Orasi Ilmiah Guru Besar ITB, Prof. Sophi Damayanti: Inovasi Polimer Tercetak Molekul untuk Analisis Mutu Obat

Oleh Najma Shafiya - Mahasiswa Teknologi Pascapanen, 2020

Editor Anggun Nindita

Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, S.Si., M.Si. dari Sekolah Farmasi menyampaikan orasi berjudul "Inovasi Polimer Tercetak Molekul untuk Analisis Mutu Obat: Prediksi Komputasi, Sintesis, dan Aplikasi".

BANDUNG, itb.ac.id – Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan Orasi Ilmiah Guru Besar di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (12/10/2024). Prof. Dr.rer.nat. Apt. Sophi Damayanti dari Sekolah Farmasi (SF), menyampaikan orasi bertajuk “Inovasi Polimer Tercetak Molekul untuk Analisis Mutu Obat: Prediksi Komputasi, Sintesis, dan Aplikasi”. Inovasi ini berfokus pada pengembangan metode pemisahan berbasis polimer tercetak molekul (MIP) untuk meningkatkan akurasi analisis mutu dari obat.

Prof. Sophi mengawali orasi dengan mengutip pernyataan Paul Ehrlich, “Tidak ada aktivitas tanpa adanya keterikatan obat” sebagai prinsip yang umumnya digunakan untuk menjelaskan kerja obat.

“Sulit untuk mendapatkan reaksi jika tidak ada ikatan yang terjadi,” katanya.

Beliau mengatakan bahwa keberhasilan terapi bergantung pada keterikatan obat dengan targetnya sehingga harus dikonsumsi dengan benar agar dapat mencapai target di dalam tubuh dan memberikan efek terapeutik.

Untuk memastikan efektivitas, analisis farmasi mencakup dua aspek penting: analisis kualitatif untuk mengidentifikasi kandungan obat dan analisis kuantitatif yang menentukan kadar obat. Kedua aspek ini memegang peran kunci dalam memastikan keamanan dan efektivitas obat yang dikonsumsi.

Dalam analisis farmasi, sampel kompleks seperti darah kerap memerlukan metode pemisahan yang tepat untuk menghindari kesalahan. Di sinilah Molecularly Imprinted Polymer (MIP) berperan. MIP adalah polimer yang memiliki situs pengikatan spesifik terhadap molekul target, memungkinkan pemisahan yang lebih selektif. Prof. Sophi menjelaskan bahwa MIP dibuat dengan cara obat berinteraksi dengan monomer fungsional, diikuti dengan pengikatan silang dan penggunaan pelarut porogen untuk membentuk polimer. Setelah itu, molekul target dilepaskan, dan MIP yang dihasilkan memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengikat molekul yang sama pada analisis selanjutnya, meningkatkan selektivitas dan akurasi hasil.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Prof. Sophi dan para koleganya menggunakan MIP telah mencapai pengembangan pada beberapa senyawa yang berpotensi untuk mengobati Covid-19, di antaranya adalah sofosbuvir, beberapa senyawa antijamur dari kelompok triazol, dan enoksaparin. Selain itu, Prof. Sophi memperluas kolaborasinya dalam berbagai riset dengan rekan-rekannya, termasuk penelitian menggunakan molecular docking, dinamika molekuler, prediksi ADMET, serta pengujian toksisitas menggunakan zebrafish.

"Mengapa obat baru harus terus ditemukan meskipun sudah ada ribuan jenis obat? Salah satu alasan utamanya adalah kemunculan penyakit-penyakit baru yang menantang manusia untuk menemukan solusi barunya. Selain itu, obat-obatan yang ada saat ini masih dapat menimbulkan efek samping, sehingga pengembangan obat baru juga diperlukan untuk mengurangi risiko kerugian tersebut. Resistensi terhadap antibiotik juga menjadi masalah serius, sehingga ilmuwan harus terus mencari antibiotic generasi bari yang lebih efektif," katanya.

Prof. Sophi menutup orasinya dengan menyebutkan tantangan di masa depan dalam analisis farmasi dan kimia medisinal. Di antaranya komersialisasi paten MIP yang telah dikembangkan hingga perlunya memperbanyak monografi obat multikomponen dalam Farmakope Indonesia seiring dengan perkembangan formulasi obat yang semakin kompleks.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)

#orasiilmiah #gurubesar #sf #sophidamayanti