ICS Day 2014: Bentuk Aplikasi Keilmuan Kepada Masyarakat Berbasis Lingkungan dan Pertanian

Oleh Bangkit Dana Setiawan

Editor Bangkit Dana Setiawan

BANDUNG, itb.ac.id - Berkontribusi kepada masyrakat merupakan salah satu tujuan dasar bagi seorang mahasiswa. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah dengan pengabdian masyarakat. Himpuanan Mahasiswa Mikrobiologi 'Archaea' ITB mengaplikasikan bidang keilmuan melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang diberi nama Integrated Community Service (ICS) Day. Kegiatan ICS Day ini berlangsung sejak bulan september lalu dan ditutup dengan acara puncak yang diselenggarakan pada November lalu di Dago Pojok, Bandung.

Konsep yang dibawa dalam ICS Day ini adalah community service yang berfokus pada bidang lingkungan dan pertanian dengan daerah Dago pojok yang dijadikan sebagai target. "Dago pojok sendiri adalah daerah yang memang sudah mendapat predikat sebagai kampung kreatif. Ditambah lagi masyarakat sebagian besar masyarakat dago pojok sudah memiliki keinginan untuk peduli akan isu lingkungan dan bercocok tanam," jelas Lika Rosliana (Mikrobiologi 2011) selaku General Manager ICS Day 2014 dan Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat Archaea ITB. ICS Day memberikan fasilitas dalam hal pengetahuan dan teknologi untuk membantu terwujudnya  keinginan masyrakat Dago Pojok tersebut. "Disebut Integrated, karena pada acara ICS Day ini diharapkan terlaksananya kegiatan yang terintergrasi antara mahasiswa, Ibu-ibu, Bapak-bapak, serta anak-anak," tambah Lika.

Bulan September lalu adalah tahap inisiasi dari seluruh kegiatan ICS Day 2014 ini. Inisiasi ini bertujuan untuk melakukan pendekatan dari mahasiswa Archaea  ITB dengan para warga. "Disini kami menjalin kerjasama dengan komunitas Taboo yang merupakan komunitas urban farming di Bandung," jelas Lika. Komunitas Taboo ini memang sudah sering menjalani berbagai kegiatan di daerah Dago Pojok sehingga Komunitas Taboo tersebut-lah yang membantu Archaea ITB untuk menjalin hubungan dengan pemerintah beserta warga setempat.

Rangkaian ICS Day 2014 selanjutnya adalah pre-event yang diadakan pada bulan Oktober kemarin. Pre-event ICS Day ini diisi dengan mengajarkan anak-anak serta sosialisasi kepada bapak-bapak dan ibu-ibu mengenai vertical garden, vermikompos, serta pupuk mol. "Vermikompos menggunakan cacing dalam menyuburkan tanaman, sedangkan pada pupuk mol yang digunakan adalah mikroorganisme yang terdapat pada sampah dapur," ungkap Lika. Masyarakat di Dago Pojok ini memang sudah terbiasa dengan pupuk ini, mereka biasa memproduksi pupuk dan kemudian dijual. Akan tetapi sekarang ini produksi pupuk dihentikan karena hasil penjualannya dirasa kurang maksimal akibat dari kualitas pupuk yang dihasilkan juga kurang baik. "Oleh karena itu kami berniat untuk memberikan pengetahuan bagaimana membuat pupuk vermikompos dan mol yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan nilai jual dari pupuk tersebut," tambah Lika.

Pada acara puncak ICS Day 2014 menghadirkan ketua salah satu POKJA Kota Bandung. Hadirnya perwakilan pemerintah ini ditujukkan dalam acara soft launching bank sampah. "Dengan begitu diharapkan pemerintah dapat memberikan perhatian kepada komunitas bank sampah yang ada di Dago Pojok," jelas Lika. Selain itu diadakan pula workshop jamur yang diisi oleh salah satu dosen Mikrobiologi  serta pembuatan yoghurt dari susu jagung oleh salah satu alumni yang sudah memiliki pengalaman khusus dibidang yoghurt ini. "Dalam workhsop ini, himpunan-himpunan di ITB turut diundang untuk berpartisipasi aktif," tambah Lika.  Acara ditutup dengan lomba permainan tradisional, seperti enggrang dan kolong batok serta pementasan kesenian pencak silat dan kecapi.

"Dengan adanya ICS Day 2014 ini, diharapkan timbulnya kepekaan sosial dari mahasiswa ITB sehingga tidak hanya terfokus pada kegiatan akademik saja. Jika diibaratkan ITB adalah emas, maka minimal lingkungan sekitar di luar ITB harus menjadi perak melalui sumbangsih mahasiswa dengan keilmuan yang beragam," tutup Lika.

 

Sumber Gambar: Dokumentasi Panitia