MMFair 2011: Menuju Industri Nasional yang Mandiri dalam Menghadapi ACFTA
Oleh Shinta Michiko Puteri
Editor Shinta Michiko Puteri
Ada empat pembicara dalam acara ini, yaitu Ir. Fazwar Bujang M.M. (Direktur Utama PT. Krakatau Steel), Ir. Dharma Budhi, M.B.A. (Direktur Ketahanan Industri dan Atase Perindustrian dan Perdagangan di Canada Otawa), Prof.Dr.Ir.H. Rochim Suratman (Ahli Material dan Metalurgi), dan Ir. I.G. Putu Suryawirawan (Direktorat Industri Material Dasar Logam, Departemen Perindustrian RI).
Asean-China Free Trade Area atau ACFTA merupakan kesepakatan mengenai zona perdagangan bebas untuk membuka akses pasar ekspor produk dalam negeri, outsorcing bahan baku dan mesin produksi yang murah dan berkualitas baik, serta membuka peluang tempat relokasi basis industri dari luar negeri.
Fazwar memaparkan mengenai bagaimana ACFTA mempengaruhi industri yang ada di Indonesia. Menurutnya ada beberapa industri yang merasa diuntungkan, namun sebagian besar industri sebenarnya merasa dirugikan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pelaku usaha merasa rugi karena pembeli lebih cenderung membeli barang-barang Cina yang jauh lebih murah dan bagus. Walaupun di sisi lain, hal ini memang menguntungkan dari sektor perdagangan yang dilihat dari profil konsumen dan pedagang dengan keuntungan yang meningkat sebesar 20%. Untuk mengatasi hal tersebut maka dibutuhkan verifikasi dari pemerintah.
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan pangsa pasar yang luas menjadikan negara ini memiliki peluang yang sangat besar. Peluang ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik dan harus tetap dapat mempertahankan perekonomian nasional dari segi konsumen maupun ketenagakerjaannya," ujar Putu. Putu menambahkan bahwa langkah yang harus dilakukan sekarang ialah mempersiapkan para pemangku kepentingan termasuk para pengusaha agar lebih siap menghadapi ACFTA dan dapat mengurangi pengaruh negatifnya seperti banyaknya pengangguran dan kurangnya daya saing produk Indonesia.
Mempersiapkan sumber daya manusia agar memiliki etika, daya juang yang tinggi, dan mental yang siap berkompetinsi; mengolah bahan baku yang akan kita ekspor agar memiliki nilai tambah; serta mengembangkan produk agar dapat mengurangi impor merupakan solusi ideal yang dapat menyelesaikan kekhawatiran Indonesia dalam menghadapi ACFTA.