Mengupas Peran dan Tanggung Jawab Guru Besar di Lingkungan Akademik dalam Bincang Sore FGB ITB

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) mengundang para dosen ITB untuk hadir dalam acara Bincang Sore FGB pada Jumat (29/7/2022). Diskusi ini dimoderatori oleh Prof. Dr. Andri Dian Nugraha, S.Si., M.Si., yang merupakan Guru Besar dari Kelompok Keahlian (KK) Geofisika Global. Berbagai hal tentang Kegurubesaran di ITB menjadi beberapa topik yang dibahas dalam acara pada sore itu.

Ketua FGB ITB Prof. Edy Tri Baskoro menjelaskan bahwa saat ini ITB telah memiliki 196 Guru Besar aktif dan 13 Guru Besar Emiritus. Menurut data terbaru yang dikumpulkan dari Scopus mengenai profil Guru Besar aktif tersebut, setiap orang memiliki rata-rata dokumen sebanyak 51 dokumen, rata-rata sitasi sejumlah 393, dan rata-rata h-index adalah 8.

“Forum seperti ini sengaja kita create agar dapat menjadi salah satu wahana untuk menumbuhkan serta menyiapkan calon-calon pemimpin akademik di ITB. Paling tidak forum semacam ini dapat menumbuhkan semangat dan motivasi yang kuat bagi para dosen muda untuk meraih jabatan akademik tertinggi, tak hentinya berkarya dan berprestasi dalam mengangkat harkat ITB, serta memberikan kontribusi pada kemajuan negara,“ ucap Prof. Edy.

Prof. Dr. Ir. N. Harijono A. Tjokronegoro, Purnabakti Guru Besar pada Fakultas Teknologi Industri ITB, memulai diskusi dengan membawakan topik Makna dan Tanggung Jawab Guru Besar. Ia mengungkapkan bahwa pada dasarnya hakikat perguruan tinggi termasuk ITB adalah sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya untuk kemajuan martabat bangsa. Guru Besar sebagai pemegang jabatan fungsional akademik tertinggi dalam keilmuannya pada akhirnya turut menanggung tanggung jawab perguruan tinggi guna menjaga hakikat tersebut.

“ITB mempunyai mahasiswa terbaik. Bagaimana kita akan mengembalikan putra-putri terbaik ini kepada masyarakat? Inilah tanggung jawab luar biasa bagi society akademik dan pimpinan akademik,” ucapnya.

Pemimpin akademik yang arif bagi masyarakat adalah salah satu fungsi yang dimiliki oleh seorang Guru Besar. Lebih dari sekadar pembawa bendera keilmuannya, jabatan ini juga merupakan panutan masyarakat akademik dalam membangun, menegakkan, dan menjaga nilai serta kebijakan akademik.

Sementara itu, bagi Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat, M.Eng., Guru Besar ITB di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, mentoring bagi dosen penting untuk melatih bagaimana dosen menghadapi berbagai pihak dalam suatu ekosistem akademik, pemerintahan, industri, maupun masyarakat. Pembinaan ini juga dapat dilakukan dengan pemberian motivasi, saran, dan pengarahan. Berbagai manfaat dari program bimbingan fakultas ini di antaranya kepuasan karier, kepercayaan diri, pola pikir pertumbuhan, hingga kesehatan mental.

Selain berisi diskusi, acara ini juga menyelipkan kiat-kiat untuk menjadi Guru Besar melalui Guru Besar termuda ITB saat ini, Prof. Dr. Delik Hudalah, S.T., M.T., M.Sc. Ia juga menceritakan proses yang ia alami selama mengurus jabatan yang diraihnya pada usia 38 tahun. Menurutnya, ada tiga faktor yang dapat membantu kita dalam mempersiapkan diri, yakni faktor lingkungan, perencanaan karier, dan evaluasi kinerja diri.

“Faktor lingkungan ini penting sekali. Apa yang sampai sekarang (membuat saya) sangat bersyukur adalah ITB masih menjadi tempat yang atmosfer akademiknya sangat bagus,” katanya.

Selain itu ia berpendapat bahwa seorang dosen harus memiliki orientasi jangka panjang. Dengan demikian, dosen menjadi selektif dan strategis dalam bertindak, termasuk dalam menjalankan riset, sehingga lebih berkualitas pula hasilnya. Ia juga berpesan untuk secerdas mungkin menghubungkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, bagaimana ketiganya bisa saling bersinergi bahkan terintegrasi.

Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)