stres. Untuk itu, Fathiya memberikan 5 langkah manajemen stres.

Pertama adalah accepting the feeling bahwa individu harus memvalidasi perasaan yang dialami. Karena dengan menerima emosi yang sedang dialami akan memudahkan individu mengambil keputusan yang lebih baik. Seperti yang disampaikan oleh Fathiya, “Kita memiliki akal untuk mencerna emosi. Jangan hidup mode autopilot yang tidak sadar emosi yang dialami, bahaya,” tegasnya.

Kedua adalah take a break. Jangan sangat keras terhadap diri sendiri. Seseorang harus mengetahui kapasitas fisik dan mental. Jika lelah lakukan istirahat agar dapat fokus kembali.

Ketiga adalah managing your time. Mari belajar mengelola waktu dengan baik berdasarkan skala prioritas. Seseorang harus menemukan formula pengelolaan waktu yang sesuai dengan kapasitas fisik dan mental. “Spend our time wisely. Semua orang memiliki waktu yang sama, 24 jam,” ujarnya.
Keempat adalah improve the health. Menjaga pola makan, hidrasi yang cukup, olahraga, tidur yang cukup, kesehatan fisik, dan kesehatan mental dapat menunjang kehidupan setiap individu. Seperti kata pepatah, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Maka kesehatan fisik dan mental harus dijaga terutama di saat pandemi.

Kelima adalah take concrete action. Seseorang harus menemukan sumber dari stres agar dapat menguraikan masalah yang dialami dan mencari solusi. Syarat utama dalam melakukan aksi adalah tidak menghindari masalah. Saat seseorang menghindari masalah akan menyebabkan peningkatan level stres.

“Kemampuan setiap orang dalam menghadapi stres berbeda. Ketika stres sudah mengganggu kehidupanmu, jangan ragu untuk meminta tolong. Di ITB terdapat fasilitas konseling dan pendampingan dari kami EPKM,” tutup Fathiya.

Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)