Mengenal Sosok di Balik Asisten Praktikum Kimia Dasar

Oleh Ria Ayu Pramudita

Editor Ria Ayu Pramudita

BANDUNG, itb.ac.id - Setiap mahasiswa ITB tentunya pernah mengalami masa Tahap Persiapan Bersama (TPB) dan memiliki pengalaman yang unik dari sekian banyak mata kuliah wajibnya. Sebut saja mata kuliah Fisika Dasar dan Kimia Dasar beserta praktikum-praktikumnya yang wajib diikuti. Sesungguhnya selain peserta kuliah, masih banyak pihak yang terlibat dalam masifnya kegiatan mata kuliah TPB, salah satunya adalah asisten-asisten praktikum yang berasal dari kalangan mahasiswa sendiri.

Kimia Dasar merupakan mata kuliah yang sangat identik dengan kegiatan praktikum di Laboratorium Kimia Dasar yang terletak dalam Gedung Basic Science B kampus ITB. Tidak tanggung-tanggung, praktikum Kimia Dasar dilangsungkan sepanjang tahun dengan peserta seluruh mahasiswa tingkat pertama dari 9 fakultas/sekolah di ITB: Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, dan Sekolah Farmasi. Semuanya adalah peserta dari mata kuliah Kimia Dasar IA dan IIA.

Dalam praktikum Kimia Dasar, mahasiswa diperkenalkan dengan sistem praktikum yang berlaku di ITB, yang biasanya berbeda dengan praktikum-praktikum yang telah dilakukan para pesertanya semasa SLTA. Adanya kewajiban membuat jurnal, tes awal, dan tes akhir, tentunya merupakan khazanah yang baru bagi para mahasiswa tingkat I. Untungnya mereka didampingi oleh  asisten praktikum siap yang membimbing mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil.

Mengenal Para Asisten Praktikum

Siapakah para asisten praktikum ini? Sebenarnya mereka datang dari kalangan mahasiswa ITB sendiri yang secara sukarela mendaftarkan diri ke Laboratorium Kimia Dasar (Lab Kidas). Contohnya adalah Dimas Ramadhan Abdillah Fikri (Teknik Kimia 2009) yang biasa dipanggil Dimas. Dia mendaftarkan diri menjadi asisten praktikum Kidas karena ingin mengenal adik-adik kelas dan menambah uang saku dari honor menjadi asisten praktikum (asprak). Namun Dimas menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut hanyalah alasan sampingan, alasan utamanya menjadi asprak adalah untuk mendapatkan pengalaman menghadapi orang dan mengajar.

Dimas, yang menggemari Kimia, memang senang sekali mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmunya dengan adik-adik tingkat. Peraih medali perunggu di 41th International Chemistry Olympiad (IChO) di Cambridge, Inggris ini mengaku memiliki banyak pengalaman menarik selama menjadi asprak, mulai dari tantangan untuk menjadi asisten di dua meja sekaligus hingga pengalaman ditraktir oleh dosen.

Menghadapi mahasiswa TPB 2010 menjadi tantangan yang kontinu bagi dirinya, bukan karena mahasiswa TPB 2010 kurang kooperatif, namun karena Dimas merasa harus selalu mempersiapkan diri agar mampu menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta praktikum yang ditanganinya. Tidak mudah menjelaskan sebuah konsep kepada orang lain agar mereka mengerti, karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat sebuah permasalahan yang sama.

Namun tantangan semacam inilah yang dicari oleh Dimas. "Dengan mengajarkan ilmu yang saya punya, ilmu saya jadi bertambah. Itu adalah hukum alam," ujarnya. Dimas juga berharap semoga teman-teman mahasiswa ITB yang lain tidak cuma belajar untuk dirinya sendiri, tetapi juga berusaha agar ilmunya bisa bermanfaat untuk orang lain. Salah satunya adalah dengan cara menjadi asisten praktikum.

Dimas juga berbagi rahasia bagi mahasiswa-mahasiswa ITB yang tertarik menjadi asisten praktikum Kimia Dasar. "Tidak sulit kok menjadi asprak. Yang penting mau belajar dan sungguh-sungguh mengemban tanggung jawab," ujarnya.