Pembangunan Rusunawa Untuk Dosen Muda ITB Resmi Dimulai
Oleh Muhammad Arief Ardiansyah
Editor Muhammad Arief Ardiansyah
JATINANGOR, itb.ac.id – Dalam rangka mewujudkan percepatan pembangunan di kampus ITB Jatinangor, pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan membangun sebuah rusunawa untuk para dosen muda ITB di kampus ITB Jatinangor. Proyek ini resmi dimulai pada acara dan Pencanangan Pembangunan Rumah Susun yang dilaksanakan di Kampus ITB Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada hari Kamis (23/03/17). Selain meresmikan pembangunan rusunawa untuk dosen muda ITB, acara yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Barat ini juga menjadi ajang peresmian proyek pembangunan rumah susun di berbagai tempat di Jawa Barat.
Pembangunan rusunawa untuk dosen muda ITB ini dilatarbelakangi oleh kegiatan perkuliahan yang semakin gencar dilaksanakan di kampus ITB Jatinangor. Kampus ITB Jatinangor sendiri ditargetkan dapat menampung hingga 10.000 mahasiswa beserta seluruh staf pengajar dan karyawan ITB di masa depan. Dengan jumlah tersebut tentu kebutuhan akan tempat tinggal menjadi mendesak. Oleh karena itu selain memiliki rusunawa untuk mahasiswa, ITB juga diharapakan memiliki rusunawa khusus untuk para dosen muda. Alasan ini diperkuat dengan fakta bahwa sebagian besar dosen yang mengajar di kampus ITB Jatinangor masih berdomisili di kota Bandung. Padahal waktu tempuh yang dihabiskan dalam satu kali perjalanan dari Bandung ke Jatinangor dapat mencapai 45 menit bahkan lebih. Dengan adanya rusunawa untuk dosen ini tentu waktu perjalanan tersebut bisa dipangkas sehingga para dosen yang nantinya menempati rusunawa ini dapat lebih memanfaatkan waktunya untuk mengajar dan menyelenggarakan penelitian.
Rusunawa khusus dosen muda yang akan dibangun ini direncanakan memiliki 5 lantai setiap 1 tower dengan jumlah unit mencapai 70 unit. Satu unitnya memiliki luas 36 meter persegi. Dengan kebijakan baru dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, rusunawa tersebut juga akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas mulai dari kamar tidur, ruang tamu, meja dan kursi belajar, toilet dan kamar mandi dalam, lemari pakaian, meja dan kursi makan, serta sofa. Rusunawa dengan spesifikasi serupa juga akan dibangun untuk berbagai institusi yang ada di Jawa Barat seperti kota Garut, Pondok Pesantren Cintawana Tasikmalaya, Pondok Pesantren Miftakhul Khoir Tasikmalaya, Institut Pertanian Bogor, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor, Lembaga Sandi Negara Depok, dll. Keseluruhan pembangunan rumah susun ini memanfaatkan dana APBD Provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2017.
Pembangunan rumah susun untuk dosen muda ITB di lingkungan kampus ITB Jatinangor ini ditargetkan selesai pada bulan Desember 2017 dan harapannya dapat dipergunakan mulai Januari 2018. Rumah susun ini, menurut Ir. Bambang Rianti, M.Si selaku Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman, juga akan dibangun dengan bahan dasar kayu jati sehingga lebih kuat dan tahan lama. Keseluruhan pembangunan ini masih berada dibawah pengelolaan Kementerian PUPR. Jika sudah selesai nanti barulah aset rumah susun tersebut dapat diberikan kepada ITB seperti rusunawa mahasiswa yang telah diberikan sebelumnya. Pemberian aset ini dilakukan semata-mata agar pengelolaan rumah susun kedepannya menjadi lebih mudah dan terencana.
Berbagai pihak pun mengutarakan harapannya terkait pembangunan rusunawa ini. Ir. Lukman Hakim, M.Sc, selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan yang dalam hal ini mewakili Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyatakan bahwa Kementerian PUPR berharap pembagunan rumah susun ini dapat menjadi salah satu perwujudan percepatan penyediaan perumahan sesuai visi dan misi dari Kementerian PUPR. Beliau juga berharap agar rumah susun ini dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya.
Adapun Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA selaku Rektor ITB berharap bahwa dengan adanya rumah susun ini nantinya suasana dan budaya perkuliahan living-learning community dapat tercipta di lingkungan Kampus ITB Jatinangor. Budaya living-learning community ini dapat membuat interaksi antara mahasiswa dengan dosen semakin intens karena dapat bertemu siang dan malam. Interaksi yang tercipta pun akan semakin beragam dan tak hanya sebatas formalitas kegiatan perkuliahan. Dengan begitu diharapkan kegiatan pembelajaran dan penelitian akan semakin maju dan berkualitas di masa yang akan datang.