Orasi Ilmiah Prof. Biemo Woerjanto Soemardi: Peluang Rekayasa dan Teknologi Konstruksi Indonesia di Masa Mendatang
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG.itb.ac.id - Forum Guru Besar ITB menyelenggarakan Orasi Ilmiah Guru Besar di Aula Barat ITB Kampus Ganesha, Sabtu (17/2/2024). Sebanyak enam Guru Besar ITB dari lima fakultas berbeda menyampaikan orasi ilmiahnya. Salah seorang Guru Besar yang menyampaikan orasi adalah Prof. Ir. Biemo Woerjanto Soemardi, M.Sc., Ph.D.
Dalam kesempatan ini, Prof. Biemo menyampaikan orasinya yang berjudul "Rekayasa dan Teknologi Konstruksi Indonesia: Perkembangan dan Peluang di Masa Mendatang".
Prof. Biemo membuka pemaparannya dengan menceritakan sejarah Aula Barat ITB, yang telah ada sejak 103 tahun yang lalu. Gedung tersebut masih tetap kokoh berdiri meski telah ratusan tahun. Tentu hal ini tidak terlepas dari bagaimana konstruksi yang ada pada gedung Aula Barat.
Bicara soal konstruksi, sejak sebelas ribu tahun lalu sudah ada kegiatan konstruksi di Turki, Yunani, maupun pembangunan jalan Romawi. Teknik konstruksi tersebut masih dikenal sampai sekarang. Di Indonesia sendiri, grafik kontribusi kegiatan konstruksi terhadap sektor ekonomi relatif cukup tinggi. Bahkan sedikit demi sedikit menggantikan sektor tradisional.
“Saat ini dan masa mendatang industri konstruksi bermasa depan cerah,” ucap Prof. Biemo.
Menurutnya peluang di bidang konstruksi akan semakin berkembang, hal ini terlihat dari posisi industri konstruksi saat ini. Peluang tersebut antara lain, adanya pergeseran pola kerja dari traditional design build menjadi integrated project management. Kemudian sudah banyak pekerjaan konstruksi yang dimulai lebih awal. Bahkan, saat ini sudah ada teknologi dengan modular construction.
Melihat sejarah perkembangan konstruksi Indonesia, diyakini ada upaya manusia yang dapat dilihat pada Candi Muara Takus (500 - 700 M) dan Candi Borobudur (770 M). Bila dilihat terdapat kemiripan yaitu menumpuk batu yang batunya sudah diolah dan adanya gambar pada batu tersebut. Perjalanan sejarah kedua melompati bagaimana konstruksi berkembang pada zaman penjajahan, khususnya Belanda, dapat dilihat terdapat teknologi konstruksi jalan rel. Selain itu, Belanda juga mewarisi teknologi dalam pengairan.
Nasionalisasi perusahaan konstruksi Belanda dengan spesialis tertentu menjadi cikal bakal penggerak pembangunan infrastruktur publik dan pondasi penggunaan teknologi konstruksi modern. Prof. Biemo mengatakan hal menarik pada masa awal kemerdekaan, pelaksananya adalah perusahaan konstruksi lokal yang telah dinasionalisasi dan ketika pembangunan masih dibantu ahli asing.
Tonggak perjalanan berlanjut setelah reformasi ketika swasta mulai marak pada pembangunan komersial dan perumahan, integrasi rancang dan bangun, peran swasta asing, peningkatan penguasaan dan pemanfaatan teknologi. Contoh yang dapat dilihat saat ini adalah kereta cepat hasil pendanaan Indonesia dan Cina.
Belajar sejarah dan posisi saat ini akan membantu melihat ke depan. Salah satunya adalah inovasi yang beberapa di antaranya yaitu landasan putar bebas hambatan (LPBH) Sosrobahu, struktur matras bambu timbunan tanah, dan metode terowongan antareja. Beberapa contoh yang telah dilakukan Prof. Biemo sejak 1997 adalah penerapan virtual reality.
Prof Biemo dan satu mahasiswa doktor sedang menerapkan pendekatan untuk lansekap teknologi konstruksi. Pendekatan yang dilakukan dengan big data analysis sehingga dapat dilihat proyeksi pengembangan teknologinya ke arah mana. Saat ini terdapat beberapa teknologi yang bisa diterapkan seperti teknologi siber, internet telepon cerdas menjadi teknologi yang paling mudah dipakai.
Arah pengembangan dan keunggulan keilmuan Rekayasa dan Teknologi Konstruksi telah diterapkan di berbagai negara dengan fokus tertentu. Dapat disimpulkan bahwa konstruksi bukan sekedar mengelola sumberdaya. Rekayasa dan teknologi mendorong pengelolaan konstruksi yang lebih efektif dan efisien.
“Seharusnya leading dalam pengembangan konstruksi ada di ITB karena pengalaman dan jejaring sehingga layak rupanya kalau itb kita minta menjadi pelopor bagi pengembangan keilmuan kerekayasaan bagi Indonesia,” tutup Prof. Biemo.
Reporter : Yohana Aprilianna (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)