Obituari: Suryo Utomo S.E., AK, M.AK., Dosen Muda yang Ramah dan Penuh Semangat
Oleh Muhammad Arief Ardiansyah
Editor Muhammad Arief Ardiansyah
JATINANGOR, itb.ac.id – Belum usai kedukaan pasca meninggalnya Prof. Soepangat Soemarto, ITB kembali berduka dengan wafatnya Suryo Utomo S.E., AK., M.AK. Dosen muda yang mengampu beberapa mata kuliah untuk program studi S1 Manajemen ini telah menjadi tenaga pengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM-ITB) sejak tahun 2010. Beliau tergabung dalam kelompok keillmuan BRF (Business Risk and Finance) yang banyak membahas tentang kemampuan suatu perusahaan dalam mengelola hutang dan keuntungan yang ia peroleh untuk dapat mengembalikan biaya operasionalnya. Suryo juga dikenal memiliki ketertarikan yang kuat dalam bidang pasar modal dan perbankan syariah.
Sosok yang Aktif Menulis dan Mengedukasi
Sebelum menjadi bagian dari tenaga pengajar di ITB, Suryo merupakan salah satu konsultan di bidang Akuntansi dan Perpajakan. Ini dibuktikan dengan bergabungnya ia kedalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bertugas mengaudit beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Setelah menjadi dosen di ITB, Suryo tak hanya menghabiskan waktunya untuk mengajar. Ia juga dikenal sebagai salah satu dosen yang terlibat aktif dalam menulis jurnal-jurnal ilmiah. Bersama dosen-dosen SBM ITB lainnnya, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2014-2016) beliau telah berhasil mempublikasikan empat buah paper ke dalam konferensi dan jurnal internasional.
Suryo Utomo juga dikenal memiliki semangat dalam mengedukasi orang-orang disekelilingnya. Misalnya saat terjadi pelemahan nilai Rupiah pada pertengahan 2015 yang lalu. Kala itu Suryo menyampaikan gagasannya terkait faktor-faktor yang berperan dibalik pelemahan nilai rupiah. Suryo juga memberikan ajakan kepada para mahasiswa dan akademisi di ITB untuk menyampaikan keilmuan yang telah mereka dapatkan kepada masyarakat disekitarnya. “Semakin melek masyarakat dengan keuangan ya semakin mau menginvestasikan ke dalam pasar. Jadi ngga perlu takut ketika dana keluar, karena dana dalam negeri ditopang oleh investor dalam negeri yang banyak. Rupiah pun akan tetap aman. Jadi ya kita berdikari,” tutur Suryo kepada itb.ac.id pada Senin (10/08/15).
Ramah Kepada Mahasiswa
Salah satu sikap yang melekat dari Suryo Utomo ialah tutur katanya yang sopan dan pembawaannya yang begitu ramah kepada para mahasiswa. Menurut mahasiswanya, beliau juga lebih senang dipanggil dengan panggilan ‘Mas Uyo’ ketimbang panggilan ‘Pak Suryo’ yang lebih lazim dipakai. “Beliau (Suryo Utomo) selalu menanggapi curhatan saya ketika saya masih tingkat 1. Beliau juga seringkali membantu saya dalam menghadapi kesulitan dalam pelbagai materi perkuliahan,” jelas Alfi Aldriyan (Manajemen 2018) ketika diminta bercerita tentang sosok almarhum.
“Waktu itu saya sedang berada di depan prodi untuk menanyakan perihal UKT (Uang Kuliah Tunggal). Ketika saya merasa down (karena masalah UKT), tiba-tiba beliau menghampiri saya dan menanyakan keadaan saya secara baik-baik. Saat itu beliau mendengarkan curhatan saya dan langsung meresponnya dengan mengarahkan saya kepada prodi,” jelas Aldriyan. Aldriyan mengaku sangat termotivasi kala itu karena Suryo merupakan dosen pertama yang mengajaknya bicara setelah ia masuk ke ITB. “Beliau juga menyemangati saya yang merasakan gegar budaya (culture shock) dan tak lupa mengingatkan bahwa saya termasuk putra daerah yang punya potensi. Sejak saat itulah saya merasa sangat berterimakasih kepada beliau,” tutup Aldriyan.
Selamat jalan Mas Uyo. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah dan membalas semua kebaikan yang pernah diperbuat. Kelak semangat dan keramahanmu akan tetap lestari. Sebab ia akan diwariskan oleh para mahasiswa dan orang-orang yang pernah mengenal dirimu.