Obituari : Profesor Matthias Aroef, Bapak Teknik Industri Indonesia
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
BANDUNG, itb.ac.id - Rabu, 28/3/2018, dengan penuh duka yang sangat mendalam, segenap keluarga besar Institut Teknologi Bandung (ITB) berkabung atas wafatnya bapak Profesor Matthias Aroef, salah satu putera terbaik bangsa. Penghormatan terakhir dilaksanakan melalui proses pelepasan jenazah, di Aula Barat ITB, pada hari Kamis pagi, 29/3/2018. Pelepasan ini sebagai bentuk penghargaan atas jasa, darma bakti, dan pengabdian almarhum kepada ITB, serta kepada bangsa dan negara.
Tampak hadir beberapa pimpinan ITB, guru besar, staff pengajar, mahasiswa ITB, alumni teknik industri, beserta karyawan ITB. “Kita hadir disini karena kita semua telah kehilangan guru sejati yang kita hormati. Almarhum merupakan sosok yang santun dan penuh hormat kepada siapapun baik senior maupun juniornya,” ujar Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi, pada kata sambutannya mengenang almarhum.
Riwayat Pendidikan, Karir, dan Penghargaan
Riwayat pendidikan, karir, dan penghargaan yang diberikan kepada almarhum bapak Profesor Matthias Aroef, disampaikan oleh Prof. Deddy Kurniadi, Dekan Fakultas Teknik Industri (FTI). “Almarhum merupakan seorang Guru Besar ITB yang telah berjasa mengenalkan dan mengembangkan keilmuan Teknik Industri di tanah air,” ujar Prof. Deddy. Beliau menempuh pendidikan sarjana di Teknik Mesin pada tahun 1954, kemudian melanjutkan ke tingkat pascasarjana Master of Science di New York, Amerika Serikat, 1957.
Pada masa itu, pemerintah Indonesia bertekad mengambil alih semua aset dan pabrik milik pemerintah Belanda yang masih ada di Indonesia. Beliau kemudian menempuh pendidikan ke Amerika Serikat, hingga akhirnya mendapatkan gelar PhD di Industrial Engineering di tahun 1965. Sekembalinya ke Indonesia, mulai tahun 1958-1959, beliau secara aktif menyebarluaskan ilmu dan cara pandang keteknikan industri yang telah dipelajarinya.
Almarhum memulai karir sebagai dosen ITB pada tanggal 1 januari 1958. Pada mulanya, keilmuan Teknik Industri hanya diajarkan sebagai mata kuliah di Teknik Mesin ITB oleh beliau. Hingga pada tahun 1971 berdirilah secara resmi Departemen Teknik Industri di ITB yang juga merupakan Teknik Industri pertama di Indonesia. Kemudian beliau diangkat sebagai guru besar ITB pada tanggal 1 April 1973.
Selain aktif di bidang pengajaran, Guru Besar kelahiran Tarandam, Sumatera Barat ini juga pernah menjabat diantaranya sebagai Perwira Cadangan Letnan 1 TNI AD pada tahun 1960, menjabat sebagai Dekan Teknik Industri pada tahun 1974 - 1976. Pernah menjabat sebagai pembantu Rektor II ITB pada tahun 1977 - 1981, selain itu juga pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri ITB pada 1 Januari 1971 sampai 1 Januari 1975. Jabatan lain sebagai Ketua Dewan Produktivitas Nasional pada tahun 1983. Ketua Program Magister MBA ITB pada tahun 1992.
Prof Matthias Aroef juga menerima berbagai penghargaan, diantaranya tercantum dalam Who’s Who in The World (1985), Men of Achievement (1985), dan Who’s Who in Education (1985). “Sebagai penghargaan atas jasa beliau yang sangat besar, Institut Teknologi Bandung mengabadikan nama almarhum pada gedung Labtek III ITB yang diberi nama Gedung Matthias Aroef, pada tahun 2017 yang lalu, ” ujar Prof. Deddy Kurniadi, Dekan FTI
Sambutan Kenangan Keluarga dan Sahabat
Prof. Kadarsah merupakan salah satu mantan murid yang menjadi kebanggaan almarhum. Hal ini disampaikan oleh Jusman Syafii Djaman dalam kata sambutannya mewakili dari pihak keluarga dan ketiga putra/i almarhum. Prof. Matthias Aroef wafat pada hari Rabu, 28/3/2018, pukul 9 lebih 25 menit di Medistra Jakarta. “Tapi sebetulnya beliau tidak sakit. Beliau wafat secara alamiah dalam usia 87 tahun,” ujarnya.
Kenangan bersama almarhum disampaikan oleh Jusman, bahwa semasa hidupnya Prof. Matthias Aroef sangat dekat dengan keluarga, dan untuk melatih ingatannya, almarhum senang mengisi hari-harinya dengan mengikuti berita di televisi. “Beliau sangat senang kalau tiba-tiba melihat mahasiswanya tampil di televisi,” sambung Jusman mengenang hari-hari bersama almarhum Prof. Matthias Aroef. "Kemudian akhir-akhir minggu ini, di pagi hari beliau suka berdendang lagu cing cangkeling. Sebagai menantu dan keluarga, tentu saja kami semua ikut mendendangkan lagu itu bersama-sama,” kenang Jusman.
Kenangan baik juga diungkapkan oleh mantan murid almarhum Dr. Sukoyo. “Beliau merupakan suri tauladan yang sangat bagus, disiplin, tetapi tidak pernah marah terhadap mahasiswanya” ungkap Dr.Ir. Sukoyo, MT., Ketua Prodi Sarjana Manajemen Rekayasa Industri ITB, yang juga merupakan mantan murid beliau. “Beliau itu memang sangat kharismatik, muridnya tak akan pernah lupa” kenangnya.
Semoga amal ibadah beliau diterima di sisiNya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan keikhlasan. Selamat Jalan Bapak Profesor Matthias Aroef. Selamat Jalan, Bapak Teknik Industri Indonesia.
Penulis: Karimatukhoirin (Teknik Industri 2016)