Pencegahan COVID-19 Melalui Perubahan Gaya Hidup dan Manajemen Stres untuk Mahasiswa
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – COVID-19 (Coronavirus Disease-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus? corona yang termasuk virus RNA. Nama tersebut didapatkan karena penyakit ini terjadi di Wuhan pada 2019.
Menurut Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar, pengajar di Sekolah Farmasi ITB, salah satu vitamin yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tubuh di masa pandemi COVID-19 adalah dengan mengkonsumsi vitamin C. Untuk OTG (Orang Tanpa Gejala) dengan gejala ringan, vitamin C dapat dikonsumsi sebanyak 3x100 mg per hari selama 14 hari. Untuk gejala sedang dan berat, dibutuhkan 400 mg per hari melalui infus selama perawatan oleh tenaga medis.
Namun, pada kondisi tertentu konsumsi vitamin C yang berlebih dapat menyebabkan efek samping seperti batu ginjal, diare, pirai, atau rebound scurvy. Vitamin lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah vitamin D (menginduksi pelepasan defensin yang dapat merusak lapisan luar corona dan cathelicidins yang dapat meningkatkan respons imun, fagositosis makrofag, serta proliferasi dan aktivasi sel T dan sel B), vitamin E, vitamin B kompleks (B1, B2, niasin, B6, B12, dan asam pantotenat), dan vitamin A.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Elin dalam webinar Sekolah Farmasi ITB dari Kelompok Keilmuan Farmakologi-Farmasi Klinik, Sabtu (8/8/2020) lalu. Tema webinar yang diangkat pada kesempatan kali ini adalah “Pencegahan COVID-19 Melalui Perubahan Gaya Hidup dan Manajemen Stres untuk Mahasiswa”. Secara lebih khusus, Prof. Elin menyampaikan topik terkait “Meningkatkan Daya Tahan Tubuh dalam Mengantisipasi COVID-19”.
“Selain vitamin, mineral juga dibutuhkan oleh tubuh. Zink, merupakan salah satu contoh mineral yang memiliki khasiat untuk menghambat replikasi RNA dan meningkatkan pertahanan tubuh serta fagositosis. Mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh adalah selenium dan kalsium. Selain vitamin dan mineral, herbal juga dapat bermanfaat,” ujarnya.
Ia menambahkan, menurut penelitian oleh Bella Tania, mahasiswi Sains dan Teknologi Farmasi ITB angkatan 2016, terdapat beberapa herbal berupa tanaman yang aktif terhadap SARS-CoV-1 dan berpotensi aktif terhadap SARS-CoV-2 yaitu Glycirrhiza glabra (akar manis), Laurus nobilis, Syzygium polyanthum (daun salam), Rheum officinale (kelembak), Toona sinensis (mahoni cina), Strobilanthes cusia, Allium sativum, dan Zingiber officinale.
Selain Prof. Elin, pembicara lain adalah Fredrick Dermawan Purba, Ph.D., dari Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Topik yang dibawakannya adalah “Manajemen Stres Mahasiswa di Masa Pandemi”.
“Di masa pandemi ini, tentunya banyak hal dilakukan dari rumah. Ada benefit yang didapatkan dari school from home atau work from home, seperti tidak perlu bepergian, menghemat ongkos, dan tenaga. Namun, ada juga kekurangan yang timbul. Untuk work from home, jam kerja menjadi tidak ada jam pasti. Untuk mahasiswa juga, saat sedang kelas online juga mungkin saja terdapat banyak gangguan sehingga tidak dapat berkonsentrasi. Namun, school from home dan work from home ini penting dalam pencegahan COVID-19 karena kemungkinan untuk menjadi terpapar menjadi berkurang,” ujarnya
Poin kedua yang perlu diperhatikan dan diatasi di masa pandemi ini adalah stres. Stres merupakan keadaan yang dialami individu saat tidak ada keseimbangan antara tuntutan dan kemampuan. Berbagai komponen stres adalah stresor (hal-hal yang berpotensi atau menstimulasi seseorang mengalami stres, penilaian (seberapa besar stresor), dan kemampuan atau sumber daya (dalam memenuhi tuntutan atau menangani situasi).
Untuk mengatasi stres, perlu adanya keseimbangan antara tuntutan dan kemampuan. Namun, ada juga ketidakseimbangan positif yaitu tuntutan yang sedikit lebih berat daripada kemampuan. Hal ini dapat membuat seseorang menjadi tertantang, waspada, terpacu, dan percaya diri. “Selain itu, ada juga ketidakseimbangan negatif. Ketidakseimbangan negatif ini dapat berupa tuntutan yang lebih kecil dari kemampuan (yang mengakibatkan seseorang menjadi bosan dan kurang tertantang) atau tuntutan yang lebih besar daripada kemampuan (sehingga seseorang menjadi tertekan dan menyebabkan pekerjaan tidak terselesaikan),” tambahnya.
Beberapa tanda stres dapat dilihat dari empat aspek yaitu tubuh (sakit kepala, otot tegang, asam lambung naik, lelah), pikiran (sulit fokus, pikiran berkecamuk, bingung, berpikiran negatif), emosi (sedih, bosan, gelisah, takut, gampang marah), atau perilaku (malas bergerak, sulit tidur, melamun, gugup, nafsu makan hilang).
“Dalam meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi COVID-19, empat poin gaya hidup yang harus diperhatikan adalah makan-makanan yang bergizi, olahraga yang baik, tidur yang cukup, dan jangan ragu untuk memeriksakan diri pada profesional. Untuk mengorganisir kualitas hidup, gunakan The Urgency-Importance Matrix, yaitu mempertimbangkan apakah aktivitas yang kita lakukan itu termasuk genting-penting. Hal ini dapat membantu untuk mengorganisir kegiatan harian kita dan meningkatkan kualitas hidup kita,” ucapnya.
Selain itu, kiat mencegah stres juga dapat dilakukan saat bangun pagi coba untuk mulai dengan berdiam diri, tersenyum dan mengucap syukur, lalu melakukan afirmasi (mengatakan pada diri sendiri bahwa hari ini adalah hari yang baik). Saat hendak tidur malam, jauhkan hal yang dapat mengganggu tidur.
Webinar ini dapat diakses pada tautan: https://www.youtube.com/watch?v=ITZVvZc-WrY
Reporter: Christopher Wijaya (Sains dan Teknologi Farmasi, 2016)