Menilik Kreativitas Mahasiswa Kriya ITB
Oleh Hastri Royyani
Editor Hastri Royyani
BANDUNG, itb.ac.id- Mahasiswa Program Studi Kriya FSRD ITB kembali unjuk karya melalui pameran produk yang telah menjadi agenda tahunan mereka. Pameran akademis ini menunjukkan kepiawaian mahasiswa dalam melakukan image analysis. Kali ini pameran yang menampilkan produk kreasi mahasiswa dengan daya kreatifitas tinggi tersebut berlangsung pada Selasa (21/12/10) bertempat di Campus Center Timur ITB.
"Karya yang ditampilkan dalam pameran ini merupakan kreasi mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Image Analysis. Dalam mata kuliah ini mahasiswa belajar mengenai ekplorasi material hingga memiliki ciri yang unik dan khas ketika dikembangkan menjadi sebuah produk," ujar Mega Saffira, Kriya 2009, selaku koordinator pameran.
Setiap rangkaian produk pameran mengusung satu tema yang kemudian menjadi dasar dalam proses perancangan, pemilihan bahan, hingga penentuan kemasan sehingga memiliki identitas yang khas dan kuat, lanjutnya. Seperti Mega yang mengambil tema futuristik untuk rangkaian produk yang ia pamerkan. "Total waktu pembuatan rangkaian produk ini satu semester jika dimulai dari eksplorasi motif," jelasnya.
Eksplorasi motif merupakan langkah awal mahasiswa sebelum membuat produk. Mega menuturkan, "Pada mulanya kami mengumpulkan lima puluh motif yang bersesuaian dengan tema kemudian motif ini menjadi dasar pengembangan produk." Motif bukan hanya media dua dimensi, tiga dimensi seperti kardus bekas pun bisa dikembangkan menjadi sebuah motif, lanjut Mega.
Setelah motif terkumpul selanjutnya Dosen Mata Kuliah Image Analysis, Kahfiati Kadar, memberi masukan motif apa saja yang mampu dikembangkan menjadi sebuah karya. Motif yang bermula sederhana seperti kain kasa yang dicelupkan dalam lumpur, kardus bekas, hingga daun yang dikeringkan mampu disulap menjadi barang yang bernilai dan cantik seperti gaun, tas, serta sepatu.
Beberapa karya bermula dari hal yang kecil hingga menjadi sesuatu yang elegan. Seperti rangkaian produk yang mengangkat tema Dim Evening, bermula dari daun kering yang diberi sentuhan emas, kemudian dirangkai satu persatu dengan teliti hingga menjadi sebuah lampion dan tas yang cantik. Hal yang semula tidak bernilai menjadi terlihat sangat mempesona.
Seluruh karya yang terpajang di pameran ini sangat unik dan kreatif. Mahasiswa mampu memperlihatkan daya kreativitas yang tinggi, tercermin dalam kemampuan mengolah hal sederhana hingga memiliki nilai dan keindahan pada setiap karyanya.
Setiap rangkaian produk pameran mengusung satu tema yang kemudian menjadi dasar dalam proses perancangan, pemilihan bahan, hingga penentuan kemasan sehingga memiliki identitas yang khas dan kuat, lanjutnya. Seperti Mega yang mengambil tema futuristik untuk rangkaian produk yang ia pamerkan. "Total waktu pembuatan rangkaian produk ini satu semester jika dimulai dari eksplorasi motif," jelasnya.
Eksplorasi motif merupakan langkah awal mahasiswa sebelum membuat produk. Mega menuturkan, "Pada mulanya kami mengumpulkan lima puluh motif yang bersesuaian dengan tema kemudian motif ini menjadi dasar pengembangan produk." Motif bukan hanya media dua dimensi, tiga dimensi seperti kardus bekas pun bisa dikembangkan menjadi sebuah motif, lanjut Mega.
Setelah motif terkumpul selanjutnya Dosen Mata Kuliah Image Analysis, Kahfiati Kadar, memberi masukan motif apa saja yang mampu dikembangkan menjadi sebuah karya. Motif yang bermula sederhana seperti kain kasa yang dicelupkan dalam lumpur, kardus bekas, hingga daun yang dikeringkan mampu disulap menjadi barang yang bernilai dan cantik seperti gaun, tas, serta sepatu.
Beberapa karya bermula dari hal yang kecil hingga menjadi sesuatu yang elegan. Seperti rangkaian produk yang mengangkat tema Dim Evening, bermula dari daun kering yang diberi sentuhan emas, kemudian dirangkai satu persatu dengan teliti hingga menjadi sebuah lampion dan tas yang cantik. Hal yang semula tidak bernilai menjadi terlihat sangat mempesona.
Seluruh karya yang terpajang di pameran ini sangat unik dan kreatif. Mahasiswa mampu memperlihatkan daya kreativitas yang tinggi, tercermin dalam kemampuan mengolah hal sederhana hingga memiliki nilai dan keindahan pada setiap karyanya.