Menuju Kampus Tangguh lewat Simulasi Bencana
Oleh Ahmad Fadil
Editor Ahmad Fadil
BANDUNG, itb.ac.id – Minggu (26/11/17), beberapa mahasiswa ITB terlihat sedang bersantai di kampus. Para mahasiswa ITB yang sedang asik dengan kegiatan masing-masing di area Campus Center ini terkejut karena secara tiba-tiba bunyi sirine terdengar, menandakan bahaya bencana sedang terjadi. Dari getaran yang terjadi, jelas bahwa saat itu gempa bumi lah yang sedang melanda. Floor captain datang dan menghimbau semua orang yang berada di area Campus Center untuk mengambil posisi drop cover hold, yaitu posisi berjongkok, berlindung di bawah meja, atau melindungi kepala dengan menggunakan tas/kursi sembari menghindari lemari atau jendela. Setelah gempa reda, floor captain menghimbau mahasiswa untuk pergi mengevakuasi diri ke assembly point terdekat sambil tetap mengambil posisi silang tangan segitiga.
Sayangnya, bencana yang melanda tidak berhenti sampai di situ. Floor captain melaporkan terlihatnya asap dari gedung CC. Kemudian, Tim SAR dikerahkan untuk menelusuri area dalam gedung serta daerah sekitar untuk mencari korban yang belum sempat evakuasi. Beberapa di antara korban ada yang perlu dibopong hingga bahkan ditandu menuju posko kesehatan. Tak berselang lama, mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran juga datang untuk membantu proses evakuasi dan pemadaman. Setelah penelusuran dilakukan oleh tim pemadam, titik api terdeteksi muncul dari lantai 1 CC Barat ITB dan membutuhkan pemadaman segera. Dari dalam gedung, petugas melakukan pemadaman menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan kain basah, sedangkan dari luar menggunakan mobil pemadam kebakaran. Setelah evakuasi tuntas dan pemadaman sukses, mahasiswa bisa bernapas lega. Semua hal tersebut terjadi dalam rangka simulasi bencana untuk membentuk ITB sebagai Kampus Tangguh.
Kampus Tangguh Bencana
Simulasi ini diadakan sebagai hasil kerjasama antara Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) ITB, Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, serta UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) ITB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat ikut mendukung acara ini. Sebelum simulasi dimulai pada pukul 11.00, upacara terlebih dulu dilaksanakan di parkir Labtek V. Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi turut mengikuti simulasi ini dan sekaligus beliau berperan sebagai koordinator.
Beberapa posko didirikan untuk menjalani simulasi kali ini. Terdapat 5 posko, yaitu posko sosial, logistik, komando, evakuasi, dan kesehatan. Setiap posko memiliki peran masing-masing, seperti posko kesehatan untuk penanganan korban luka-luka, posko sosial untuk pemulihan trauma, atau posko komando untuk menjadi pusat semua koordinasi. “ini mengikuti standar ketika terjadi bencana pada kenyataannya.” Ujar Muhammad Fadhil D (Planologi 2013) selaku Menteri Pengembangan Sosial Kemasyarakatan. Terdapat sekitar 40 orang yang berperan sebagai tim evakuasi, dan sekitar 200 orang sebagai orang yang dievakuasi. Pihak KM sendiri telah mempersiapkan acara ini dengan matang. “Persiapannya dari sebulan lalu. Ini awalnya inisiasi antara Kabinet Mahasiswa (KM) dengan pusat mitigasi bencana PPMB LPPM,” ungkap Fadhil, “Kami ternyata perlu untuk mengajak pihak lain, dan akhirnya kami mengajak UPT K3L.” lanjutnya.
Setelah simulasi gempa dan kebakaran usai, dua simulasi lain juga ikut disosialisasikan kepada sivitas akademik ITB yaitu simulasi pembuatan peralatan darurat seperti tandu dan alas kaki serta simulasi pemadaman api. Simulasi pembuatan peralatan darurat menerangkan cara pembuatan tandu serta alas kaki darurat. Sedangkan pada simulasi pemadaman kebakaran, beragam cara pemadaman api dipertontonkan di depan peserta simulasi. Dua alat pemadam yang digunakan adalah APAR dan kain basah. Inti dari pemadaman api adalah memutus salah satu dari fire triangles yang terdiri dari oksigen, bahan bakar, dan pemantik api. Dengan menggunakan kain basah, misalnya, oksigen tidak akan bisa mengalir ke kobaran api dan menyebabkan api padam karena salah satu fire triangles-nya terputus. Hal terpenting saat menggunakan kain basah sebagai alat pemadam adalah untuk melindungi tangan dari kobaran api yang akan dipadamkan.
Prof. Krishna S Pribadi selaku Ketua Penyelenggara Pelatihan Kampus Tangguh Bencana berharap seluruh keluarga ITB nantinya dapat ikut tanggap dalam menghadapi bencana. “Tadinya acara ini digagas dalam rangka ITB mulai membangun kesiapan menghadapi bencana dan intinya sebenarnya membangun ITB yang tangguh bencana. Nah, itu harus melibatkan seluruh komponen masyarakat kampus, termasuk infrastrukturnya juga harus disiapkan.” Beliau menambahkan, “Suatu kejadian bencana itu kita tidak bisa bergantung pada orang lain, jadi kita sendiri yang harus siap.” Tutup beliau.