Menyelami Desain Produk Hijau dalam Kuliah Tamu Prodi Teknologi Pascapanen

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Kuliah tamu prodi Teknologi Pascapanen ITB menghadirkan dosen dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. (ITB/Atika Widya Nurfaizah)

JATINANGOR, itb.ac.id – Program Studi Teknologi Pascapanen, Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kuliah tamu di Gedung A ITB Kampus Jatinangor, Senin (18/3/2024). Narasumber kegiatan tersebut yakni Dr. Tyar Ratuannisa, S.Ds., M.Ds., dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB yang memaparkan materi berjudul “Desain Produk Green”.

Desain produk green adalah perancangan produk atau teknologi dengan tujuan mengurangi dampak yang timbul terhadap lingkungan, mulai dari tahap produksi hingga produk akhir. Produk yang dihasilkan bertujuan guna mempromosikan kesadaran lingkungan di kalangan konsumen dan mendorong gaya hidup berkelanjutan.

Beliau mengatakan, untuk dapat mempromosikan produk sekaligus memberikan kesadaran lingkungan kepada konsumen, perlu ada sesuatu yang besar atau gempar terlebih dahulu agar dapat menyita perhatian publik. “Masyarakat dunia perlu sesuatu yang heboh dulu agar tertarik tentang suatu isu,” ujarnya.

Busana sebagai objek desain. (Tangkapan layar pematerian Dr. Tyar Ratuannisa)

Contoh isu yang sejak dulu selalu menyita perhatian publik adalah isu pakaian atau busana. Alasannya, jika dilihat dari segi objek dalam desain, busana dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan fisik, keamanan, afeksi, identitas, dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri.

Dalam konteks busana, fast fashion merupakan salah satu isu yang masih belum menerapkan prinsip desain produk hijau. Dalam proses produksinya, produk akan dihasilkan dalam jumlah besar dan cepat. Proses ini mengakibatkan siklus produksi bahan baku cepat diubah menjadi produk baru. Akibatnya, konsumen akan tertarik untuk selalu memiliki busana terbaru karena proses produksi bahan baku yang cepat tersebut.

Beliau menambahkan, dampak dari industri fast fashion sangatlah signifikan. Salah satunya emisi karbon dari tekstil. “Tekstil merupakan pencemar tertinggi kedua setelah minyak,” tuturnya. Hal ini karena sisa produksi tekstil seperti microfiber menjadi sumber polusi yang dilepaskan ke perairan.

Sebaliknya, contoh upaya yang sudah diterapkan dalam beberapa industri busana adalah tidak ada produksi tanpa adanya permintaan. Langkah ini berfokus pada pengurangan limbah dan sumber daya yang berkelanjutan. Selain itu, upaya industri busana dalam menghasilkan kualitas yang bagus perlu diimbangi dengan desain yang bersifat timeless. Hal ini dapat mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh siklus mode yang cepat dan konsumtif.

Dalam usaha menerapkan prinsip desain produk hijau perlu adanya adaptasi seiring berkembangnya zaman. Namun, adaptabilitas yang dimaksud bukan berarti harus selalu mengikuti kondisi saat ini, melainkan harus pandai mengendalikannya dengan baik.

Reporter: Atika Widya Nurfaizah (Teknologi Pascapanen, 2021)