Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Syafrizal: Konstruksi Model Deskriptif dan Model Genetik Endapan Bahan Galian serta Implementasinya dalam Pertambangan
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id. Forum Guru Besar ITB kembali menggelar Orasi Ilmiah Guru Besar pada Sabtu (27/1/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha. Salah satu guru besar yang berkesempatan menyampaikan orasi ilmiah adalah Prof. Dr. Eng. Ir. Syafrizal, S.T., M.T., IPM., dari Fakultas Teknik Pertamabangan dan Perminyakan (FTTM).
Dia mengatakan Indonesia memiliki kondisi geologi yang unik, sehingga mempunyai potensi bahan galian terutama mineral dan batubara. Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi mineral pembawa logam berupa logam mulia dan logam dasar. Kemudian keberadaan endapan juga dapat berdiri sendiri atau berasosiasi dengan endapan lain, sehingga menjadi tantangan dalam memahami distribusi endapan di Indonesia.
“Model deskriptif suatu model genetik dapat disusun untuk menjelaskan karakteristik geologi, fisika, kimia, mineralisasi sehingga dapat memberikan tipe endapan, deskripsi komoditas utama dan produk sampingan serta informasi lainnya yang bermanfaat,” ujarnya.
Hasil model genetik dapat digunakan untuk menyusun model endapan yaitu model konseptual yang menggambarkan kerangka geologi yang disusun secara spesifik berdasarkan hasil observasi, pengukuran, analisis kimia, analisis mineralogi. Kemudian, terdapat model sumberdaya yang disusun berdasarkan eksplorasi rinci sehingga menggambarkan kualitas dan kuantitas. Terakhir, terdapat model cadangan yang diturunkan dari sebagian model sumberdaya yang memenuhi persyaratan untuk ditambang.
Secara definisi, sistem mineralisasi hidrotermal merupakan sistem yang berasal dari pergerakan fluida. Fluida aliran mengalirkan dari sumber ke lokasi diendapkan. Logam itu komponen yang sangat penting yang menyebabkan mineral yang ekonomi dibentuk.
“Proses endapan epidermal, yaitu pertama harus memiliki media atau bukaan agar media itu bisa bergerak. Fluida yang sangat panas akan membentuk zona alterasi. Perkembangan zona tersebut akan menyebabkan kontak antara fluida panas dengan batuan samping sehingga terbentuklah pengendapan dan pada akhirnya akan menunjukkan banyak tekstur seperti banded/colloform. Pada bidang sempit terjadi tekanan tinggi dan fracture sehingga terbentuklah emas yang saat ini sering ditambang,” tuturnya.
Konstruksi model yang menjadi topik disertasi Prof. Syafrizal adalah mengamati bahwa dalam endapan Gunung Pongkor dapat dilihat pertama pada lokasi yang terletak pada busur magmatik. Mineralisasi dikontrol oleh patahan sehingga patahan tadi tersusun oleh urat-urat yang relatif sejajar. Akibat peristiwa alterasi akan dapat digunakan untuk mendapatkan lokasi baru berdasarkan kesamaan model yang terbentuk. Dari susunan mineral lempung yang sensitif terhadap mineral dan temperatur, di Gunung Pongkor menunjukkan pH fluida mendekati netral dengan temperatur 200 -240 derajat Celcius.
Untuk interaksi fluida menggunakan analisa inklusi fluida dapat dilihat bagaimana kenampakan inklusi yang terjebak kemudian diukur bagaimana temperatur pembentukannya. Selain itu, dilihat juga apa yang terjadi pada proses pembentukan. Dari perbedaan kedalaman sampel yang diambil, dapat dilihat bahwa semakin dalam posisi sampel maka akan kelihatan terjadi penampakan peningkatan temperatur.
Berdasarkan data tersebut dibuat konstruksi apa yang terjadi pada gradien termal. Dapat dilihat bahwa, posisi pembentukan mineralisasi terjadi sekitar 105 - 130 m di bawah muka air tanah purba.
Dari hasil kombinasi analisis dapat dilihat implikasi untuk menyusun rekonstruksi pembentukan deposit yang ada di Gunung Pongkor. Implikasinya adalah dengan adanya gradien termal secara vertikal maka akan memiliki 2 zona yang umum yang disebut zona precious metal yang memiliki rentang kurang lebih 300 meter dan base metal. Dapat dilihat bahwa penambangan dengan level 515 sudah mendekati zona base metal, apabila dilakukan penggalian lebih dalam lagi, akan terdapat pengurangan kadar emas dan peningkatan kadar base metal.
Kajian lainnya yaitu Logam Tanah Jarang (LTJ) merupakan suatu unsur yang terdiri dari 17 unsur yang ada sistem periodik dimana REE sudah masuk dalam daftar mineral kritis Indonesia. Pada dasarnya logam sangat jarang ini sangat penting karena merupakan sumber atau material untuk industri elektronik, industri medis dan high teknologi. Implementasinya adalah memanfaatkan sifat absorption dari suatu mineral untuk memetakan dengan cepat keberadaan logam- logam pembawa logam tanah jarang.
Reporter : Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)