Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-63: Keterlibatan ITB dalam Revolusi Kuantum Kedua
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Kemampuan untuk memanipulasi suatu unit kuantum dan proses pemanfaatan entanglement antarqubit memberikan angin segar dalam kemungkinan lahirnya teknologi baru di dunia kuantum. Proses yang dinamakan revolusi teknologi kuantum kedua ini memungkinkan adanya perhitungan yang mampu memecahkan permasalahan hard-problems dalam berbagai bidang kuantum, seperti: komputasi kuantum, komunikasi kuantum, dan penginderaan kuantum.
Hal itu disampaikan Guru Besar Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, Prof. Andriyan Bayu Suksmono, M.T, Ph.D., dalam acara Orasi Ilmiah Sidang Terbuka Dies Natalis ke-63 Institut Teknologi Bandung, Rabu (2/3/2022). Acara ini dilaksanakan secara hybrid. Adapun topik yang dibawakan oleh Prof. Andri adalah “Menyambut Revolusi Kuantum Kedua”.
Di awal pemaparannya, Prof. Andri menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekelompok permasalahan yang tidak dapat dipecahkan dalam waktu realistis, yaitu masalah yang dinamakan hard-problems. Pertumbuhan kompleksitas persoalan ini dinilai sangat cepat dan bahkan lebih cepat dari fungsi polinomial. Adapun contoh dari permasalahan ini adalah TSP (Traveling Salesman Problem), pemfaktoran bilangan bulat, dan simulasi kuantum (quantum simulation).
“Hard-problems merupakan permasalahan yang pertumbuhan kompleksitasnya sangat cepat melebihi fungsi polinomial. Bahkan, salah satu contoh masalahnya, yaitu pemfaktoran bilangan bulat akhirnya dimanfaatkan dalam penggunaan sandi pesan rahasia sistem kriptografi yang saat ini dipakai secara luas,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa persoalan hard-problems ini suatu saat dapat dipecahkan dengan adanya peristiwa revolusi kuantum kedua. Dalam proses ini, peran dari bit klasik yang sebelumnya terdapat dalam sebuah komputer kuantum dapat digantikan oleh bit kuantum atau qubit. Penggunaan qubit ini memungkinkan terjadinya peristiwa superposisi antara bit “0” dan “1” yang menyebabkan kedua bit tersebut muncul secara bersamaan. Dengan demikian, simulasi kuantum yang dilakukan komputer ini akan berjalan lebih efisien dan permasalahan hard-problems pun dapat diselesaikan dengan waktu yang jauh lebih cepat.
Pada dasarnya, perkembangan teknologi kuantum ini telah menjadi perhatian di negara Indonesia. Bahkan, akademisi dan peneliti dari STEI ITB mulai mengadakan penelitian mandiri terkait algoritma kuantum sejak tahun 2010-an. Salah satu contoh masalah yang diteliti adalah pencarian kode orthogonal, khususnya sekumpulan kode biner yang membentuk matriks Hadamard.
“Matriks Hadamard memiliki peran penting dalam bidang komunikasi sebagai bagian dari sistem komunikasi CDMA (Code Division Multiple Access). Bahkan, matriks ini juga dipakai dalam sistem kode pengoreksi kesalahan (ECC-Error Correcting Code) untuk komunikasi wahana antariksa dengan bumi. Adapun publikasi terbaru tahun 2022 yang kami kembangkan adalah realiasasi D-Wave yang mampu menemukan matriks Hadamand berukuran 100x100,” jelasnya.
Di akhir pemaparannya, Prof. Andri mengungkapkan bahwa saat ini dunia berada di suatu paradigma kuantum yang mulai dapat dimanfaatkan dan mampu memberikan solusi yang tidak terbayangkan ke depannya. Keterlibatan dunia industri dan negara-negara maju dalam mengembangkan teknologi ini akan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia tidak boleh tinggal diam dan hanya menjadi penonton dari kemajuan Revolusi Kuantum Kedua ini. Teknologi ini harus bisa bangsa Indonesia kuasai agar Indonesia tidak menjadi negara yang tertinggal dari negara lain.
Reporter: Nur Rama Adamas (Teknik Sipil, 2020)