Imah Budaya Cigondewah, Revitalisasi Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Seni Lingkungan
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id--Dr. Tisna Sanjaya M. Sch., pengajar dan Ketua Kelompok Keahlian Seni Rupa FSRD ITB berhasil memperoleh Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2020 pada kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaharu. Anugerah Kebudayaan Indonesia merupakan salah satu bentuk apresiasi pemerintah terhadap orang-orang/pihak yang berkontribusi di dunia seni dengan kategori pelestari; pencipta, pelopor dan pembaharu; anak dan remaja; maestro seni tradisi; komunitas; dan pemerintah daerah.
Penghargaan yang diterima oleh Tisna tersebut merupakan hasil apresiasi dari proyek seni yang telah ia kembangkan sejak 2007. Proyek seni yang berfokus pada revitalisasi budaya dan pemberdayaan masyarakat melalui karya seni lingkungan tersebut bernama Imah Budaya (IBU) Cigondewah, “Saya memulai proyek tersebut sebagai salah satu penelitian disertasi S3 saya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta,” ungkapnya.
IBU Cigondewah merupakan galeri seni di Cigondewah Kaler, Kota Bandung yang menempati tanah seluas 530 meter persegi. Cigondewah merupakan salah satu kelurahan di Kota Bandung yang dulunya memiliki ketampakan alam yang indah. “Namun seiring berjalannya waktu, terjadinya industrialisasi dan modernisasi yang mengakibatkan daerah pinggiran kota seperti Cigondewah menjadi sasaran pembangunan pabrik-pabrik. Maka dari itu, kerusakan lingkungan tak dapat dihindarkan. Banyaknya sampah plastik dan berubahnya warna air sungai menjadi latar belakang proyek seni ini,” jelasnya.
Sebelumnya, lahan yang ditempati oleh IBU Cigondewah merupakan lahan penampungan sampah. Kebanyakan masyarakat sekitar menjual tanah mereka untuk pabrik-pabrik sekitar. “Saat itu, kami memperoleh tanah seluas 530 meter persegi dengan cara barter 8 lukisan saya kepada pemilik tanah,” kenangnya. Dibangun di atas lahan pembuangan dan pembakaran sampah plastik, mulailah dibangun IBU Cigondewah yang mengikuti arsitektur tradisi Sunda "Julang Ngapak" yang terdiri dari kusen, jendela, dan pintu dari bangunan bekas tradisi di Jawa Tengah.
Pembangunan IBU Cigondewah juga diiringi dengan penanaman pohon di pekarangan sekitar bangunan utama. Penciptaan pusat kebudayaan tersebut membawa manfaat yang banyak yaitu sebagai ruang kreativitas yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, ruang hijau bagi tumbuhan, ruang olahraga seperti bela diri pencak silat dan sepak bola, perhelatan agama seperti pengajian dan khitanan, serta banyak hal lainnya.
“Seperti tujuan awal, pembangunan pusat kebudayaan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui karya seni lingkungan. Saya ingin menyulap tempat yang awalnya kotor menjadi suatu pusat kegiatan masyarakat sekitar yang nyaman dan asri,” ujar Tisna.
Upaya Tisna untuk memberdayakan masyarakat Cigondewah memperoleh penghargaan dari pemerintah. IBU Cigondewah mendapatkan Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa 2014 DIKTI kategori Penciptaan Karya Seni yang diserahkan oleh oleh Menteri Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Prof. Muhammad Natsir.
Tak hanya itu, Tisna turut memamerkan proyek seni IBU Cigondewah di National University of Singapore pada tahun 2011. “Saya ingin mengenalkan IBU Cigondewah ke dunia internasional. Dengan jaringan yang kuat dengan pihak luar negeri, saya percaya bahwa IBU Cigondewah dapat menjadi inspirasi kepada semua orang untuk memiliki budaya cinta lingkungan dan membantu sesama,” tuturnya.
Tisna menjelaskan bahwa pengembangan IBU Cigondewah selanjutnya adalah pembangunan kincir air dan kolam. Upaya tersebut turut melengkapi IBU Cigondewah sebagai tempat yang membuat masyarakat menjadi nyaman untuk melakukan kegiatan di sana.
Reporter: Billy Akbar Prabowo (Teknik Metalurgi, 2016)