Oddisey 2009

Oleh niken

Editor niken

BANDUNG, itb.ac,id - Di bawah arahan Budi Permadi Iskandar, mahasiswa tingkat pertama SBM ITB (SBM 2011) mengikuti kuliah wajib Management Practice di semester pendek (semester 3). Di akhir semester, para mahasiswa diberikan tugas besar yang akrab dengan sebutan Oddisey (Opera and Drama Inspired by SBM ITB for Educational Charity), sebuah drama yang hanya melibatkan seluruh mahasiswa SBM 2011 dari awal persiapan hingga akhir acara.
Oddisey 2009, yang merupakan Oddisey ke-5 yang ditampilkan oleh mahasiswa SBM, mengangkat tema "Harmony in Diversity". Tema ini mengangkat keadaan masyarakat di Indonesia yang di dalamnya terdapat banyak perbedaan suku, agama, dan latar belakang, namun masih tetap dapat hidup dengan harmonis di bawah langit yang sama. Sebelumnya, mahasiswa SBM 2011 telah mendapat mata kuliah performance art dan artistic recollection di semester 1 dan 2 di bawah arahan Benny Yohanes dan Sri Soeko Setiati yang juga mengajar di salah satu sekolah tinggi seni di Bandung.

100% performer Oddisey adalah mahasiswa SBM 2011. Begitu juga dengan director, stage manager, lighting & effect designer, musisi, hingga make-up artist pun tidak diperbolehkan menyewa pihak luar. Panitia inti atau show organizer terdiri dari 16 orang yang juga mahasiswa SBM 2011. Show organizer berfungsi sebagai fasilitator yang bertugas mencari tempat, lighting, sound, panggung, hingga genset. Show organizer yang sama sekali belum mengerti apa-apa mengenai dunia entertainment harus memahami betul peralatan-peralatan yang harus disewa seperti Par Can, Moving Head, Fresnel, Laser, Pyro, Gun Smoke, Dry Ice Machine, Mic Condensor, dan lainnya. Setelah kurang lebih 2 bulan persiapan, Oddisey berhasil menarik lebih dari 1.000 penonton pada Selasa (28/07/09) bertempat di Eldorado, Lembang.

Oddisey dibuka dengan 'The Fussion Show oleh kelompok Mescorale Incontro' yang lebih mengedepankan keluwesan dalam koreografi. Konsep mix n' match yaitu perpaduan antara tarian klasik dengan kontemporer yang menjadi satu fusi. Sekaligus fashion show yang mengusung tema yang sama. Selanjutnya, kelompok Werewolf mempersembahkan drama romantis berjudul Sweet Day and Bitter Night. Penonton digiring pada kisah percintaan berlatar budaya Eropa. Dikemas dalam bentuk drama musikal, setting ruang yang apik dan visualisasi menarik sehingga membuat suasana drama menjadi lebih hidup.

Dalam sesi berikutnya, Zamrud Khatulistawa, giliran pertunjukan D' Ubur menghadirkan gelak tawa. Tema aktual tentang pemilihan presiden pun dijadikan jalan cerita. Humor-humor segar dibalut koreografi dan musik tetap jadi acuan. Selanjutnya ada I Said N (One) yang mengusung tema nasionalisme berlatar bencana Tsunami. Terakhir sebagai penutup, ditampilkan pertunjukan The Quest of Three Kingdom dari kelompok Pandora dengan tema fantasy.

Diakui oleh Ronald Ardiano, CEO Oddisey 2009, kesulitan utama adalah mencari tempat yang available pada tanggal 28, dan mendapatkan harga yang affordable. Dan pada umumnya bagi para performer, sangat sulit mencari waktu untuk latihan karena jadwal kuliah semester pendek yang kebetulan bersamaan dengan persiapan Oddisey. "Dengan adanya acara ini, diharapkan mahasiswa memiliki rasa percaya diri yang lebih, kemampuan public performing, kemampuan manajemen kelompok, serta rasa kekompakan di dalam angkatan 2011 sendiri," ujarnya kemudian. Mahasiswa SBM 2011 tidak mengambil sepeser pun dari pendapatan acara ini, semuanya akan disumbangkan ke SLB C Cipaganti, Bandung.