Mahasiswa Teknik Kimia ITB Selenggarakan Sharing Alumni Mengenai Karir Sarjana Proses

Oleh Nur Huda Arif

Editor Nur Huda Arif

BANDUNG, itb.ac.id - Dunia kerja merupakan fasa kehidupan yang akan dihadapi mahasiswa setelah berhasil menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Tak dipungkiri dunia kerja terkadang berbeda dengan bangku perkuliahan sehingga tak sedikit pula mahasiswa kesulitan pada saat menitih karir di awal namun tak sedikit pula yang mudah beradaptasi dan sukses dalam dunai kerja. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (Himatek) Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan kegiatan "HIMATEK BERKARIR 2015/2016" pada hari Sabtu (05/09/15) di Galeri Teknik Kimia Labtek X (Biru). Melalui Himatek Berkarir 2015/2016 ini, diharapkan calon sarjana teknik kimia memiliki pandangan dan kesiapan dalam menghadapi persaingan di dunia kerja. Menurut Ayu Rizki Ramadhani selaku Ketua Himatek Berkarir 2015/2016, "Perlu adanya acara interaktif yang diisi sharing pengalaman kerja dari alumni muda maupun alumni senior Teknik Kimia ITB. Maka dari itu, diadakanlah Himatek Berkarir dengan penyampaian yang berbeda dengan tahun sebelumnya, yaitu dengan acara talkshow".

Kegiatan ini telah menjadi progam tahunan dari Himatek ITB. Untuk tahun ini, tema yang diangkat adalah "Meningkatkan Peran Sarjana Teknik Kimia dalam Membangun Perekonomian Indonesia yang Mandiri" dan yang menjadi spesial pada Himatek Berkarir kali ini adalah kegiatannya dilakukan sebanyak tiga kali. Selain itu, fokus dari setiap seminar yang diselenggarakan pun berbeda dengan tujuan agar dapat mencakup sebagian besar bidang dunia kerja sarjana teknik kimia. Kegiatan pertama (05/09/15) mengulas karir sarjana teknik kimia di bidang Oil and Gas (OG) serta Engineering, Procurement, and Construction (EPC) sedangkan kegiatan kedua yang direncanakan akan diadakan pada 5 Desember 2015 akan difokuskan pada bidang petrokimia, oleochemical, entrepreneur, EPC yang bergerak dalam bidang bioenergi, dan industri bioproses. Himatek Berkarir yang ketiga (06/02/16), direncanakan akan mengupas karir sarjana teknik kimia pada bidang fast-moving consumer goods (FMCG), food manufacturing, konsultan, dan pegawai negeri (instansi pemerintahan).

Pada penyelenggaraan kegiatan pertamanya yang membahas karir sarjana proses dalam dunia oil and gas serta EPC dihadirkan alumni-alumni Teknik Kimia ITB yang telah meniti karir diantara dua bidang tersebut, diantaranya Ardhy N. Mokobombang (Teknik Kimia 1983) selaku Vice President Planning and Optimization, Refining Dit. Pertamina; Sandra Alfina (Teknik Kimia 2008) yang pernah berkarir sebagai Wireline Field Engineer Schlumberger (2012-2014); Thomas (Teknik Kimia 2007) yang saat ini menjabat sebagai Lead Process Engineer PT Rekayasa Industri sejak tahun 2013 serta Mohammad Nurfitriadin (Teknik Kimia 2005) yang saat ini berkarir sebagai Project Contract Manager (Deputy Contract Manager), Saipem Tripatra Chiyoda Joint Operation (STC JO) and Hyundai Heavy Industry (HHI) Consortium.


Dalam paparannya Sandra menjelaskan bahwa seorang sarjana teknik kimia dapat berkarir juga dalam dunia hulu oil and gas atau sebagai field engineer, baik melalui oil and gas company maupun oil and gas service company. Secara umum career path sebagai field engineer di bidang oil and gas harus melalui proses recruitment yang terdiri dari seleksi berkas/administrasi, basic engineering, forum group discussion (FGD), human resources (HR) and user interviewer, medical check-up, dan field exposure. Kemudian setelah dinyatakan diterima maka harus mengikuti training yang terdiri dari beberapa tahapan sehingga dapat memperoleh wawasan dan kemampuan bekerja ketika di lapangan. Menurut Sandra, tantangan bekerja sebagai field engineer di oil and gas adalah work life yang unik dimana bekerja pada selang waktu tertentu (2 bulan) kemudian libur pada selang waktu tertentu (2 minggu/1 bulan). Di lapangan tentu saja banyak potensi-potensi bahaya baik karena faktor kondisi alam maupun aktivitas kerja namun hal inilah yang mendorong untuk bekerja secara profesional "excellence in excecution, no matter what".


Di sesi selanjutnya, Ardhy mengungkapkan bahwa Pertamina sebagai perusahaan BUMN yang bergerak di bidang oil and gas, memiliki rencana ekspansi usaha di bagian hilir yang tertuang dalam "Refining  Road Map 2025" dimana kejaran produksi minyak hingga 2,3 juta barel/hari. Tentu saja, dalam ekspansi usaha tersebut akan membutuhkan banyak tenaga engineer sehingga sarjana teknik kimia sebagai process engineer sangat dibutuhkan kedepannya. Dalam paparannya, Ardhy juga menjelaskan bidang-bidang kerja seorang process engineer di refining plant. Menurutnya, process engineer di refining plant harus mampu untuk mengoperasikan kilang. Career path yang harus dilalui setelah lolos recruitment adalah program pendidikan BPST (Bimbingan Profesi Sarjana Teknik) yang terdiri pendidikan dan pelatihan di kelas maupun di lapangan (field). Ardhy berpesan untuk berhasil dalam dunia kerja, mahasiswa harus memiliki kemampuan komunikasi, organisasi, dan leadership serta kegigihan dalam menghadapi masalah dengan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.


Pada sesi pemaparan karir di bidang EPC oleh Thomas dan Nurfitriadin, dijelaskan bahwa dunia EPC erat kaitannya dengan keilmuan teknik kimia sehingga peran sarjana teknik kimia di EPC sangatlah besar. EPC merupakan perusahaan yang bergerak dalam desain plant (engineering), pembelian alat-alat proses (procurement), dan pembangunan atau instalisasi plant (construction). Namun, tak hanya berhubungan dengan rekayasa, dunia EPC juga memerlukan ketrampilan dalam optimasi biaya (ekonomi). Kegiatan yang diikuti sekitar seratus orang mahasiswa Teknik Kimia ITB ini, berlangsung sangat meriah dan banyak peserta yang tertarik pada setiap topik yang dipaparkan. Kegiatan ini mampu memberikan gambaran keprofesian seorang sarjana teknik kimia sehingga besar harapannya mampu memberikan wawasan dan gambaran mengenai keprofesian teknik kimia kepada para mahasiswa agar gigih dalam membangun perekonomian Indonesia melalui keprofesiannya.