Oviotrap IoT Dengue, Alat untuk Kurangi Populasi Nyamuk Penyebab DBD Karya Peneliti ITB

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Ovitrap IoT Dengue karya peneliti ITB.

BANDUNG, itb.ac.id — Oviotrap IoT Dengue, inovasi perangkap telur nyamuk untuk mengurangi populasi penyebab demam berdarah karya peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) resmi diluncurkan, di Atrium Istana Bandung Electronic Centre, Sabtu (25/5/2024).

Oviotrap merupakan singkatan dari Ovi, IoT, Trap, yang berarti perangkap telur nyamuk dengan internet of things (IOT). Perangkat ini mulai dikembangkan pada tahun 2019. Alat ini dibuat karena kesehatan masyarakat adalah prioritas utama. Salah satu tantangan yang dihadapi yaitu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah, chikungunya, dan zika. Penanggulangan berbagai penyakit ini memerlukan upaya pencegahan efektif dan berkelanjutan. Terkait hal itu, teknologi menjadi kunci untuk menemukan solusi yang lebih cerdas dan efisien.

Ketua peneliti Ovitrap IoT Dengue dari ITB yang juga Excecutive Founder, Prof. Ir. Endra Joelianto, Ph.D., SMIEEE.

Ketua peneliti dari ITB yang juga Excecutive Founder, Prof. Ir. Endra Joelianto, Ph.D., SMIEEE, mengatakan, perangkat ini dirancang untuk mengurangi populasi aedes aegypti di lingkungan sekitar. Alat ini terintegrasi dengan IoT dan menawarkan berbagai fitur canggih yang tidak hanya menangkap telur nyamuk tetapi juga membantu dan menganalisis data secara realtime. Dengan IoT, Oviotrap dapat terhubung ke jaringan dan memberikan data langsung ke pusat pemantauan atau langsung ke ponsel pengguna.

“Pengguna memungkinkan untuk mamantau populasi nyamuk secara akurat dan memberikan informasi yang sangat beragam sebagai upaya pencegahan penyakit terutama demam berdarah. Selain itu, data yang terkumpul dapat dianalisis untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai pola dan perilaku nyamuk sehingga strategi pengendalian nyamuk dapat disesuaikan dan ditingkatkan,” ujarnya.

Inovasi ini adalah hasil kerja keras tim riset dan pengembangan yang berdedikasi dan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti pendaan dari LPDP dan LPIK, kolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung, Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia, Universitas Kristen Maranatha, PT Cinovasi, dan partner lainnya.

“Kami percaya bahwa dengan peluncuran Oviotrap, kita dapat mengambil langkah plus syarat menuju masa depan yang lebih sehat dan aman terhadap demam berdarah. Ke depannya, Oviotrap diharapkan dapat dikembangkan di berbagai institusi di seluruh Indonesia, seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat umum lainnya,” tuturnya.

Peneliti Oviotrap IoT Dengue, Prof. Intan Ahmad, Ph.D., dari Kelompok Keahlian Sumber Daya Hayati, SITH ITB.

Peneliti Oviotrap IoT Dengue, Prof. Intan Ahmad, Ph.D., dari Kelompok Keahlian Sumber Daya Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, mengatakan, Oviotrap dapat dipasang di berbagai tempat sehingga daerah yang rawan DBD dapat segera diketahui dan dilakukan penanganan lebih lanjut.

“Dengan cara ini, kita bisa mencegah nyamuk berkembang biak dan demam berdarah bisa kita tekan serendah mungkin. Ini sesuatu yang baru, pertama di dunia mempergunakan internet of things dengan artificial intelligence (untuk pendeteksian nyamuk penyebab demam berdarah),” tuturnya.

Direktur PT Cinovasi, Jusan Qithri, S.T., M.T.

Seiring waktu, alat ini akan terus ditingkatkan kualitasnya secara berkala serta terus dilakukan penambahan unit baru. “Oviotrap, perangkap telur nyamuk berbasis IoT, akan terus dilakukan continuous improvement. Saat ini, Oviotrap baru ada sekitar 100-200 unit dan akan terus ditingkatkan jumlahnya,” kata Direktur PT Cinovasi, Jusan Qithri, S.T., M.T.

Ketua Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia, Dr. Suwito, S.KM., M.Kes.

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia, Dr. Suwito, S.KM., M.Kes., meyampailan bahwa peluncuran Oviotrap sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023, bahwa setiap puskesmas hingga dinas kesehatan wajib melakukan surveillance vector.

“Penularan DBD itu 99 persen melalui nyamuk. Sehingga upaya pencegahan dan pengendaliannya sangat ditentukan oleh keberhasilan pengendalian nyamuk vektor. Diperlukan fungsi trapping untuk mengendalikan jumlah nyamuk yang beredar,” katanya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani, M.T.

Adapun Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani, M.T., menyampaikan, pada tahun 2024, Kota Bandung mengalami peningkatan kasus DBD yang cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Indonesia. Kota Bandung pun merupakan daerah endemis untuk kasus DBD.

“Harapannya, Oviotrap dapat menjadi alat untuk mencegah terjadinya demam berdarah di Kota Bandung karena bagaimana pun mencegah itu lebih baik daripada mengobati,” ujarnya.

Oviotrap merupakan produk implementasi Program Riset Inovatif Produktif (Rispro) Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Tahun 2024 dengan judul riset "Internet of Things Pemantauan, Pendeteksian, Analisis, dan Pengontrolan Wabah Dengue".

   

Peneliti yang terlibat dalam proyek ini, antara lain:
1. Prof. Ir. Endra Joelianto, Ph.D., SMIEEE dari Kelompok Keahlian Instrumentasi, Kontrol, dan Otomasi, Fakultas Teknologi Industri ITB (Ketua Peneliti IoT Dengue);
2. Prof. Intan Ahmad, Ph.D. dari SITH ITB;
3. Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes. dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha;
4. Prof. Dr. Tjandra Anggraeni dari SITH ITB;
5. dr. Maria Ekawati Prasetyo, M.T.;
6. dr. Dani, M.Kes., dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha;
7. Miranti Indar Mandasari, S.T., M.T., Ph.D., dari Kelompok Keahlian Rekayasa Kinerja Lingkungan Binaan, Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB.

Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)