Menkominfo RI: Teknologi Komputasi Awan Tambah Jumlah Lapangan Kerja
Oleh Hastri Royyani
Editor Hastri Royyani
BANDUNG, itb.ac.id - "Perkembangan teknologi informasi yang semakin maju mendorong Indonesia dan dunia menapaki era baru yaitu komputasi awan," jelas Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI Tifatul Sembiring pada kuliah umum yang membahas perkembangan teknologi informasi Indonesia. Kuliah umum tersebut disampaikan dalam E-Indonesia Inititives Forum (EII) ke 8 bertempat di Aula Barat ITB, Rabu (25/04/12) lalu.
Konferensi EII kali ini mengusung tema "Komputasi Awan dan Jejaring Sosial untuk Indonesia yang Cerdas dan Produktif". Komputasi awan merupakan suatu teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya teknologi informasi dan komunikasi.
Komputasi awan menggabungkan pemanfaatan teknologi komputer dan pengembangan berbasis internet. "Sehingga diharapkan teknologi informasi memberikan nilai tambah ekonomi bagi industri, bisnis dan berbagai bidang lainnya," papar Tifatul.
Ia melanjutkan, "Komputasi awan memang belum banyak dimanfaatkan tetapi kelak bisa menambah jumlah lapangan kerja di Indonesia." Layanan teknologi komputasi awan pada dasarnya dapat disamakan dengan penggunaan listrik, gas, telepon, atau air oleh konsumen. Para pengguna akan dikenai biaya berdasarkan layanan yang digunakan.
Salah satu contoh sederhana kemudahan yang diberikan teknologi komputasi awan adalah dalam manajemen data sebuah unit usaha. Pemilik tidak perlu lagi menyediakan server dan ruangan suhu dingin tinggi untuk penyimpanan server.
"Fungsi server tersebut bisa diganti dengan memanfaatkan layanan komputasi awan yang disediakan perusahaan penyedia jasa," jelas Tifatul. Selain itu, komputasi awan juga memberi kemudahan untuk mengakses data pekerjaan di mana saja melalui komputer atau media lain selama terhubung dengan jaringan internet.
Guna menunjang kemajuan teknologi yang cepat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI berupaya meningkatkan kualitas jaringan internet Indonesia. Tifatul menuturkan, "Kami akan menambah jumlah spektrum dan menstimulus industri teknologi informasi semakin berkembang." Selain itu, juga mengupayakan pemerataan penyebaran akses informasi di daerah melalui program Indonesia Connected, paparnya.
Rektor ITB Prof. Akhmaloka menyatakan Indonesia sebaiknya tidak hanya menjadi konsumen pasif teknologi informasi. Ia menuturkan, "Budaya riset perlu agar Indonesia bisa mengejar perkembangan teknologi informasi yang pesat." Dan perkembangan teknologi yang dinamis ini menjadi motivasi untuk selalu berinovasi menghadapi tantangan baru, tambahnya.
Komputasi awan menggabungkan pemanfaatan teknologi komputer dan pengembangan berbasis internet. "Sehingga diharapkan teknologi informasi memberikan nilai tambah ekonomi bagi industri, bisnis dan berbagai bidang lainnya," papar Tifatul.
Ia melanjutkan, "Komputasi awan memang belum banyak dimanfaatkan tetapi kelak bisa menambah jumlah lapangan kerja di Indonesia." Layanan teknologi komputasi awan pada dasarnya dapat disamakan dengan penggunaan listrik, gas, telepon, atau air oleh konsumen. Para pengguna akan dikenai biaya berdasarkan layanan yang digunakan.
Salah satu contoh sederhana kemudahan yang diberikan teknologi komputasi awan adalah dalam manajemen data sebuah unit usaha. Pemilik tidak perlu lagi menyediakan server dan ruangan suhu dingin tinggi untuk penyimpanan server.
"Fungsi server tersebut bisa diganti dengan memanfaatkan layanan komputasi awan yang disediakan perusahaan penyedia jasa," jelas Tifatul. Selain itu, komputasi awan juga memberi kemudahan untuk mengakses data pekerjaan di mana saja melalui komputer atau media lain selama terhubung dengan jaringan internet.
Guna menunjang kemajuan teknologi yang cepat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI berupaya meningkatkan kualitas jaringan internet Indonesia. Tifatul menuturkan, "Kami akan menambah jumlah spektrum dan menstimulus industri teknologi informasi semakin berkembang." Selain itu, juga mengupayakan pemerataan penyebaran akses informasi di daerah melalui program Indonesia Connected, paparnya.
Rektor ITB Prof. Akhmaloka menyatakan Indonesia sebaiknya tidak hanya menjadi konsumen pasif teknologi informasi. Ia menuturkan, "Budaya riset perlu agar Indonesia bisa mengejar perkembangan teknologi informasi yang pesat." Dan perkembangan teknologi yang dinamis ini menjadi motivasi untuk selalu berinovasi menghadapi tantangan baru, tambahnya.