Orasi Ilmiah Prof. Kusnandar Anggadiredja: Mengungkap Kaskade Asam Arakidonat sebagai Target Intervensi Gangguan Psikologi

Oleh Dina Avanza Mardiana - Mikrobiologi, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id - Prof. Dr. Apt. Kusnandar Anggadiredja, Guru Besar Sekolah Farmasi (SF) ITB, menyampaikan orasi ilmiah, Sabtu (11/10/2025) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, berjudul “Kaskade Asam Arakidonat sebagai Mesin Biologis Target Intervensi pada Gangguan Psikologi”, yang menyoroti peran penting jalur biokimia asam arakidonat dalam memahami dan mengintervensi gangguan neuropsikologis dari sisi mekanisme molekuler.

Penelitian Prof. Kusnandar berfokus pada farmakologi sistem saraf dengan perhatian khusus terhadap gangguan neuropsikologis seperti adiksi, depresi, nyeri neuropatik, gangguan memori, autisme, dan kecemasan. Hingga kini, beliau telah menghasilkan 86 publikasi ilmiah dengan 664 sitasi dan H-indeks 14, serta membimbing lebih dari 118 mahasiswa sarjana, 60 magister, dan 18 doktor. Risetnya banyak didukung oleh berbagai lembaga nasional maupun internasional seperti Riset ITB, DIKTI, Asahi Glass Foundation, Kementerian Kesehatan, dan WHO.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Kusnandar menegaskan bahwa kaskade asam arakidonat (AA) merupakan mesin biologis utama yang mengatur berbagai fungsi otak dan respons psikologis manusia. Jalur ini terdiri atas tiga lintasan utama, yaitu siklooksigenase yang menghasilkan prostaglandin, lipooksigenase yang menghasilkan leukotrien, serta sitokrom P450.

“Ketiga jalur tersebut bekerja secara terintegrasi dalam mengatur respon stres, peradangan, transmisi sinyal saraf, dan kestabilan suasana hati (mood)”, ujarnya.

Prof. Kusnandar menyoroti bahwa gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan adiksi bukan hanya persoalan neurotransmiter, tetapi juga hasil dari gangguan dalam regulasi molekuler kaskade asam arakidonat. Dengan lebih dari tiga miliar orang di dunia mengalami gangguan psikologis pada 2021, pemahaman mendalam terhadap jalur biologis ini menjadi langkah kunci untuk menemukan intervensi farmakologis yang lebih presisi dan efektif.

Rangkaian penelitian beliau memperlihatkan bukti kuat bahwa modifikasi aktivitas kaskade AA dapat memengaruhi perilaku dan fungsi otak. Dalam model hewan adiksi, pemberian Prostaglandin E2 mampu menurunkan gejala putus zat ganja seperti tremor dan headshake, sementara penggunaan inhibitor seperti diclofenac terbukti menekan perilaku mencari narkotika dan mengurangi preferensi terhadap nikotin. Selain itu, zafirlukast, yang merupakan antagonis reseptor leukotrien, juga dapat menurunkan skor ketergantungan zat.

Pada gangguan memori, diclofenac terbukti mengurangi gangguan memori kerja akibat peningkatan interleukin-1? dan memulihkan kemampuan spasial yang menurun akibat penggunaan kratom. Sementara itu, pada model autisme yang diinduksi oleh valproic acid, pemberian misoprostol (analog prostaglandin) berhasil meningkatkan interaksi sosial dan menormalkan ekspresi reseptor EP3. Hasil-hasil ini mengindikasikan bahwa intervensi terhadap jalur asam arakidonat dapat menjadi strategi terapeutik baru dalam menstabilkan fungsi neurologis dan perilaku.

Selain pendekatan molekuler, Prof. Kusnandar juga berfokus pada eksplorasi bahan alam Indonesia sebagai sumber terapi neuropsikologis berbasis bukti ilmiah. Salah satu contohnya adalah penelitian terhadap Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai kandidat agen neuroprotektif dan antidepresan alami.

Prof Kusnandar menyebutkan, “Dalam uji klinis awal, VCO terbukti menurunkan gejala putus zat pada pengguna heroin dan mengurangi ketergantungan nikotin pada perokok aktif hingga dua batang per hari, terutama pada kelompok perokok berat”.

Temuan ini membuka peluang besar bagi pemanfaatan bahan alam lokal sebagai terapi tambahan yang aman, terjangkau, dan relevan dengan konteks kesehatan masyarakat Indonesia.

Atas dedikasi dan kiprahnya, Prof. Kusnandar telah menerima Satya Lancana Karya Satya untuk masa pengabdian 10, 20, dan 25 tahun (2007, 2018, dan 2020), serta meraih ITB Rector’s Award sebagai dosen berprestasi bidang pengajaran pada tahun 2023.

Melalui pengukuhannya sebagai Guru Besar, Prof. Kusnandar menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan riset yang berfokus pada mekanisme biologis dasar dan pemanfaatan bahan alam Indonesia dalam mengatasi gangguan psikologis. “Ilmu tidak berhenti di laboratorium. Ia harus diterjemahkan menjadi manfaat nyata bagi manusia,” ujarnya menutup orasi ilmiah.

Prof. Kusnandar lahir di Bandung pada 8 November 1970 dan menempuh seluruh pendidikan dasar hingga menengah di kota yang sama. Ia meraih gelar Sarjana Farmasi (1994), Apoteker (1995), dan Magister Farmasi (1998) dari ITB sebelum melanjutkan pendidikan doktoral di Kyushu University, Jepang, yang diselesaikan pada tahun 2004.

Sejak bergabung sebagai dosen di Sekolah Farmasi ITB pada 1995, beliau telah memegang berbagai posisi penting seperti Koordinator Kelas Internasional SF ITB (2006–2012), Ketua Program Studi Farmasi Klinik dan Komunitas (2012–2015), Wakil Dekan Bidang Akademik, serta Ketua Tim Penyusun RENSTRA SF ITB 2020–2025.

Saat ini, beliau menjabat sebagai Ketua Kelompok Keahlian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Sekretaris Senat SF ITB, serta Ketua Komisi Etik Penelitian Hewan. Selain itu, beliau juga aktif sebagai Editor Acta Farmastika Indonesia.