Menjadi Dewasa: Buku Kedua Dosen FTSL ITB Prasanti Widyasih Sarli yang Penuh Refleksi dan Inspirasi
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Melakoni peran sebagai dosen, tak menyurutkan semangat Prasanti Widyasih Sarli, S.T., M.T., Ph.D., untuk berkarya di luar bidang keilmuannya. Dosen Teknik Sipil dari Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (FTSL ITB) ini memiliki kegemaran menulis. Baginya, menulis adalah sarana untuk melepas penat dari padatnya kesibukan menjadi dosen dan peneliti.
Asih baru saja menerbitkan buku keduanya yang berjudul "Menjadi Dewasa". Karya itu lahir sebagai keinginan Asih untuk merayakan perjalannya sendiri untuk menjadi dewasa.
“Buku ini semacam personal literature. Isinya adalah cuapan saya tentang kehidupan, keluarga, dan proses meniti fase dewasa itu sendiri yang bisa menjadi bahan refleksi untuk para pembaca juga,” ujarnya.
Dirinya berhasil menghimpun 31 tulisan pendek yang digarap di waktu senggangnya. Ia mengaku tidak ada waktu khusus untuk menulis. “Seadanya waktu. Misalnya saat sedang menunggu, saat tidak ada kejaran tugas lain, waktu libur, atau di pagi hari sebelum memulai rutinitas. Kebanyakan tulisan ini pun berawal dari catatan di smartphone yang mengendap beberapa tahun lamanya,” bebernya.
Naskahnya sendiri sebenarnya telah rampung sejak akhir tahun 2023. Setelah melalui rangkaian proses editing dan desain, buku "Menjadi Manusia" berhasil diluncurkan pada Sabtu (4/3/2024) di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta pusat. Kegiatan itu turut dibarengi dengan lokakarya menulis esai yang diisi oleh Asih sendiri.
Sebagai informasi, buku karyanya ini bisa didapatkan dari e-commerce Infermia Publishing. Karyanya tersebut rupanya mendapatkan banyak ulasan dan respons positif dari pembaca.
Meski telah berhasil menghasilkan dua buku yang inspiratif, Asih turut menanggapi masih banyaknya orang yang enggan untuk memublikasikan tulisannya karena merasa tidak layak atau takut dicap buruk. Menurut Asih, jika overthinking itu terus dipelihara, maka penulis tidak akan berkembang.
“Tuangkan pikiran lewat kata-kata dan tantang diri sendiri agar tulisan tersebut bisa sampai di pangkuan pembaca. Para pembaca lah yang bisa memberikan feedback agar tulisan yang dibuat lebih baik ke depannya. Buku yang bagus itu syaratnya hanya 2, yakni selesai dan bisa membuat orang mau membacanya,” kata Asih.
Saat ini, Asih dengan beberapa penulis lainnya tengah menggodok naskah buku bersama-sama yang berkisah tentang perempuan. Ia juga berharap bisa terus produktif menghasilkan karya-karya lainnya dan buku ciptaannya bisa merambah pasar internasional.
Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi 2020)