Menjelajah Berbagai Negara Lewat International Day 2017

Oleh Gilang Audi Pahlevi

Editor Gilang Audi Pahlevi

BANDUNG, itb.ac.id- Sebagai perguruan tinggi yang memiliki reputasi di tingkat dunia, Institut Teknologi Bandung (ITB) menempati peringkat ke-65 di Asia menurut QS World University untuk Tahun 2018. Hal inilah yang menjadikan ITB sebagai salah satu destinasi studi yang banyak diminati pelajar dari berbagai negara. 

Tahun 2015, ITB mulai bergerak menuju Entrepreneur University. Misi ini tak lepas dari kelanjutan misi sebelumnya yang sukses membawa ITB sebagai World Class University. Pada tahun 2006, ITB membuka kelas Internasional pada beberapa Program Studi. Kelas Internasional pertama kali dibuka di Sekolah Farmasi. 

Kelas Internasional dibuka lebih banyak lagi di tahun-tahun berikutnya, yaitu Kelas Internasional di Program Studi Teknik Kimia (Fakultas Teknik Industri), Teknik Mesin (FTMD - Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara), Teknik Dirgantara (FTMD), Sains dan Teknologi Farmasi (SF - Sekolah Farmasi), Farmasi Klinik dan Komunitas (SF), dan Majemen (Sekolah Bisnis dan Manajemen). Sampai dengan *November 2017*, terdapat total *324 mahasiswa Internasional dari 43 negara* yang saat ini sedang mengambil studi di ITB. 

Dalam rangka mengenalkan beragam budaya dari negara masing-masing mahasiswa, sekaligus mempererat hubungan antara mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa internasional, ITB melalui Direktorat Kemitraan dan Hubungan Internasional (DKHI) menghelat sebuah gelaran budaya dengan nama ITB International Day 2017. “International Day digelar untuk mengenalkan berbagai budaya sekaligus menunjukkan keragaman mahasiswa internasional di ITB”, demikian ujar Direktur Kemitraan dan Hubungan Internasional, Edwan Kardena.



Senin (06/11/2017), bertempat di Aula Barat ITB, acara bertajuk Away From Home ini menghadirkan booth-booth kebudayaan dari 26 negara yang diisi oleh mahasiswa asal dari negara yang bersangkutan. Para pengunjung dapat secara langsung menyicipi berbagai hidangan kuliner mancanegara, melihat dan berfoto dengan pakaian adat, dan mempelajari berbagai bentuk kebudayaan dari negara tersebut.

Acara dibuka oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. Kadarsah mengapresiasi pilihan para mahasiswa internasional untuk menempuh studi di ITB. Pasalnya, menempuh studi di luar negeri akan memberikan pengalaman berinteraksi terutama dengan lingkungan yang multikultur. Pengalaman tersebut menjadi penting untuk mahasiswa, terutama saat akan menjejaki karier nya di masa depan. Pemahaman terhadap berbagai budaya, kemampuan untuk beradaptasi, dan membangun kerjasama, merupakan kunci kesuksesan di era globalisasi yang serba terhubung tanpa batas. 

Sebagai tamu kehormatan tampak hadir di ITB International Day, Duta Besar Libya untuk Indonesia,  (HE) Sadegh M.O. Ben Sadegh, dan Konsulat Negara Republik Ceko. Usai menyampaikan sambutannya, Rektor ITB, Kadarsah, bersama Duta Besar Libya untuk Indonesia, Mr Sadegh, mengunjungi booth Libya dan berkesempatan untuk mengabadikan momen bersama itu dengan cara berfoto bersama.

Sekitar pukul 11.00 WIB, acara International Day 2017 semakin dipadati oleh pengunjung yang notabenenya adalah mahasiswa ITB. Pengunjung pun pergi menyambangi berbagai booth negara yang ada, yakni Jerman, Sudan, Pakistan, Republik Ceko, Denmark, Tanzania, Kamboja, Madagaskar, Mesir, Korea Selatan, Jepang, Lithuania, Rwanda, dan lain sebagainya. Warna-warni pakaian tradisional seperti Yukata dan Kimono Jepang, Hanbok Korea Selatan, Sinh dan Salong Laos dapat dilihat pada gelaran ini. Tidak kurang, penampilan tari tradisional dari beberapa negara seperti Madagaskar, Vietnam, Uganda yang semakin menyemarakkan acara.

Nakanwagi Orashida, mahasiswa kelas internasional ITB dari Uganda, mengaku sangat senang dengan acara International Day. Begitupula Hakmerik, mahasiswa internasional dari Timor Leste.  Diki, nama Indonesia bukan nama sebenarnya,  mahasiswa asal Vietnam ini mengaku meski ini adalah pertama kali dirinya ikut pertukaran pelajar ke Indonesia, dirinya merasa sangat senang dan berharap dapat memperkenalkan makanan favorit  rakyat Vietnam  di acara ini yang sekilas mirip lumpia, seperti Pho, Goi Cuon, dan Cha Gio.