Mengenal LapakIn, Aplikasi Dukungan UMKM Karya Alumni Teknik Pangan ITB

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id — Alumni Program Studi Teknik Pangan ITB, Haoking Suryanatmaja, berhasil mengembangkan aplikasi terbaru untuk UMKM yang diberi nama LapakIn.

LapakIn merupakan hasil pengembangan Haoking dan tim merupakan platform yang membantu pelaku UMKM untuk menemukan lokasi terbaik bagi usaha mereka berdasarkan karakteristik produk dan standar preferensi tertentu. LapakIn dikembangkan untuk menjembatani interaksi antara pemilik lapak (seller) dengan pelaku UMKM (buyer).

“LapakIn ini merupakan platform yang menghubungkan antara pemilik lapak dengan dengan orang yang baru memulai bisnis atau yang sedang ekspansi bisnis,” jelasnya pada Kamis (19/4/2024).

Haoking bersama lima orang lainnya adalah lulusan program Bangkit Academy 2023 yang merupakan studi independen Kampus Merdeka. Selama masa belajar, mereka diberikan materi tentang machine learning, cloud computing, dan mobile development.

Kemudian di akhir periode, Haoking terlibat dalam Capstone Project yang mendapat pendanaan inkubasi dari Bangkit Academy sebagai cikal bakal lahirnya LapakIn. Capstone Project ini bertujuan untuk mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang telah didapat untuk memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat.

Dari belasan tema yang diajukan, Haoking dan tim memilih tema UMKM karena potensinya sangat besar dalam mendukung perekonomian Indonesia serta trennya yang terus naik. Meskipun demikian, mereka menemukan celah dimana masih banyak orang yang bingung dalam memulai bisnis UMKM. Salah satu permasalahan yang paling mendasar dalam hal ini terkait penyediaan tempat untuk usaha mereka.


“Karena pencarian lapak secara manual memakan banyak waktu, LapakIn bisa menyederhanakan dan mempermudah proses itu dengan menggunakan machine learning. Jadi LapakIn akan mengumpulkan data-data dari pelaku UMKM dan pemilik lapak, lalu LapakIn akan menjembatani interaksi mereka berdasarkan kecocokan satu sama lain,” tutur Haoking.

Pengembangan LapakIn juga turut memperhatikan benchmark dari berbagai aplikasi mobile dan platform yang telah ada sebelumnya, seperti Mamikos, OLX, Shopee, Gojek, Tokopedia, dan Rukita. Dari berbagai aplikasi tersebut, LapakIn mengadopsi desain sistem yang paling cocok mulai dari metode login, tampilan antarmuka pengguna, fitur pembayaran, dan lain-lain.

Kendati demikian, Haoking menjelaskan bahwa beberapa fitur LapakIn belum maksimal karena masih akan terus dikembangkan secara bertahap.

Pengembangan tersebut terutama terkait penyesuaian tampilan antarmuka untuk pemilik lapak dan pelaku UMKM serta pengadaan fitur pembayaran di dalam aplikasi.

“Kita fokus pada perkenalan aplikasi dulu. Nanti kalau sudah berkembang, rencananya akan fokus ke fitur pembayaran, supaya transaksinya cukup di satu aplikasi saja,” Haoking menambahkan.

Salah satu tantangan terbesar dalam mengembangkan LapakIn menurut Haoking adalah ketersediaan data yang minim. Data tersebut penting sebagai dasar dalam merekomendasikan lokasi yang cocok untuk suatu jenis usaha. Sehingga minimnya ketersediaan data menyebabkan kategorisasi jenis usaha pada lapak menjadi terbatas. Hingga saat ini, baru ada 2 kategori lapak yang dapat diakomodasi di dalam aplikasi, yaitu lapak untuk pakaian dan lapak makanan minuman (FnB).

Ke depannya, Haoking berencana untuk terus mengembangkan LapakIn agar lebih optimal dalam mendukung pelaku UMKM dan membawa kebermanfaatan bagi masyarakat luas.

Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)


scan for download