Menjaga Tepian Tanah Air: Kenang-kenangan dari Pulau Terluar Indonesia

Oleh Fathir Ramadhan

Editor Fathir Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id-Selama ekspedisi ke pulau-pulau terdepan Indonesia, tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara (GDN) membawa pulang produk-produk hayati dan nonhayati. Hayati, berupa dokumentasi spesies fauna, pangan alternatif, dan tumbuhan obat; nonhayati, berupa pengetahuan mengenai adat dan budaya penduduk lokal pulau terdepan Indonesia. Dokumentasi ini ditampilkan pada pameran yang diselenggarakan Senin-Jumat (25-29/10/10), sebagai rangkaian acara Menjaga Tepian Tanah Air.
Laut kita terbentang sangat luas, seluas 5,8 juta kilometer. Mereka adalah pagar terdepan wilayah kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Seberapa kenal bangsa Indonesia terhadap pagar terdepan 'rumahnya'? Bukankah selayaknya sang pemilik rumah mengenal tempat tinggalnya sampai batas pagar dengan tetangga sebelah?

Tulisan ini menyapa para pengunjung pameran "Menjaga Tepian Tanah Air" di Ruang Galeri II Campus Center Timur ITB.

Tampilkan Produk Hayati dan Budaya


Pameran menampilkan dokumentasi produk pangan alternatif yang selayaknya dikaji lebih jauh demi meningkatkan ketahanan pangan, misalnya tumbuhan buraja (Cycas rumphii), tumbuh di Kepulauan Aru, keping bijinya dapat dijadkan bahan makanan. Umbili yang tumbuh di Merauke memiliki umbi yang saat ini telah diproduksi dalam skala industri rumah tangga.

Ada pula tampilan mengenai tumbuhan obat. Spesies- tumbuhan obat ditemukan oleh pakar biologi ITB yang ikut sebagai bagian tim Ekspedisi GDN. Spesimen kayu ular, sebagai obat anti malaria dari Pulau Selaru, wawultunne dari Pulau Marsela yang menyembuhkan penyakit kulit, serta loloiwewa atau srikaya utan yang berfungsi sebagai obat luka luar dan dalam, turut menempati sudut pameran.

Selain produk-produk hayati, ditampilkan juga foto-foto yang didokumentasikan sepanjang ekspedisi. Foto ini menangkap ekspresi-ekspresi budaya yang terdapat di pulau terluar Indonesia, seperti perkampungan nelayan di Ranai, Natuna; pelabuhan nelayan di Trenggalek, Jawa Timur; pengobatan tradisional tradisi Mentawai, dan banyak lainnya.