Menumbuhkan dan Merawat Cinta untuk Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Institut Teknologi Bandung menggelar Studium Generale KU-4078 yang terakhir pada Rabu (28/4/2021). Tema yang diangkat adalah “Mencintai Indonesia” dengan pembicara Dr. Umar Khayam, S.T., M.T.

“Indonesia adalah kita. Jika ada sesuatu yang salah dengan bangsa ini, kita harus berupaya untuk memperbaikinya, tidak hanya menunggu dan berpangku tangan,” ungkap Ketua Program Doktor Teknik Elektro dan Informatika STEI ini.

Ia juga menuturkan, minimal kita bisa bersimpati dan berdoa jika tidak dapat memberikan bantuan yang lain. Contohnya adalah musibah KRI Nanggala 402 beberapa waktu lalu dan segelintir bencana yang menerpa Indonesia sejak awal tahun ini.

Bagaimana Cara Mencintai Indonesia?

Berbicara tentang cinta, tentu semua orang pernah atau tengah merasakannya. Cinta mampu melahirkan perasaan yang kuat untuk memberi kepada orang yang kita cintai, perasaan ingin memberi tadi mewujud dalam kesanggupan untuk rela berkorban. Perasaan seperti ini perlu dimanfaatkan, perasaan yang kuat untuk memberi dan berkorban demi Indonesia. “Ini adalah salah satu manifestasi dari sila Persatuan Indonesia,” imbuh Umar.

Cinta itu anugerah, ia bisa datang dengan sendirinya atau ditumbuhkan melalui niat, usaha, dan kesabaran. Mencintai adalah kata kerja sehingga harus ada kerja yang dilakukan agar senantiasa bersemi dan harus ada upaya untuk selalu menjaganya. Seringkali kita kurang menyadari hal abstrak seperti ini sehingga bisa luntur dan berkurang seiring dengan waktu.
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan wilayah yang luas, jumlah penduduk besar, keragaman bahasa, kekayaan alam, dan termasuk bangsa yang religius. Akan tetapi, performa Indonesia dibandingkan negara maju masih kurang.

“Pertama, kita harus mengenal Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Setelah kita bisa mengenal, kita harus menerima Indonesia dengan utuh dan apa adanya,” ujarnya.

Umar mengatakan, saat ini peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia terus merosot setiap tahunnya, Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi di Indonesia belum menyentuh angka 30%, kekayaan alam sebagian besar masih dikelola oleh perusahaan asing karena kurangnya kecakapan sumber daya manusia dan keterbatasan teknologi. Akan tetapi, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara dengan ekonomi terkuat ketujuh di dunia pada tahun 2030. Bonus demografi Indonesia juga dapat dinikmati hingga 40 tahun mendatang.

Generasi pembangun bangsa harus dibekali dengan kemampuan memimpin diri, tim, dan perubahan. Selain itu, mereka harus menjadi pribadi yang efektif dan mampu memenuhi syarat bangsa beradab dan unggul.

“Syarat bangsa beradab dan unggul adalah mengutamakan dan membangun kepentingan umum, mengutamakan dan melaksanakan pendidikan, pengembangan, dan penerimaan IPTEK, serta melaksanakan kaderisasi dan kesinambungan antargenerasi,” terang Umar di akhir sesi.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (TPB FITB, 2020)